• about me
  • menu
  • categories
  • Agi Tiara Pranoto

    Agi Tiara Pranoto

    Seorang Blogger Indonesia yang berdomisili di Yogyakarta. Selain menulis, dia juga sangat hobi bermain game FPS. Cita-citanya adalah mendapatkan passive income sehingga tidak perlu bekerja di kantor, apa daya selama cita-cita itu belum tercapai, dia harus menikmati hari-harinya sebagai mediator kesehatan.

    Dibalik Layar: Olimpiade Sains Nasional (OSN) SMP 2019


    Ballroom Hotel Alana nampak lenggang di Senin pagi, 1 Juli 2019. Saya sudah berada di Lobby Ballroom sejak jam 7 kurang 15 pagi, namun saya tak terlalu banyak melihat orang berlalu lalang di lobby. Bayangan saya, lobby ballroom seluas 1650 meter persegi itu akan dipenuhi dengan ratusan peserta Olimpiade Sains Nasional 2019 atau OSN 2019 tingkat SMP

    Saya mencoba menghampiri panitia; ternyata venue pembukaan OSN SMP 2019 berada di lantai dua dan akan dimulai pukul 7 tepat. Untuk mencapai lantai dua, saya harus menaiki eskalator yang terletak di sisi barat gedung.

    Benar saja, lantai dua sudah ramai dengan peserta. Alasan saya tak bertemu dengan mereka di lantai satu adalah karena adanya koridor penghubung dari hotel alana tempat para peserta menginap dengan Grand Ballroom. 




    Ballroom yang sebenarnya didominasi warna merah dan emas dihiasi dengan backdrop hijau tosca lengkap dengan motto "mencintai sains, mengukir masa depan" sebuah motto yang sangat menjanjikan di tengah-tengah mundurnya semangat anak muda untuk mencintai sains. Saya sempat skeptis, apa iya anak-anak ini benar-benar bersemangat untuk mengikuti OSN? 

    Skeptisisme saya terbukti salah.

    Didepan saya, duduk 408 anak-anak terpilih dari 34 Provinsi di Indonesia. Mereka semua sudah melalui berbagai tahapan seleksi OSN; mulai tahap seleksi di sekolah, OSN tingkat kabupaten, tingkat provinsi sampai tiba di tingkat nasional ini.

    Semua itu bukan proses yang mudah. Tidak instan seperti membalikkan telapak tangan. Melewati ratusan jam untuk persiapan OSN tentunya tidak mudah sehingga lolos seleksi OSN jelas adalah sebuah kebanggaan yang nyata--dan itu semua tampak dalam mata anak-anak ini.


    Olimpiade Sains Nasional Tingkat SMP

    Pembukaan dan Penutupan OSN diselenggarakan secara serentak di 3 tempat yang berbeda untuk 3 tingkatan pendidikan: SD, SMP, dan SMA. OSN SD 2019 dilaksanakan di Jogjakarta, tepatnya di hotel The Rich Jogja, OSN SMP 2019 juga dilaksanakan di Jogja, yaitu di Hotel Alana, sedangkan OSN SMA 2019 dilaksanakan di Manado. Nah yang saya hadiri ini adalah OSN tingkat SMP.

    Rangkaian acara dimulai dari tanggal 30 Juni 2019, dimana para peserta tiba di lokasi OSN dan berakhir tanggal 5 Juli 2019 dengan penutupan OSN. Mungkin bagi pembaca budiman dan budiwoman yang menyimak livetweet saya di linimasa twitter tentu tahu pasti betapa serunya kegiatan OSN 2019 ini.

    Perlahan jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Wajah-wajah tegang dan ngantuk satu persatu memenuhi Ballroom yang luas tersebut. Beberapa  rombongan dipandu oleh pendamping yang sibuk memotret para peserta tersebut. Sebagian saling berkenalan, yang lain sibuk bermain game di ponsel pintar mereka. Di luar ballroom para orangtua murid dan guru pendamping mulai berkerumun--sebagian masuk ke dalam ballroom.

