• about me
  • menu
  • categories
  • Agi Tiara Pranoto

    Agi Tiara Pranoto

    Seorang Blogger Indonesia yang berdomisili di Yogyakarta. Selain menulis, dia juga sangat hobi bermain game FPS. Cita-citanya adalah mendapatkan passive income sehingga tidak perlu bekerja di kantor, apa daya selama cita-cita itu belum tercapai, dia harus menikmati hari-harinya sebagai mediator kesehatan.

    Coronavirus: Apa Saja Yang Harus Dilakukan Saat Terjadi Wabah COVID-19

    coronavirus indonesia


    Ah Coronavirus, sumber onar di awal tahun 2020 yang sukses bikin saya mati kutu dan terancam bokek total sampai waktu yang belum ditentukan. Dua minggu lalu Indonesia masih bebas coronavirus, sekarang sudah tidak ya?

    Iya, sudah ada orang indonesia yang terdeteksi positif Coronavirus. Sudah ada pula yang meninggal karena Virus yang satu ini. May the patient rest in peace, amen.

    Seperti yang sebelumnya sudah saya sampaikan di instagram story (makanya follow dong! liat doang follow kaga) dan di twitter, sebenarnya kita nggak perlu panik menghadapi Coronavirus. Jangan lengah, tapi juga jangan panik gitu. Enggak, kalian nggak perlu borong ratusan hand sanitizer atau nyetok 500 box masker.

    Oh ya, enggak perlu nyetok empon-empon sama bawang bombay juga. Ingat, kalian bukan VOC.

    Tapi ya, tak kenal maka tak sayang. Kebanyakan orang yang panik ini belum tahu apa itu Coronavirus makanya auto-survival mode kaya nonton film zombie. Engga, ini belom zombie apocalypse.

    Kenalan Dulu Yuk Sama Human Coronavirus/COVID-19

    Apa itu Coronavirus? Coronavirus adalah sebuah virus berstruktur Single Stranded RNA. Apa itu Single Stranded RNA? Jadi si virus S-RNA ini lebih mudah bermutasi karena strukturnya yang nggak stabil dibanding sama saudaranya yang strukturnya double helix seperti DNA. Jadilah dia virus yang sifatnya gampang berubah tergantung lingkungannya.

    Kenapa dia diberi nama Coronavirus? Karena bentuknya bulat terus disekelilingnya ada spike dari lipid alias lemak yang bentuknya kaya crown. Jadilah disebut Coronavirus. Bukan, ini bukan virus yang kerjaannya nongkrong di beer garden tiap weekend sambil request lagu izinkan aku.

    Sebenarnya karena saya 'dipekerjakan' di klinik hewan, nama Coronavirus ini sudah nggak asing lagi. Ya, Coronavirus sebenarnya adalah virus yang umum berada pada hewan dan biasanya sangat lemah. Kalau kalian punya anjing atau kucing pasti familiar dengan penyakit FIP pada kucing atau Parvo Like Enteritis di anjing. Nah, penyebab kedua penyakit ini adalah Coronavirus.

    Nah Coronavirus ini adalah penyakit zoonosis yang artinya bisa menular dari hewan ke manusia dan manusia ke hewan. Di manusia, sebelumnya sudah ada nih penyakit-penyakit menular yang disebakan oleh Coronavirus yaitu SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) dan MERS (Middle East Respiratory Syndrome).

    Apakah Coronavirus di hewan sama dengan Coronavirus di manusia? Jawabannya adalah tidak. Coronavirus punya empat strain, yang menyerang manusia atau human coronavirus merupakan Coronavirus strain beta. Ini adalah mutasi Coronavirus dimana si virus menjadi lebih cepat menyebar dan gampang ditularkan oleh manusia.

    Darimana Asal COVID-19?

    Meski belum ada literatur yang secara pasti menyatakan asal si COVID-19 ini, tapi dugaan para ahli menganggap bahwa COVID-19 berasal dari Wuhan Wet Market dimana terdapat kios-kios yang memperdagangkan hewan liar untuk dikonsumsi. Salah satu hewan liar yang dikonsumsi itu adalah Kelelawar.

    Kelelawar adalah salah satu hewan yang paling banyak membawa penyakit alias reservoir penyakit. Karena dia mamalia jadi penyakit yang dibawa kelelawar dapat menular dengan mudah ke manusia dan mamalia lainnya. Penyakit ini bukan cuma virus, tapi juga bakteri dan parasit lainnya. 

    Kenapa penyakit di kelelawar bisa menular kemana-mana tapi kelelawarnya nggak ikutan sakit? Karena si kelelawar bisa mengontrol suhu tubuhnya sehingga si penyakit bisa dorman alias bobo cantik didalam tubuh kelelawar. Contoh penyakit-penyakit yang dibawa kelelawar antara lain: nipah virus, rabies, coronavirus, histoplasmosis, salmonellosis, yersiniosis dan lain-lain. Penyakit ini bisa menyebar melalui gigitan kelelawar, makanan sisa kelelawar, konsumsi daging kelelawar, kotoran kelelawar dan lain-lain. 

    Jadi kalo kalian digigit kelelawar, kalian nggak bakal jadi batman. Segera pergi ke faskes terdekat. ASAP. 

    Dugaan kelelawar sebagai penyebar COVID-19 ini muncul karena sodaranya COVID alias SARS dan MERS juga ditularkan oleh kelelawar. SARS menular karena babi yang dikonsumsi manusia tergigit oleh kelelawar yang membawa coronavirus sedangkan MERS menular dimulai dari kelelawar buah yang memakan buah--nah sisa si buah itu jatuh dari pohon dan dimakan oleh unta. Si unta kemudian dikonsumsi oleh manusia. 

