Seorang Blogger Indonesia yang berdomisili di Yogyakarta. Selain menulis, dia juga sangat hobi bermain game FPS. Cita-citanya adalah mendapatkan passive income sehingga tidak perlu bekerja di kantor, apa daya selama cita-cita itu belum tercapai, dia harus menikmati hari-harinya sebagai mediator kesehatan.
Satu lagi cerita soal anak setan (dalam artian figuratif ya) yang saya tonton
selama pandemi ini. Sungguh nonton film dan series soal kejahatan para
anak-anak bangke ini adalah metode KB yang efektif.
Memang mungkin cerita soal anak-anak yang jahatnya ngelebihin iblis model the
omen, the children dan bahkan The Strange Things about the Johnson belum cukup
ramai di kancah perfilman Asia. Apalagi kalo mengingat disini anak-anak selalu
jadi 'korban' utama dari film horror.
Bahkan sejatinya Toshio di Ju-On juga merupakan korban gaes ((teteup))
((#PembelaHakAsasiSetan))
(also don't get me start on Jangsan Tiger ya. Itu film masih bikin saya
emosi)
Makanya ketika ada cerita mengenai anak yang misterius dan jahat dari
Thailand, saya langsung buru-buru nonton di Netflix.
Maklum Pil KB dan Kondom sudah abis.
Disclaimer: Review ini mengandung Spoiler!
Sleepless Society: Nyctophobia
Sleepless Society di Thailand adalah semacam serial seperti American Horror Story
yang tiap seasonnya punya premis dan cerita berbeda. Di tahun 2019, mereka
merilis season yang berjudul Nyctophobia alias fobia kegelapan.
Ceritanya bermula ketika Meena, seorang ibu dan Direktur Rumah Sakit yang
depresi pasca meninggalnya sang anak, mencoba untuk bunuh
diri. Ternyata anaknya, Arm, meninggal di pelukan Meena karena Asthma dan
inhalernya habis. Padahal sebelum meninggal Meena habis marah-marahin Arm
karena selalu gangguin Meena kerja.
Ini adalah bukti nyata bahwa you don't know what you got till it's gone, literally.
Meena beruntung karena ditolong oleh teman-temannya, Karn dan Wan yang juga
merupakan dokter di Rumah Sakitnya. Akhirnya Meena untuk sementara waktu
tinggal di rumah Wan. Disini ketauan kalo setelah Arm meninggal, Meena jadi
takut gelap seperti Arm. Arm emang punya beberapa trait khusus seperti Nyctophobia (fobia kegelapan), Asma, dan punya hal-hal yang hanya diketahui Meena sebagai seorang ibu.
Gak lama, Meena udah ngerasa baikan, akhirnya dia balik ke rumahnya yang super
mewah di tepi pantai. Ehhhh tetiba malem-malem, ujan-ujan, munculah seorang
bocah yang mirip banget sama Arm dan MENGAKU REINKARNASI ARM.
Arm: ini jojo bu.... jojo kehujanan bu... Meena: SAPE ELU BAMBANG???
Jreng jreeeng... Meena jadi stress lagi dong, secara ini anak emang MIRIP BANGET
sama Arm dan bahkan tahu hal-hal yang hanya diketahui oleh Arm. Akhirnya Meena nonton youtube (??)
dan nemu video seorang dukun bernama Sita yang menjelaskan soal
reinkarnasi.
Sampai sini kita mulai narik napas panjang karena pelan-pelan kita melihat si
Arm itu nggak se-angelic yang selama ini diceritakan Meena ke
teman-temannya.
Satu persatu muncul tokoh tokoh baru yang bikin kondisi makin runyam. Mulai dari Fai, anak Karn yang sotoynya luar biasa, Plernuwan yang problematic, Sita si dukun sampai Pete, mantan suami Meena yang konon nggak deket sama Arm.
Kalo kalian orangnya ga sabaran pasti bawaannya pengen nabok Meena karena saya
pun merasa begitu. Peluk kalian yang nggak sabaran selama menonton film ini.