    Beberapa panitia meminta para orangtua dan guru keluar karena acara akan dimulai. Saya menyaksikan beberapa orangtua nampak kecewa karena tak bisa menyaksikan pembukaan OSN, namun saya paham--peserta OSN harus fokus dan terkadang distraksi paling besar adalah orang-orang terdekat. Meskipun baru pembukaan, akan ada informasi-informasi penting terkait pelaksanaan OSN yang akan disampaikan oleh panitia.

    Acara dibuka dengan menyanyikan jingle OSN bersama-sama. Sejujurnya jingle ini cukup catchy dan para peserta tetap semangat menyanyikan jingle singkat soal meraih emas kemenangan meskipun liriknya di awal-awal sama sekali tidak berima--bukan hal yang lazim untuk sebuah jingle. Uniknya, menyanyikan jingle ini dipandu dengan bintang the voice kids indonesia, Tasya yang juga merupakan juara umum FLS2N Indonesia. Gadis berprestasi yang kini duduk di bangku kelas 9 berhasil memukau para peserta dengan suara emasnya.

    Saya sendiri duduk di bangku deretan paling belakang, mengamati jalannya acara. Beberapa panitia nampak lalu lalang; rupanya mereka sedang mengecek koneksi karena acara pembukaan akan terkoneksi melalui sambungan video call dengan pembukaan OSN tingkat SMA di Manado, Sulawesi Utara.

    Tak Hanya Prestasi Dibidang Sains



    Selepas Tasya menghibur para peserta dengan lagu, terkuak bahwa prestasi para peserta hari ini tak hanya di bidang sains, tak tanggung-tanggung, beberapa peserta dengan usia yang masih sangat muda ini turut menyumbang lagu di panggung pembukaan OSN, salah satunya adalah Edmond dari maluku.

    Suasana menjadi cair saat Edmond bercerita akan kerinduannya dengan tanah maluku dan dengan pede mengatakan dirinya paling ganteng se-maluku. Para peserta lain dengan ceria menyambut celetukan Edmond dengan tawa, namun saat Edmond bernyanyi semua berubah menjadi kekaguman yang nyata.

    Ya, tak hanya berpartisipasi di OSN dalam bidang IPA, Edmond juga piawai bernyanyi.

    Saya terdiam dan menatap 400 kepala dihadapan saya ini. Mereka tak hanya punya kepandaian di bidang sains tapi juga di bidang seni. Ini baru Edmond, kejutan apa lagi yang akan menunggu para juri di esok hari saat ujian? Pastinya akan ada juga peserta yang memiliki kemampuan khusus, sesuatu yang belum tentu dimiliki oleh peserta lainnya.

    Jadi, apakah stereotipe nerd dan geek menempel pada peserta OSN? saya rasa tidak selalu. Edmond adalah contoh bahwa mitos otak kiri dan otak kanan itu sudah obsolete dan nggak penting lagi.



    Rangkaian acara pembukaan OSN berlangsung dengan khidmat. Pengambilan sumpah juri dan sumpah peserta berjalan dengan lancar--meskipun saya kesulitan untuk mengabadikan momen-momen ini karena pada saat sumpah peserta semua begitu khusyuk mengikuti lafal sumpah yang dibacakan oleh perwakilan peserta OSN sehingga rasanya aneh untuk tidak berhenti sejenak dan mengikuti khidmatnya acara tersebut.

    Tidak lama, kami terhubung via conference call dengan pelaksanaan OSN SMA 2019 di Manado. Dari layar besar yang ditempatkan di kedua sisi stage, kami bisa menyimak pidato Gubernur Sulawesi Utara mengenai pelaksanaan OSN sekaligus pembukaan Olimpiade Sains Nasional 2019


    Pembukaan OSN 2019 ini sedikit berbeda dengan pembukaan pada umumnya yang menggunakan gong atau ketukan palu. OSN 2019 dibuka dengan sebuah eksperimen reaksi kimia. Ketika cairan tersebut berubah warna maka OSN resmi dibuka. 

    Bagi saya ini hal yang baru dan unik. kapan lagi melihat acara resmi seperti ini dibuka dengan sebuah reaksi kimia? Tentu hanya di OSN 2019.

