• about me
  • menu
  • categories
  • Agi Tiara Pranoto

    Agi Tiara Pranoto

    Seorang Blogger Indonesia yang berdomisili di Yogyakarta. Selain menulis, dia juga sangat hobi bermain game FPS. Cita-citanya adalah mendapatkan passive income sehingga tidak perlu bekerja di kantor, apa daya selama cita-cita itu belum tercapai, dia harus menikmati hari-harinya sebagai mediator kesehatan.

    [REVIEW] Pengabdi Setan 2 - Communion (SPOILER TIPIS-TIPIS ALERT!)

    Review Pengabdi Setan 2

    Ea, kembali lagi di review film horror yang paling ditunggu-tunggu sejuta jagat umat pengemar film horror. Kali ini saya akan mereview film paling happening Agustus 2022 yaitu Pengabdi Setan 2: Communion. 

    Ending Pengabdi Setan/Satan Slaves pertama yang saya tonton di tahun 2017 lalu bener-bener bikin saya nggak sabar nungguin Pengabdi Setan 2 ini. Pasalnya saya punya harapan Fachri Albar dan Asmara Abigail bakal memegang peran penting soal cerita kehidupan Rini, Toni, dan Bondi pasca hilangnya Ian dan tragedi di rumah lama mereka. 

    Cerita dimulai dengan keluarga Rini, Toni, Bondi, dan hot daddy Bapak yang kini tinggal di sebuah Rumah Susun di utara Jakarta, dekat dengan laut. Sebenernya keluarga ini sudah ada di zona nyaman banget karena tinggal di rumah susun kan ramai, banyak tetangga, jadi kalau ada apa-apa tinggal teriak. 

    Jujur pengen banget nyuruh empat orang ini nonton Fiksi-nya Mouly Surya biar tau sensasi serem tinggal di rumah susun Lol. Tapi enggak, itu kan beda universe. 

    Rini sendiri udah mulai mikirin masa depannya untuk beasiswa dan cari kerja yang lebih baik, Toni udah mulai naksir tante-tante mbak-mbak yang seapartemen dengan dirinya, dan Bondi sibuk main detektif-detektifan karena curiga apartemen yang mereka tinggali itu bekas kuburan. Hot Daddy Bapak gimana? Bapak masih... ya masih jadi bapak. Kalau kata temen-temennya Bondi, jadi serabutan begitu. 

    Nah suatu hari, terjadilah tragedi di apartemen itu yang membuat Rini, Toni, dan Bondi lagi-lagi harus berjuang untuk kabur dari cengkeraman sekte pemuja iblis yang pernah membuat mereka kehilangan ibu dan adik. 

    Disini saya nggak mau spoiler terlalu banyak, takutnya kalian masih ada yang belum menonton. Dan lagi saya nggak mau menjadi alasan kalian gagal nonton film ini. 

    Review Pengabdi Setan 2 & Spoiler Sedikit

    Disclaimer: review ini merupakan opini pribadi dan tidak bermaksud menjatuhkan siapapun. Ada sedikit spoiler dalam review ini. Diharap pembaca yang nggak pengen kena spoiler, skip aja dulu,

    Jujur ini adalah review tak berbayar yang saya tulis sekian jam setelah nonton Pengabdi Setan 2 di Velvet CGV. Kali ini saya bela-belain banget sih nonton di Velvet demi Pengabdi Setan 2. Di bayangan saya, film ini bakal jadi masterpiece, apalagi setelah nonton trailernya.  Sayangnya saya ternyata kecewa berat. 

    Sumpah asli, saya nggak pengen ribut sama Joko Anwar karena sebelumnya saya pun udah pernah bilang kalau saya jatuh cinta banget sama Pengabdi Setan pertama, tapi kali ini saya harus ngomong... "Mas Joko Anwar, what the hell are you doing?"

    Sebenernya pertanyaan ini udah pernah keluar waktu saya ngereview Impetigore/Perempuan Tanah Jahanam, tapi yawislah mari kita tanyakan lagi. 