Pelan-pelan kita jadi penasaran, siapakah "Arm" yang baru datang ini sesungguhnya?? Lalu gimana dengan Meena bisa menghadapi situasi baru ini?
Kenapa Saya Mau Menonton Nyctophobia?
Karena saya nggak pengen *langsung* spoiler, saya komentarin ceritanya nanti
aja ya. Saya komentarin gambar dan ceritanya dulu.
Sebenernya kualitas gambarnya bagus, nggak ((sinetron-esque)) kaya beberapa
serial Thailand yang pernah saya tonton, tapi juga nggak yang cinematic kaya
film-film thriller Thailand yang baru-baru ini saya tonton. Tapi shot-shotnya
jelas nggak astrada alias asal terang gambar ada.
Disini kita dikasi liat kehidupan Meena yang sekilas terlihat mevvah tapi
penuh dengan cela. Intinya everything is not what it seems.
Untuk setting dan latar cerita, kita akan dimanjakan dengan kemewahan duniawi dan setting yang sesuai dengan cerita. Misal kalo ceritanya soal rumah sakit, ya digambarkanlah kantor rumah sakit layaknya kantor. Rumah ya digambarkan seperti rumah. Pokoknya nggak berlebihan atau berkekurangan layaknya sinetron low budget.
Tone agak somber yang digunakan oleh Nyctophobia juga berhasil membangun suasana serial yang creepy. Meski penggunaan properti didalam film ini masih ala-kadarnya, misal kamera polaroid yang kita kira akan punya peran besar dalam film ini karena masuk di credit openingnya, ternyata nggak berperan banyak.
Tapi kalo dari segi cerita... hmmm, terlalu banyak kebetulan, ya
bambang.
Series ini cukup panjang, makanya plot hole dan kontinuitasnya juga
jadi banyak. Bahkan menurut saya endingnya seolah ngga masuk di akal dan
easy fix banget untuk segala plot hole yang terjadi sepanjang
cerita.
Padahal kalian nggak boleh skip satu episode pun karena ceritanya nyambung
terus, tapi tetep aja ada hal hal yang nggak bisa dijelaskan dengan
baik. Banyak juga detil cerita yang miss, bahkan penggambaran karakter Arm terasa terlalu one dimensional karena kurang sukses dalam mengulik emosi Arm. Jadi Arm itu ya jahat, Meena itu ya baik, Karn itu baik, Plernuwan ya Pler... udah gitu doang.
Nah sampai sini saya mulai spoiler ya. kalo ngga mau baca plis scroll sampai
header selanjutnya ajah.
Mulai bete nonton Nyctophobia Karena...
Jujur saya sebel banget sama yang istrinya Karn yaitu Plernuwan.
Memang nama adalah doa ya karena perilaku istrinya Karn ini emang peler
banget.
Bawaannya waktu arc soal konflik keluarga Karn, saya pengen skip aja karena
apalah fungsinya saya menghabiskan 10 menit nonton istrinya Karn eyel-eyelan
soal dateng ke reunian temen-temennya. HEYYYYY TEMEN BAIK LAKI LO MENINGGAL
AND ALL U CARE ABOUT IS REUNIAN kan anjheng,
Makanya waktu Pler mo dibunuh saya sih seneng setengah mati. Ini Pler kalo di
Indonesia emang tipe-tipe yang hidup di dunia
tipu-tipu sosmed. Apalagi yang dia naro rekaman di tempatnya
Arm. Sumpah ini orang dramatis, sinetron, nyebelin, nyolot, udahlah dibikin
mati aja karena nggak ada peran pentingnya dalam kontinuitas cerita. Kali-kali
aja kalo kita ga bahas keluarga Karn, ini series bisa tinggal nyisa 7
episode.
Arc soal Pler ini bikin jalan cerita yang tadinya solid--soal Karn yang terlalu sibuk kepo dan main detektif-detektifan sampai lupa keluarga--jadi nanggung antara cinta tak sampai Karn ke Meena dan Pler yang ibu-ibu sinetron banget. Bikin males dan pengen skip-skip jadinya.