    Pelaksanaan OSN SMP 2019 di Yogyakarta


    Sejujurnya saya salut dengan pelaksanaan OSN SMP 2019 ini. Selain acaranya yang tidak ngaret dan mengutamakan kenyamanan peserta; saya melihat bahwa branding dan dekorasi OSN tahun ini bagus sekali, sangat dinamis dan kekinian.

    Lihat saja banner yang saya unggah diatas, dari segi warna, penataan dan komposisi sangat menarik untuk dilihat. Warna-warna yang digunakan juga merupakan warna-warna yang menggambarkan kecerdasan intelektual dan kreatifitas.

    Sebagai informasi, pelaksanaan OSN sendiri berlangsung selama 2 hari yaitu pada tanggal 2 dan 3 Juli 2019. Tes dilaksanakan di dua tempat yaitu di SMP 8 Yogyakarta dan di Universitas Negeri Yogyakarta. Untuk kategori matematika yang dilombakan adalah dua jenis tes tertulis, untuk kategori IPA yang dilombakan adalah eksperimen dan teori sedangkan untuk kategori IPS yang dilombakan adalah teori dan keterampilan.

    Acara ditutup pada tanggal 5 Juli 2019 dengan pengumuman pemenang medali. Meskipun tidak semua peserta mendapatkan medali, akan tetapi seluruh peserta OSN SMP 2019 mendapatkan beasiswa sebesar 3.000.000 rupiah dan pendidikan dasar mengenai pengelolaan keuangan agar bisa memanfaatkan beasiswa tersebut dengan sebaik-baiknya. 

    Meskipun para peraih medali masih didominasi oleh peserta-peserta dari pulau jawa, akan tetapi banyak juga peserta dari luar jawa yang mendapatkan medali, seperti dari Sorong, Kalimantan Timur, Lampung, Medan dan Nusa Tenggara Barat.

    Harapan kedepannya sih, agar pemenang OSN tak melulu berasal dari pulau Jawa. Mari kita doakan saja agar upaya pemerataan tingkat pendidikan di Indonesia semakin berhasil sehingga kedepannya kita bisa melihat daerah-daerah lainnya menjadi juara umum Olimpiade Sains Nasional.

    Untuk informasi lebih lanjut mengenai OSN dapat menyimak akun media sosial Dikdas Kemendikbud yaitu di lini instagram dan twitter

    Yang Tidak Mereka Ceritakan Saat Bercerita Saat OSN

    Saya yakin kalau teman-teman menginginkan informasi soal OSN 2019, ada ratusan bahkan ribuan portal berita dan blog yang membahas mengenai pelaksanaan OSN 2019, peraih medali terbanyak maupun persiapan OSN. Tapi ada cerita yang saya alami saat pembukaan OSN SMP 2019 yang mungkin akan membuat kalian terkesima.

    Di tengah-tengah video conference dengan pembukaan OSN di Manado, saya sempat pergi keluar ballroom sebentar untuk menuju toilet. 

    Apa yang saya lihat di luar ballroom cukup membuat saya kaget dan terharu. Puluhan orang tua dan guru non-pendamping yang mengantarkan anak-anak ini sampai ke Yogyakarta, berkumpul bahkan duduk lesehan di sepanjang lorong menuju ballroom.

    Memang selama pelaksanaan OSN, orangtua dan guru non-pendamping OSN yang ditunjuk oleh provinsi dilarang masuk. Bahkan ketika pembukaan dimulai, para orangtua dipersilahkan keluar dari ruangan--namun sepertinya hal tersebut tidak menyurutkan semangat para orangtua dan guru untuk terus menyemangati anak dan anak didiknya.

    Mereka berjaga didepan ballroom, sesekali mencuri intip apa yang terjadi di Ballroom selama acara berlangsung. 

    Pertamanya saya masih merasa terharu yang biasa aja--ooh jadi begini ya rasanya, pasti orangtuanya deg-degan, ingin melihat anaknya didalam seperti apa.

    Lalu terjadilah.