    Film yang awalnya pelan-pelan membuat kita mulai teringat kenapa kita sangat mencintai tokoh Rini, Toni, dan Bondi seolah-olah mulai hilang arah ditelan jumpscare dan efek-efek flashing light yang lama-lama menjadi berlebihan. Masukan buat para filmmaker, photosensitive seizure itu real, dan sebaiknya kalau emang filmnya ada flashing lights yang beresiko bikin orang pusing atau epilepsi kambuh, please dicantumkan di awal film. 

    Sungguh beneran, 30 menit terakhir mata dan kepala saya kaya disiksa sama kedap kedip layar yang rapid dan kamera yang bergoyang-goyang untuk memberikan efek kepanikan. Keluar bioskop rasanya pengen muntah dan ngawang, bukan karena filmnya jelek tapi karena pusing beneran. 

    Selain itu dari segi cerita, ada beberapa plot hole yang menganga, seperti soal mayat-mayat yang ditemukan Pak Budiman, kemudian foto-foto rumah susun yang belum jadi, bahasa isyarat Bondi dan kenapa ibunya (siapa tuh bocah yang nempel Rini kemana-mana? Dimas?) bisa punya buku bahasa isyarat itu? 

    Terus soal temannya Bondi yang sama sekali ngga berusaha menyelamatkan keluarganya seolah-olah udah tahu kalau keluarganya udah lewat, itu juga aneh banget. Belum lagi soal getek yang akhirnya menyelamatkan orang-orang ini dari Rusun yang tenggelam itu dibawa siapa, karena ya masa iya Budiman dayung getek di tengah badai sendirian. 

    Terus kenapa temen-temen Bondi bisa ada di Getek sedangkan Rini, Toni, dan Bondi disiksa di loteng lantai 14 itu? 

    Jujur ini film jatohnya jadi kaya semi-semi film zombie? Genre yang tepat mungkin horror survival ya. Bagi penggemar horror survival ala jepang mungkin bisa menikmati film ini sejadi-jadinya. Apalagi setting rumah susun yang klaustrofobik itu berasa banget di film ini. 

    Selain itu Pengabdi Setan 2 ini jadi punya feel yang mirip dengan Sebelum Iblis Menjemput, belum lagi bentuk setannya yang lebih "eropa" dan practical effect lampu merah remang-remang khas neraka di beberapa adegan bikin film ini jadi punya nuansa yang sama dengan Sebelum Iblis Menjemput. 

    Sialnya saya nggak suka Sebelum Iblis Menjemput :(

    Yang menurut saya jadi redemption point-nya Joko Anwar adalah film ini punya beberapa referensi ke HEROSASE yang ada di film Pintu Terlarang. Secara Pintu Terlarang bagi saya adalah film terbaik di Indonesia pada masanya jadi ya pastinya saya seneng banget, seperti Jokan membuka jalan menuju Kala/Gambir Universe di Pintu Terlarang dan Kala. 

    Padahal kalo referensi mitologi herosase ini diperdalam (instead of bikin cerita soal Tari si love interestnya Toni yang terduga pernah aborsi? bunuh orang?) malah menurut saya bakal bikin filmnya jadi lebih berarti. Instead Joko Anwar pengen kita merasakan kaget, kejar-kejaran, dan adegan gore layaknya film Zombie. 

    Belum lagi upaya untuk membuat film ini jadi politikal, tanpa dasar latar cerita yang baik malah chapter politis ini nggak berarti. Meskipun saya yakin dasar cerita politik ini dimasukkan dalam film adalah untuk membuat jembatan ke Pengabdi Setan 3, Pengabdi Setan 2 malah habis menjadi cerita full jumpscare yang nggak membekas di hati layaknya Pengabdi Setan pertama. 

    Pocong-pocong yang harusnya bisa bikin film jadi serem malah cuma jadi properti gore semata. Sure, di beberapa adegan, para pocong ini serem banget, tapi malah di akhir film, para pocong army ini cuma jadi pajangan aja. Disini saya jujur kecewa karena keberadaaan para pocong ini malah bisa jadi lebih serem lagi. 