Terus juga soal kabel Wan yang konslet dan angus.. secara hapenya mereka
iPhone generasi terbaru kan ya, kayanya kalo kabel konslet dikit langsung
otomatis nggak bisa kepakai gitu. Jadi kejadian iPhone meleduk gara-gara
charger konslet itu pushing it banget.
tapi namanya juga film kan ya. si "Arm" ini juga emang bocah setan
banget perilakunya bikin istighfar. Tapi kejahatan-kejahatan yang dilakukan Arm ini menurut saya terlalu berlebih. Saya masih mau paham ketika di awal cerita diceritakan bahwa Arm ini punya kecenderungan psikopat karena suka menyakiti binatang, tapi kalo abis itu langsung bisa bikin rencana buat nyetrum manusia dewasa, ngebunuh orang-orang disekeliling Meena kok kayanya loncatnya jauh banget ya.
Meena pun juga sepertinya nggak begitu tertarik menyelidiki masa lalu Arm. Maksudnya gini lho, walaupun itu konon "Arm" yang terbangun di badan orang lain, itu bocah kan pasti punya orang tua, punya rumah, dan pastinya ada yang nyariin. Ini nggak ada sama sekali lho.
Saya juga bingung soal rencana Tom dan Arm untuk switch kehidupan dan soal
pamannya Tom yang ditemukan jadi mayat. Kalo di endingnya kan dijelaskan bahwa
Tom ga terima sama rencana Arm buat ngebunuh pamannya Tom. Tapi kita juga
nggak tahu kenapa ujug-ujug pamannya Tom tetep mokat.
arm: lihat saja, akan kubunuh dia saat lengah Meena: nonton youtube apa lagi ya hari ini?
Jadi akhirnya cerita yang awalnya solid horror story tentang anak yang jahatnya ngelebihin boneka chucky berubah jadi sinetron putri yang tertukar.
Sampai akhir juga penjelasan mengenai Nyctophobia yang dialami sama Meena juga nggak ada juntrungannya. Harusnya series ini dikasi judul Sleepless Society: Bayi Ajaib. Intinya
emang anak setan aja gitu si Arm dan Tom ini. Udah gitu doang.
Terus
gimana ceritanya Pete dan Sita bisa menemukan Tom dan nyusun rencana se-elaborate itu tapi tetep bisa dikadalin bocah tengik modelan Tom bener-bener bikin saya
semakin puyeng. Disini juga ngga ada closure yang jelas.
Tadinya saya udah expect arc ritual-ritual Sita ini bakal berkembang jadi cerita yang lebih cult-like atau emang ada cult yang kerjaannya ngadalin orangtua-orangtua yang sedang bersedih, ternyata ceritanya begitu doang. Kzl.
Bahkan penggambaran Karn dan temennya yang polisi aja kesulitan menghadapi Arm. Sebel banget pokoknya nonton series ini, bawaannya pengen cepet kelar dan tahu siapa "Arm" sesungguhnya
Pokoknya tau tau mendadak sinetron banget lah ini series, kzl.
All in All...
Saya merekomendasikan Nyctophobia ini sebagai series dikala bosan dan dikala lelah; kalau ditonton pas lagi fokus emang malah bikin emosi aja karena kita jadi bisa pinpoint masalah-masalahnya dimana.
Series ini juga cocok buat yang sabar nonton serial yang cukup panjang dan sabar nonton kelakuan Plernuwan yang bikin emosi.
Jadi apakah saya akan menonton Sleepless Society lagi kedepannya? Jujur saya belum tahu. Kayanya sih enggak karena saya kurang sabar sama episodenya yang cukup banyak. Serial Horror--in my opinion--should be short and bittersweet. Meski Nyctophobia adalah pembuka yang cukup lumayan sayangnya ia terjebak dalam kebingungan karena banyaknya karakter didalam cerita yang seharusnya cukup berfokus pada dua orang saja.
After all, saya percaya bahwa kengerian yang sesungguhnya terjadi ketika manusia merasa kalau ia sendirian.