    Hari itu saya tidak bisa langsung pulang karena menunggu pak suami menjemput dari rumah saya yang jauhnya hampir 10 kilo dari Hotel Alana. Karena Pak Suami terjebak macet, jadi saya duduk di tangga masuk ballroom, di luar. Semilir angin jogja yang saat itu sedang dingin-dinginnya menerpa wajah saya.

    Bukan hanya saya yang duduk di tangga tersebut; puluhan orang tua dan pendamping juga sama-sama duduk disebelah saya, berkerumun dan mengobrol. Kemudian saya melakukan hal paling indonesia-banget sejagat raya: Saya nguping dan kepo.

    Disebelah kanan saya ada lima orang ibu-ibu; dari logatnya mereka berasal dari daerah yang berbeda. Salah satu dari ibu tersebut panik karena tak pernah memesan taksi online sebelumnya. Untung seorang ibu dari grup yang berbeda dengan sigap mengajari kelima ibu-ibu ini untuk memesan taksi online.

    "Kita ketemu di Jejamuran ya!" kata ibu yang mengajari ibu-ibu ini untuk memesan gocar sambil menaiki taksi online yang sudah dia pesan sebelumnya. Ibu-ibu ini kembali panik.

    "nanti mobilnya seperti apa ya? taunya dia datang atau nggak bagaimana ya??" "ini lho mobilnya, daihatsu sigra!" "aduh, daihatsu yang seperti apa ya mobilnya?"

    Ibu-ibu lain disebelah kerumunan ini lain lagi, mereka berdiskusi soal tempat wisata yang bisa mereka datangi selama anak-anak mereka berkompetisi; "kamu sudah join grup whatsapp? baru dibentuk tadi kok! aku juga baru kenalan dengan mama-mama ini..."

    "aku mau cari toko buku ah, sekalian beli buku untuk anakku dirumah..." 

    "penginapanku jauh lho dari sini, yang disekitar sini sudah penuh semua... nggak apa-apalah yang penting bisa nemenin anak meski jauh"

    "Aduh anakku matiin HPnya, dia dimana ya? sudah balik ke kamar atau bagaimana ya?"

    Ramai dan riuh celotehan para orangtua saya catat dalam linimasa twitter. Kemudian saya menyadari bahwa datang ke Jogja bagi saya adalah hal yang biasa; namun tidak bagi para orangtua ini dan anak-anak mereka. 

    Bagi mereka OSN adalah sebuah tiang pengharapan, karena bisa sampai ke jogja hari ini adalah sebuah pencapaian yang luar biasa. 

    Hal-hal yang bagi saya biasa seperti memesan taksi online, pergi ke toko buku, makan di restoran-restoran yang "jogja banget" itu biasa saja, tapi tidak buat mereka. OSN bukan hanya mendekatkan para peserta, tapi juga para guru dan orangtua se-Indonesia. 

    Tidak tampak aura persaingan yang saling menjatuhkan, semuanya nampak saling berkenalan dan saling tolong menolong; dari hal simpel seperti memesan gocar sampai berbagi info penginapan murah. Semua demi anak-anak bangsa yang nantinya akan mengharumkan nama Indonesia.

    Saya berharap, hari ini semua orang ingat, bahwa dibalik gemerlap medali emas, perak dan perunggu yang dibawa pulang sesudah Olimpiade Sains Nasional ada peran guru-guru sekolah yang dengan cemas dan penuh harapan menemani anak-anak ini berlatih soal-soal OSN hingga larut, ada peran orangtua yang terus berdoa, mendukung dan berjuang agar anaknya bisa terus berprestasi, dan ada peran dinas pendidikan yang mondar-mandir mengurus kebutuhan para peserta.

    Hari itu saya sadar, it really takes a village to raise a child.



    Ballroom Hotel Alana nampak lenggang di Senin pagi, 1 Juli 2019. Saya sudah berada di Lobby Ballroom sejak jam 7 kurang 15 pagi, namun saya tak terlalu banyak melihat orang berlalu lalang di lobby. Bayangan saya, lobby ballroom seluas 1650 meter persegi itu akan dipenuhi dengan ratusan peserta Olimpiade Sains Nasional 2019 atau OSN 2019 tingkat SMP

    Saya mencoba menghampiri panitia; ternyata venue pembukaan OSN SMP 2019 berada di lantai dua dan akan dimulai pukul 7 tepat. Untuk mencapai lantai dua, saya harus menaiki eskalator yang terletak di sisi barat gedung.