    Untuk scoring seperti biasa Aghi Narottama juara ya. Sebagai sesama Agi saya turut bangga. 

    Semoga kedepannya Joko Anwar mau dengerin masukan netizen kalau...

    kami mau horror, bukan mau gore. 

    Review Pengabdi Setan 2

    Ea, kembali lagi di review film horror yang paling ditunggu-tunggu sejuta jagat umat pengemar film horror. Kali ini saya akan mereview film paling happening Agustus 2022 yaitu Pengabdi Setan 2: Communion. 

    Ending Pengabdi Setan/Satan Slaves pertama yang saya tonton di tahun 2017 lalu bener-bener bikin saya nggak sabar nungguin Pengabdi Setan 2 ini. Pasalnya saya punya harapan Fachri Albar dan Asmara Abigail bakal memegang peran penting soal cerita kehidupan Rini, Toni, dan Bondi pasca hilangnya Ian dan tragedi di rumah lama mereka. 

    Cerita dimulai dengan keluarga Rini, Toni, Bondi, dan hot daddy Bapak yang kini tinggal di sebuah Rumah Susun di utara Jakarta, dekat dengan laut. Sebenernya keluarga ini sudah ada di zona nyaman banget karena tinggal di rumah susun kan ramai, banyak tetangga, jadi kalau ada apa-apa tinggal teriak. 

    Jujur pengen banget nyuruh empat orang ini nonton Fiksi-nya Mouly Surya biar tau sensasi serem tinggal di rumah susun Lol. Tapi enggak, itu kan beda universe. 

    Rini sendiri udah mulai mikirin masa depannya untuk beasiswa dan cari kerja yang lebih baik, Toni udah mulai naksir tante-tante mbak-mbak yang seapartemen dengan dirinya, dan Bondi sibuk main detektif-detektifan karena curiga apartemen yang mereka tinggali itu bekas kuburan. Hot Daddy Bapak gimana? Bapak masih... ya masih jadi bapak. Kalau kata temen-temennya Bondi, jadi serabutan begitu. 

    Nah suatu hari, terjadilah tragedi di apartemen itu yang membuat Rini, Toni, dan Bondi lagi-lagi harus berjuang untuk kabur dari cengkeraman sekte pemuja iblis yang pernah membuat mereka kehilangan ibu dan adik. 

    Disini saya nggak mau spoiler terlalu banyak, takutnya kalian masih ada yang belum menonton. Dan lagi saya nggak mau menjadi alasan kalian gagal nonton film ini. 

    Review Pengabdi Setan 2 & Spoiler Sedikit

    Disclaimer: review ini merupakan opini pribadi dan tidak bermaksud menjatuhkan siapapun. Ada sedikit spoiler dalam review ini. Diharap pembaca yang nggak pengen kena spoiler, skip aja dulu,

    Jujur ini adalah review tak berbayar yang saya tulis sekian jam setelah nonton Pengabdi Setan 2 di Velvet CGV. Kali ini saya bela-belain banget sih nonton di Velvet demi Pengabdi Setan 2. Di bayangan saya, film ini bakal jadi masterpiece, apalagi setelah nonton trailernya.  Sayangnya saya ternyata kecewa berat. 

    Sumpah asli, saya nggak pengen ribut sama Joko Anwar karena sebelumnya saya pun udah pernah bilang kalau saya jatuh cinta banget sama Pengabdi Setan pertama, tapi kali ini saya harus ngomong... "Mas Joko Anwar, what the hell are you doing?"

    Sebenernya pertanyaan ini udah pernah keluar waktu saya ngereview Impetigore/Perempuan Tanah Jahanam, tapi yawislah mari kita tanyakan lagi. 

    Film yang awalnya pelan-pelan membuat kita mulai teringat kenapa kita sangat mencintai tokoh Rini, Toni, dan Bondi seolah-olah mulai hilang arah ditelan jumpscare dan efek-efek flashing light yang lama-lama menjadi berlebihan. Masukan buat para filmmaker, photosensitive seizure itu real, dan sebaiknya kalau emang filmnya ada flashing lights yang beresiko bikin orang pusing atau epilepsi kambuh, please dicantumkan di awal film. 