Serial Nyctophobia ini bisa kalian tonton secara legal di Netflix. Selamat menonton!
Satu lagi cerita soal anak setan (dalam artian figuratif ya) yang saya tonton
selama pandemi ini. Sungguh nonton film dan series soal kejahatan para
anak-anak bangke ini adalah metode KB yang efektif.
Memang mungkin cerita soal anak-anak yang jahatnya ngelebihin iblis model the
omen, the children dan bahkan The Strange Things about the Johnson belum cukup
ramai di kancah perfilman Asia. Apalagi kalo mengingat disini anak-anak selalu
jadi 'korban' utama dari film horror.
Bahkan sejatinya Toshio di Ju-On juga merupakan korban gaes ((teteup))
((#PembelaHakAsasiSetan))
(also don't get me start on Jangsan Tiger ya. Itu film masih bikin saya
emosi)
Makanya ketika ada cerita mengenai anak yang misterius dan jahat dari
Thailand, saya langsung buru-buru nonton di Netflix.
Maklum Pil KB dan Kondom sudah abis.
Disclaimer: Review ini mengandung Spoiler!
Sleepless Society: Nyctophobia
Sleepless Society di Thailand adalah semacam serial seperti American Horror Story
yang tiap seasonnya punya premis dan cerita berbeda. Di tahun 2019, mereka
merilis season yang berjudul Nyctophobia alias fobia kegelapan.
Ceritanya bermula ketika Meena, seorang ibu dan Direktur Rumah Sakit yang
depresi pasca meninggalnya sang anak, mencoba untuk bunuh
diri. Ternyata anaknya, Arm, meninggal di pelukan Meena karena Asthma dan
inhalernya habis. Padahal sebelum meninggal Meena habis marah-marahin Arm
karena selalu gangguin Meena kerja.
Ini adalah bukti nyata bahwa you don't know what you got till it's gone, literally.
Meena beruntung karena ditolong oleh teman-temannya, Karn dan Wan yang juga
merupakan dokter di Rumah Sakitnya. Akhirnya Meena untuk sementara waktu
tinggal di rumah Wan. Disini ketauan kalo setelah Arm meninggal, Meena jadi
takut gelap seperti Arm. Arm emang punya beberapa trait khusus seperti Nyctophobia (fobia kegelapan), Asma, dan punya hal-hal yang hanya diketahui Meena sebagai seorang ibu.
Gak lama, Meena udah ngerasa baikan, akhirnya dia balik ke rumahnya yang super
mewah di tepi pantai. Ehhhh tetiba malem-malem, ujan-ujan, munculah seorang
bocah yang mirip banget sama Arm dan MENGAKU REINKARNASI ARM.
Arm: ini jojo bu.... jojo kehujanan bu... Meena: SAPE ELU BAMBANG???
Jreng jreeeng... Meena jadi stress lagi dong, secara ini anak emang MIRIP BANGET
sama Arm dan bahkan tahu hal-hal yang hanya diketahui oleh Arm. Akhirnya Meena nonton youtube (??)
dan nemu video seorang dukun bernama Sita yang menjelaskan soal
reinkarnasi.
Sampai sini kita mulai narik napas panjang karena pelan-pelan kita melihat si
Arm itu nggak se-angelic yang selama ini diceritakan Meena ke
teman-temannya.
Satu persatu muncul tokoh tokoh baru yang bikin kondisi makin runyam. Mulai dari Fai, anak Karn yang sotoynya luar biasa, Plernuwan yang problematic, Sita si dukun sampai Pete, mantan suami Meena yang konon nggak deket sama Arm.
Kalo kalian orangnya ga sabaran pasti bawaannya pengen nabok Meena karena saya
pun merasa begitu. Peluk kalian yang nggak sabaran selama menonton film ini.
Pelan-pelan kita jadi penasaran, siapakah "Arm" yang baru datang ini sesungguhnya?? Lalu gimana dengan Meena bisa menghadapi situasi baru ini?
Kenapa Saya Mau Menonton Nyctophobia?