    Benar saja, lantai dua sudah ramai dengan peserta. Alasan saya tak bertemu dengan mereka di lantai satu adalah karena adanya koridor penghubung dari hotel alana tempat para peserta menginap dengan Grand Ballroom. 




    Ballroom yang sebenarnya didominasi warna merah dan emas dihiasi dengan backdrop hijau tosca lengkap dengan motto "mencintai sains, mengukir masa depan" sebuah motto yang sangat menjanjikan di tengah-tengah mundurnya semangat anak muda untuk mencintai sains. Saya sempat skeptis, apa iya anak-anak ini benar-benar bersemangat untuk mengikuti OSN? 

    Skeptisisme saya terbukti salah.

    Didepan saya, duduk 408 anak-anak terpilih dari 34 Provinsi di Indonesia. Mereka semua sudah melalui berbagai tahapan seleksi OSN; mulai tahap seleksi di sekolah, OSN tingkat kabupaten, tingkat provinsi sampai tiba di tingkat nasional ini.

    Semua itu bukan proses yang mudah. Tidak instan seperti membalikkan telapak tangan. Melewati ratusan jam untuk persiapan OSN tentunya tidak mudah sehingga lolos seleksi OSN jelas adalah sebuah kebanggaan yang nyata--dan itu semua tampak dalam mata anak-anak ini.


    Olimpiade Sains Nasional Tingkat SMP

    Pembukaan dan Penutupan OSN diselenggarakan secara serentak di 3 tempat yang berbeda untuk 3 tingkatan pendidikan: SD, SMP, dan SMA. OSN SD 2019 dilaksanakan di Jogjakarta, tepatnya di hotel The Rich Jogja, OSN SMP 2019 juga dilaksanakan di Jogja, yaitu di Hotel Alana, sedangkan OSN SMA 2019 dilaksanakan di Manado. Nah yang saya hadiri ini adalah OSN tingkat SMP.

    Rangkaian acara dimulai dari tanggal 30 Juni 2019, dimana para peserta tiba di lokasi OSN dan berakhir tanggal 5 Juli 2019 dengan penutupan OSN. Mungkin bagi pembaca budiman dan budiwoman yang menyimak livetweet saya di linimasa twitter tentu tahu pasti betapa serunya kegiatan OSN 2019 ini.

    Perlahan jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Wajah-wajah tegang dan ngantuk satu persatu memenuhi Ballroom yang luas tersebut. Beberapa  rombongan dipandu oleh pendamping yang sibuk memotret para peserta tersebut. Sebagian saling berkenalan, yang lain sibuk bermain game di ponsel pintar mereka. Di luar ballroom para orangtua murid dan guru pendamping mulai berkerumun--sebagian masuk ke dalam ballroom.

    Beberapa panitia meminta para orangtua dan guru keluar karena acara akan dimulai. Saya menyaksikan beberapa orangtua nampak kecewa karena tak bisa menyaksikan pembukaan OSN, namun saya paham--peserta OSN harus fokus dan terkadang distraksi paling besar adalah orang-orang terdekat. Meskipun baru pembukaan, akan ada informasi-informasi penting terkait pelaksanaan OSN yang akan disampaikan oleh panitia.

    Acara dibuka dengan menyanyikan jingle OSN bersama-sama. Sejujurnya jingle ini cukup catchy dan para peserta tetap semangat menyanyikan jingle singkat soal meraih emas kemenangan meskipun liriknya di awal-awal sama sekali tidak berima--bukan hal yang lazim untuk sebuah jingle. Uniknya, menyanyikan jingle ini dipandu dengan bintang the voice kids indonesia, Tasya yang juga merupakan juara umum FLS2N Indonesia. Gadis berprestasi yang kini duduk di bangku kelas 9 berhasil memukau para peserta dengan suara emasnya.