    Sungguh beneran, 30 menit terakhir mata dan kepala saya kaya disiksa sama kedap kedip layar yang rapid dan kamera yang bergoyang-goyang untuk memberikan efek kepanikan. Keluar bioskop rasanya pengen muntah dan ngawang, bukan karena filmnya jelek tapi karena pusing beneran. 

    Selain itu dari segi cerita, ada beberapa plot hole yang menganga, seperti soal mayat-mayat yang ditemukan Pak Budiman, kemudian foto-foto rumah susun yang belum jadi, bahasa isyarat Bondi dan kenapa ibunya (siapa tuh bocah yang nempel Rini kemana-mana? Dimas?) bisa punya buku bahasa isyarat itu? 

    Terus soal temannya Bondi yang sama sekali ngga berusaha menyelamatkan keluarganya seolah-olah udah tahu kalau keluarganya udah lewat, itu juga aneh banget. Belum lagi soal getek yang akhirnya menyelamatkan orang-orang ini dari Rusun yang tenggelam itu dibawa siapa, karena ya masa iya Budiman dayung getek di tengah badai sendirian. 

    Terus kenapa temen-temen Bondi bisa ada di Getek sedangkan Rini, Toni, dan Bondi disiksa di loteng lantai 14 itu? 

    Jujur ini film jatohnya jadi kaya semi-semi film zombie? Genre yang tepat mungkin horror survival ya. Bagi penggemar horror survival ala jepang mungkin bisa menikmati film ini sejadi-jadinya. Apalagi setting rumah susun yang klaustrofobik itu berasa banget di film ini. 

    Selain itu Pengabdi Setan 2 ini jadi punya feel yang mirip dengan Sebelum Iblis Menjemput, belum lagi bentuk setannya yang lebih "eropa" dan practical effect lampu merah remang-remang khas neraka di beberapa adegan bikin film ini jadi punya nuansa yang sama dengan Sebelum Iblis Menjemput. 

    Sialnya saya nggak suka Sebelum Iblis Menjemput :(

    Yang menurut saya jadi redemption point-nya Joko Anwar adalah film ini punya beberapa referensi ke HEROSASE yang ada di film Pintu Terlarang. Secara Pintu Terlarang bagi saya adalah film terbaik di Indonesia pada masanya jadi ya pastinya saya seneng banget, seperti Jokan membuka jalan menuju Kala/Gambir Universe di Pintu Terlarang dan Kala. 

    Padahal kalo referensi mitologi herosase ini diperdalam (instead of bikin cerita soal Tari si love interestnya Toni yang terduga pernah aborsi? bunuh orang?) malah menurut saya bakal bikin filmnya jadi lebih berarti. Instead Joko Anwar pengen kita merasakan kaget, kejar-kejaran, dan adegan gore layaknya film Zombie. 

    Belum lagi upaya untuk membuat film ini jadi politikal, tanpa dasar latar cerita yang baik malah chapter politis ini nggak berarti. Meskipun saya yakin dasar cerita politik ini dimasukkan dalam film adalah untuk membuat jembatan ke Pengabdi Setan 3, Pengabdi Setan 2 malah habis menjadi cerita full jumpscare yang nggak membekas di hati layaknya Pengabdi Setan pertama. 

    Pocong-pocong yang harusnya bisa bikin film jadi serem malah cuma jadi properti gore semata. Sure, di beberapa adegan, para pocong ini serem banget, tapi malah di akhir film, para pocong army ini cuma jadi pajangan aja. Disini saya jujur kecewa karena keberadaaan para pocong ini malah bisa jadi lebih serem lagi. 

    Untuk scoring seperti biasa Aghi Narottama juara ya. Sebagai sesama Agi saya turut bangga. 

    Semoga kedepannya Joko Anwar mau dengerin masukan netizen kalau...

    kami mau horror, bukan mau gore. 

    . Kamis, 04 Agustus 2022 .

    Tidak ada komentar

    Posting Komentar

    popular posts

    IBX5B00F39DDBE69