Karena saya nggak pengen *langsung* spoiler, saya komentarin ceritanya nanti
aja ya. Saya komentarin gambar dan ceritanya dulu.
Sebenernya kualitas gambarnya bagus, nggak ((sinetron-esque)) kaya beberapa
serial Thailand yang pernah saya tonton, tapi juga nggak yang cinematic kaya
film-film thriller Thailand yang baru-baru ini saya tonton. Tapi shot-shotnya
jelas nggak astrada alias asal terang gambar ada.
Disini kita dikasi liat kehidupan Meena yang sekilas terlihat mevvah tapi
penuh dengan cela. Intinya everything is not what it seems.
Untuk setting dan latar cerita, kita akan dimanjakan dengan kemewahan duniawi dan setting yang sesuai dengan cerita. Misal kalo ceritanya soal rumah sakit, ya digambarkanlah kantor rumah sakit layaknya kantor. Rumah ya digambarkan seperti rumah. Pokoknya nggak berlebihan atau berkekurangan layaknya sinetron low budget.
Tone agak somber yang digunakan oleh Nyctophobia juga berhasil membangun suasana serial yang creepy. Meski penggunaan properti didalam film ini masih ala-kadarnya, misal kamera polaroid yang kita kira akan punya peran besar dalam film ini karena masuk di credit openingnya, ternyata nggak berperan banyak.
Tapi kalo dari segi cerita... hmmm, terlalu banyak kebetulan, ya
bambang.
Series ini cukup panjang, makanya plot hole dan kontinuitasnya juga
jadi banyak. Bahkan menurut saya endingnya seolah ngga masuk di akal dan
easy fix banget untuk segala plot hole yang terjadi sepanjang
cerita.
Padahal kalian nggak boleh skip satu episode pun karena ceritanya nyambung
terus, tapi tetep aja ada hal hal yang nggak bisa dijelaskan dengan
baik. Banyak juga detil cerita yang miss, bahkan penggambaran karakter Arm terasa terlalu one dimensional karena kurang sukses dalam mengulik emosi Arm. Jadi Arm itu ya jahat, Meena itu ya baik, Karn itu baik, Plernuwan ya Pler... udah gitu doang.
Nah sampai sini saya mulai spoiler ya. kalo ngga mau baca plis scroll sampai
header selanjutnya ajah.
Mulai bete nonton Nyctophobia Karena...
Jujur saya sebel banget sama yang istrinya Karn yaitu Plernuwan.
Memang nama adalah doa ya karena perilaku istrinya Karn ini emang peler
banget.
Bawaannya waktu arc soal konflik keluarga Karn, saya pengen skip aja karena
apalah fungsinya saya menghabiskan 10 menit nonton istrinya Karn eyel-eyelan
soal dateng ke reunian temen-temennya. HEYYYYY TEMEN BAIK LAKI LO MENINGGAL
AND ALL U CARE ABOUT IS REUNIAN kan anjheng,
Makanya waktu Pler mo dibunuh saya sih seneng setengah mati. Ini Pler kalo di
Indonesia emang tipe-tipe yang hidup di dunia
tipu-tipu sosmed. Apalagi yang dia naro rekaman di tempatnya
Arm. Sumpah ini orang dramatis, sinetron, nyebelin, nyolot, udahlah dibikin
mati aja karena nggak ada peran pentingnya dalam kontinuitas cerita. Kali-kali
aja kalo kita ga bahas keluarga Karn, ini series bisa tinggal nyisa 7
episode.
Arc soal Pler ini bikin jalan cerita yang tadinya solid--soal Karn yang terlalu sibuk kepo dan main detektif-detektifan sampai lupa keluarga--jadi nanggung antara cinta tak sampai Karn ke Meena dan Pler yang ibu-ibu sinetron banget. Bikin males dan pengen skip-skip jadinya.