    Saya sendiri duduk di bangku deretan paling belakang, mengamati jalannya acara. Beberapa panitia nampak lalu lalang; rupanya mereka sedang mengecek koneksi karena acara pembukaan akan terkoneksi melalui sambungan video call dengan pembukaan OSN tingkat SMA di Manado, Sulawesi Utara.

    Tak Hanya Prestasi Dibidang Sains



    Selepas Tasya menghibur para peserta dengan lagu, terkuak bahwa prestasi para peserta hari ini tak hanya di bidang sains, tak tanggung-tanggung, beberapa peserta dengan usia yang masih sangat muda ini turut menyumbang lagu di panggung pembukaan OSN, salah satunya adalah Edmond dari maluku.

    Suasana menjadi cair saat Edmond bercerita akan kerinduannya dengan tanah maluku dan dengan pede mengatakan dirinya paling ganteng se-maluku. Para peserta lain dengan ceria menyambut celetukan Edmond dengan tawa, namun saat Edmond bernyanyi semua berubah menjadi kekaguman yang nyata.

    Ya, tak hanya berpartisipasi di OSN dalam bidang IPA, Edmond juga piawai bernyanyi.

    Saya terdiam dan menatap 400 kepala dihadapan saya ini. Mereka tak hanya punya kepandaian di bidang sains tapi juga di bidang seni. Ini baru Edmond, kejutan apa lagi yang akan menunggu para juri di esok hari saat ujian? Pastinya akan ada juga peserta yang memiliki kemampuan khusus, sesuatu yang belum tentu dimiliki oleh peserta lainnya.

    Jadi, apakah stereotipe nerd dan geek menempel pada peserta OSN? saya rasa tidak selalu. Edmond adalah contoh bahwa mitos otak kiri dan otak kanan itu sudah obsolete dan nggak penting lagi.



    Rangkaian acara pembukaan OSN berlangsung dengan khidmat. Pengambilan sumpah juri dan sumpah peserta berjalan dengan lancar--meskipun saya kesulitan untuk mengabadikan momen-momen ini karena pada saat sumpah peserta semua begitu khusyuk mengikuti lafal sumpah yang dibacakan oleh perwakilan peserta OSN sehingga rasanya aneh untuk tidak berhenti sejenak dan mengikuti khidmatnya acara tersebut.

    Tidak lama, kami terhubung via conference call dengan pelaksanaan OSN SMA 2019 di Manado. Dari layar besar yang ditempatkan di kedua sisi stage, kami bisa menyimak pidato Gubernur Sulawesi Utara mengenai pelaksanaan OSN sekaligus pembukaan Olimpiade Sains Nasional 2019


    Pembukaan OSN 2019 ini sedikit berbeda dengan pembukaan pada umumnya yang menggunakan gong atau ketukan palu. OSN 2019 dibuka dengan sebuah eksperimen reaksi kimia. Ketika cairan tersebut berubah warna maka OSN resmi dibuka. 

    Bagi saya ini hal yang baru dan unik. kapan lagi melihat acara resmi seperti ini dibuka dengan sebuah reaksi kimia? Tentu hanya di OSN 2019.

    Pelaksanaan OSN SMP 2019 di Yogyakarta


    Sejujurnya saya salut dengan pelaksanaan OSN SMP 2019 ini. Selain acaranya yang tidak ngaret dan mengutamakan kenyamanan peserta; saya melihat bahwa branding dan dekorasi OSN tahun ini bagus sekali, sangat dinamis dan kekinian.

    Lihat saja banner yang saya unggah diatas, dari segi warna, penataan dan komposisi sangat menarik untuk dilihat. Warna-warna yang digunakan juga merupakan warna-warna yang menggambarkan kecerdasan intelektual dan kreatifitas.

    Sebagai informasi, pelaksanaan OSN sendiri berlangsung selama 2 hari yaitu pada tanggal 2 dan 3 Juli 2019. Tes dilaksanakan di dua tempat yaitu di SMP 8 Yogyakarta dan di Universitas Negeri Yogyakarta. Untuk kategori matematika yang dilombakan adalah dua jenis tes tertulis, untuk kategori IPA yang dilombakan adalah eksperimen dan teori sedangkan untuk kategori IPS yang dilombakan adalah teori dan keterampilan.

    Acara ditutup pada tanggal 5 Juli 2019 dengan pengumuman pemenang medali. Meskipun tidak semua peserta mendapatkan medali, akan tetapi seluruh peserta OSN SMP 2019 mendapatkan beasiswa sebesar 3.000.000 rupiah dan pendidikan dasar mengenai pengelolaan keuangan agar bisa memanfaatkan beasiswa tersebut dengan sebaik-baiknya. 

    Meskipun para peraih medali masih didominasi oleh peserta-peserta dari pulau jawa, akan tetapi banyak juga peserta dari luar jawa yang mendapatkan medali, seperti dari Sorong, Kalimantan Timur, Lampung, Medan dan Nusa Tenggara Barat.

    Harapan kedepannya sih, agar pemenang OSN tak melulu berasal dari pulau Jawa. Mari kita doakan saja agar upaya pemerataan tingkat pendidikan di Indonesia semakin berhasil sehingga kedepannya kita bisa melihat daerah-daerah lainnya menjadi juara umum Olimpiade Sains Nasional.

    Untuk informasi lebih lanjut mengenai OSN dapat menyimak akun media sosial Dikdas Kemendikbud yaitu di lini instagram dan twitter

    Yang Tidak Mereka Ceritakan Saat Bercerita Saat OSN

    Saya yakin kalau teman-teman menginginkan informasi soal OSN 2019, ada ratusan bahkan ribuan portal berita dan blog yang membahas mengenai pelaksanaan OSN 2019, peraih medali terbanyak maupun persiapan OSN. Tapi ada cerita yang saya alami saat pembukaan OSN SMP 2019 yang mungkin akan membuat kalian terkesima.

    Di tengah-tengah video conference dengan pembukaan OSN di Manado, saya sempat pergi keluar ballroom sebentar untuk menuju toilet. 

    Apa yang saya lihat di luar ballroom cukup membuat saya kaget dan terharu. Puluhan orang tua dan guru non-pendamping yang mengantarkan anak-anak ini sampai ke Yogyakarta, berkumpul bahkan duduk lesehan di sepanjang lorong menuju ballroom.

    Memang selama pelaksanaan OSN, orangtua dan guru non-pendamping OSN yang ditunjuk oleh provinsi dilarang masuk. Bahkan ketika pembukaan dimulai, para orangtua dipersilahkan keluar dari ruangan--namun sepertinya hal tersebut tidak menyurutkan semangat para orangtua dan guru untuk terus menyemangati anak dan anak didiknya.

    Mereka berjaga didepan ballroom, sesekali mencuri intip apa yang terjadi di Ballroom selama acara berlangsung. 

    Pertamanya saya masih merasa terharu yang biasa aja--ooh jadi begini ya rasanya, pasti orangtuanya deg-degan, ingin melihat anaknya didalam seperti apa.

    Lalu terjadilah.

    Hari itu saya tidak bisa langsung pulang karena menunggu pak suami menjemput dari rumah saya yang jauhnya hampir 10 kilo dari Hotel Alana. Karena Pak Suami terjebak macet, jadi saya duduk di tangga masuk ballroom, di luar. Semilir angin jogja yang saat itu sedang dingin-dinginnya menerpa wajah saya.

    Bukan hanya saya yang duduk di tangga tersebut; puluhan orang tua dan pendamping juga sama-sama duduk disebelah saya, berkerumun dan mengobrol. Kemudian saya melakukan hal paling indonesia-banget sejagat raya: Saya nguping dan kepo.

    Disebelah kanan saya ada lima orang ibu-ibu; dari logatnya mereka berasal dari daerah yang berbeda. Salah satu dari ibu tersebut panik karena tak pernah memesan taksi online sebelumnya. Untung seorang ibu dari grup yang berbeda dengan sigap mengajari kelima ibu-ibu ini untuk memesan taksi online.

    "Kita ketemu di Jejamuran ya!" kata ibu yang mengajari ibu-ibu ini untuk memesan gocar sambil menaiki taksi online yang sudah dia pesan sebelumnya. Ibu-ibu ini kembali panik.