Terus juga soal kabel Wan yang konslet dan angus.. secara hapenya mereka
iPhone generasi terbaru kan ya, kayanya kalo kabel konslet dikit langsung
otomatis nggak bisa kepakai gitu. Jadi kejadian iPhone meleduk gara-gara
charger konslet itu pushing it banget.
tapi namanya juga film kan ya. si "Arm" ini juga emang bocah setan
banget perilakunya bikin istighfar. Tapi kejahatan-kejahatan yang dilakukan Arm ini menurut saya terlalu berlebih. Saya masih mau paham ketika di awal cerita diceritakan bahwa Arm ini punya kecenderungan psikopat karena suka menyakiti binatang, tapi kalo abis itu langsung bisa bikin rencana buat nyetrum manusia dewasa, ngebunuh orang-orang disekeliling Meena kok kayanya loncatnya jauh banget ya.
Meena pun juga sepertinya nggak begitu tertarik menyelidiki masa lalu Arm. Maksudnya gini lho, walaupun itu konon "Arm" yang terbangun di badan orang lain, itu bocah kan pasti punya orang tua, punya rumah, dan pastinya ada yang nyariin. Ini nggak ada sama sekali lho.
Saya juga bingung soal rencana Tom dan Arm untuk switch kehidupan dan soal
pamannya Tom yang ditemukan jadi mayat. Kalo di endingnya kan dijelaskan bahwa
Tom ga terima sama rencana Arm buat ngebunuh pamannya Tom. Tapi kita juga
nggak tahu kenapa ujug-ujug pamannya Tom tetep mokat.
arm: lihat saja, akan kubunuh dia saat lengah Meena: nonton youtube apa lagi ya hari ini?
Jadi akhirnya cerita yang awalnya solid horror story tentang anak yang jahatnya ngelebihin boneka chucky berubah jadi sinetron putri yang tertukar.
Sampai akhir juga penjelasan mengenai Nyctophobia yang dialami sama Meena juga nggak ada juntrungannya. Harusnya series ini dikasi judul Sleepless Society: Bayi Ajaib. Intinya
emang anak setan aja gitu si Arm dan Tom ini. Udah gitu doang.
Terus
gimana ceritanya Pete dan Sita bisa menemukan Tom dan nyusun rencana se-elaborate itu tapi tetep bisa dikadalin bocah tengik modelan Tom bener-bener bikin saya
semakin puyeng. Disini juga ngga ada closure yang jelas.
Tadinya saya udah expect arc ritual-ritual Sita ini bakal berkembang jadi cerita yang lebih cult-like atau emang ada cult yang kerjaannya ngadalin orangtua-orangtua yang sedang bersedih, ternyata ceritanya begitu doang. Kzl.
Bahkan penggambaran Karn dan temennya yang polisi aja kesulitan menghadapi Arm. Sebel banget pokoknya nonton series ini, bawaannya pengen cepet kelar dan tahu siapa "Arm" sesungguhnya
Pokoknya tau tau mendadak sinetron banget lah ini series, kzl.
All in All...
Saya merekomendasikan Nyctophobia ini sebagai series dikala bosan dan dikala lelah; kalau ditonton pas lagi fokus emang malah bikin emosi aja karena kita jadi bisa pinpoint masalah-masalahnya dimana.
Series ini juga cocok buat yang sabar nonton serial yang cukup panjang dan sabar nonton kelakuan Plernuwan yang bikin emosi.
Jadi apakah saya akan menonton Sleepless Society lagi kedepannya? Jujur saya belum tahu. Kayanya sih enggak karena saya kurang sabar sama episodenya yang cukup banyak. Serial Horror--in my opinion--should be short and bittersweet. Meski Nyctophobia adalah pembuka yang cukup lumayan sayangnya ia terjebak dalam kebingungan karena banyaknya karakter didalam cerita yang seharusnya cukup berfokus pada dua orang saja.
After all, saya percaya bahwa kengerian yang sesungguhnya terjadi ketika manusia merasa kalau ia sendirian.
Serial Nyctophobia ini bisa kalian tonton secara legal di Netflix. Selamat menonton!
Horor ya? Aku gak suka nonton horor. Soalnya aku penakut. Hehehe.
BalasHapusgak horror sih kak, lebih ke drama thriller kali ya, semacam sinetron anakku bukan anakku hehehehe
Hapus