    "nanti mobilnya seperti apa ya? taunya dia datang atau nggak bagaimana ya??" "ini lho mobilnya, daihatsu sigra!" "aduh, daihatsu yang seperti apa ya mobilnya?"

    Ibu-ibu lain disebelah kerumunan ini lain lagi, mereka berdiskusi soal tempat wisata yang bisa mereka datangi selama anak-anak mereka berkompetisi; "kamu sudah join grup whatsapp? baru dibentuk tadi kok! aku juga baru kenalan dengan mama-mama ini..."

    "aku mau cari toko buku ah, sekalian beli buku untuk anakku dirumah..." 

    "penginapanku jauh lho dari sini, yang disekitar sini sudah penuh semua... nggak apa-apalah yang penting bisa nemenin anak meski jauh"

    "Aduh anakku matiin HPnya, dia dimana ya? sudah balik ke kamar atau bagaimana ya?"

    Ramai dan riuh celotehan para orangtua saya catat dalam linimasa twitter. Kemudian saya menyadari bahwa datang ke Jogja bagi saya adalah hal yang biasa; namun tidak bagi para orangtua ini dan anak-anak mereka. 

    Bagi mereka OSN adalah sebuah tiang pengharapan, karena bisa sampai ke jogja hari ini adalah sebuah pencapaian yang luar biasa. 

    Hal-hal yang bagi saya biasa seperti memesan taksi online, pergi ke toko buku, makan di restoran-restoran yang "jogja banget" itu biasa saja, tapi tidak buat mereka. OSN bukan hanya mendekatkan para peserta, tapi juga para guru dan orangtua se-Indonesia. 

    Tidak tampak aura persaingan yang saling menjatuhkan, semuanya nampak saling berkenalan dan saling tolong menolong; dari hal simpel seperti memesan gocar sampai berbagi info penginapan murah. Semua demi anak-anak bangsa yang nantinya akan mengharumkan nama Indonesia.

    Saya berharap, hari ini semua orang ingat, bahwa dibalik gemerlap medali emas, perak dan perunggu yang dibawa pulang sesudah Olimpiade Sains Nasional ada peran guru-guru sekolah yang dengan cemas dan penuh harapan menemani anak-anak ini berlatih soal-soal OSN hingga larut, ada peran orangtua yang terus berdoa, mendukung dan berjuang agar anaknya bisa terus berprestasi, dan ada peran dinas pendidikan yang mondar-mandir mengurus kebutuhan para peserta.

    Hari itu saya sadar, it really takes a village to raise a child.


    . Minggu, 07 Juli 2019 .

    6 komentar

    1. Penjelasannya detail sekali, jadi ingat masa-masa pernah ikut lomba waktu kecil dan tau bagaimana kawatirnya guru dan ortu hihi setuju juga dengan statement soal konsep desain OSN tahun ini yang bagus :D semoga anak-anak ini bisa membawa negara kita maju ke arah yang lebih baik~

      BalasHapus
    2. Emak emaknya juga ikut histeris. Aku jadi penasaran bagaimana proses seleksinya kemarin. Secara ini kan yang sampai sini pasti sudah yang terbaik dari yang baik baik

      BalasHapus
    3. Wah.. Cerita penutupnya bikin haruu. Kemarin pas pengumuman yang SD dengar juga sewaktu seorang ibu memberi selamat ibu lain yang anaknya dipanggung karena juara. Si ibu yang anaknya tidak juara sama sekali tidak menunjukkan muka kecewa... Tetap ceria dan bangga atas pencapaian anaknya...

      BalasHapus
    4. Pernah beberapa kali jadi pemateri tambahan untuk adek2 sma yang mau ikut OSN. Pernah juga jadi panitianya. Panitia tuh yang nyiapin tenda, manggilin peserta. Jadi gak keren2 amat sih hehehe

      BalasHapus
    5. Betul, it really takes a village to raise a child. Butuh orang sekampung memang untuk mendidik anak.

      BalasHapus

    popular posts

    IBX5B00F39DDBE69