    Nah hipotesanya, si COVID menular di Wuhan karena di Wuhan Wet Market, si kelelewi ini dikonsumsi langsung oleh manusia. 

    Gila, ngapain orang makan kelelawar? Kaya nggak ada daging yang normal aja!

    Sister, daging kelelawar dipercaya menyembuhkan asma. Saya dan pak suami, pun pernah mengonsumsi kelelawar untuk obat asma tradisional. Apakah berpengaruh? Yes. Will I do it again? after COVID-19 I don't think so. 

    Terus Gimana COVID-19 bisa menyebar di manusia?

    Nah gimana ceritanya si coronavirus alias COVID-19 ini bisa menyebar di manusia dari si kelelawar yang diduga menyebarkan cornavirus? Penyebaran COVID-19 di manusia menular melalui droplets.

    Apa itu droplets? Droplets itu adalah 'kuah' yang terbang dari mulutmu saat kamu bersin dan batuk. Si Droplets ini bisa terbang sejauh 1.8 meter. Jauh ya? 

    Nah gejala si COVID-19 ini sangat mirip dengan flu biasa. Jadi ada demam, kemudian muncul Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Makanya diduga keras inilah kenapa virus ini 'nggak ketahuan' pada awalnya.

    Jadi begitu terinfeksi, selama 2-14 hari kita masuk masa inkubasi. Ya kebayang kan kalo selama 14 hari nggak ada gejala penyakit apa-apa, padahal ada virus yang mudah sekali menular? Kemudian muncul gejala flu seperti demam 38 derajat celcius dan ISPA yang kemudian bereskalasi menjadi kesulitan bernafas yang disebabkan oleh Pneumonia.

    Bagaimana Cara Mencegah Penularan COVID-19?

    Coronavirus sebenarnya adalah virus yang lemah karena selubung pelindungnya terbuat dari lemak (lipid) sehingga mudah hancur di cuaca panas, terkena alkohol, sabun dan juga tidak tahan di udara kotor. 

    COVID-19 sendiri bisa bertahan selama 5 menit sampai dengan 9 hari di permukaan benda mati, akan tetapi ia membutuhkan inang berupa sel hidup untuk bisa bertahan lebih lama. Jadi kalian nggak perlu khawatir jika kalian habis order casing handphone dari China. Enggak, COVID ngga bisa bertahan kalau ngga ada sel hidup yang menjadi inangnya.

    Salah satu cara untuk 'membunuh' COVID-19 adalah dengan menjaga kebersihan dengan rajin mencuci tangan, tidak sembarangan menyentuh wajah setelah memegang wajah, dan menjaga imun tubuh.

    Jadi supaya tidak mudah tertular, kalian harus menerapkan prinsip hidup bersih dan sehat, rajin cuci tangan dengan sabun cuci tangan beralkohol, menggunakan hand sanitizer jika tidak ada sabun cuci tangan, tidak sering-sering menyentuh wajah dan jangan lupa untuk selalu minum vitamin dan menjaga kesehatan.

    Bagaimana Caranya Saya Tahu Apakah Saya Terinfeksi COVID-19?

    Saat ini sudah ada beberapa rumah sakit yang memiliki fasilitas cek COVID-19. Silahkan hubungi RSUP di daerah kalian untuk mengecek ketersediaan pengecekan COVID-19. Untuk yang berada di Jogja, kalian bisa ke RS Panembahan Senopati Bantul dan RSUP dr. Sardjito. 

    Jika kalian habis berpergian ke tempat yang terdapat wabah COVID-19 dan memiliki gejala berupa:  demam ≦ 38 derajat celcius dan mengalami gejala ISPA seperti Batuk, Bersin dan Kesulitan Bernafas, maka laporlah ke puskesmas ataupun fasilitas kesehatan tingkat pertama lainnya. 

    Jika kalian memiliki gejala pneumonia maka kalian harus melakukan rontgen. Disini kalian akan dirujuk ke RSUP yang memiliki protokol penanganan COVID-19 dan diisolasi. Jadi kalian nggak akan masuk RS lewat IGD atau pintu depan, melainkan langsung ke ruang isolasi dan akan dirontgen menggunakan rontgen portabel untuk menegakkan diagnosis.

    Selama masa pengawasan, kalian akan secara rutin dicek dan diambil sampel untuk memastikan apakah kalian positif COVID-19 atau tidak.

    ( UPDATE: untuk test covid-19 kalian bisa baca detilnya di post ini ya)

    Kalau kamu habis berpergian ke daerah yang terkena wabah COVID-19 maka sebaiknya kamu melakukan self-quarantine terlebih dahulu selama 14 hari. Saya nggak paham kenapa pemerintah nggak menyarankan protokol self-quarantine karena ini adalah cara yang menurut saya paling baik untuk mencegah masuknya lebih banyak orang yang tertular COVID-19.

    Apakah Saya Perlu Menggunakan Masker Untuk Mencegah Penularan COVID-19?

    Kamu diharuskan menggunakan masker jika kamu dalam kondisi rentan terhadap penyakit, sedang mengalami gejala ISPA seperti batuk, bersin ataupun gejala flu untuk mencegah penularan atau jika kamu memiliki penyakit imunosupresan yang membuat sistem imun kamu lemah seperti HIV-AIDS, Tuberculosis, Lupus dan penyakit auto-imun lainnya serta orang-orang yang meminum obat untuk menekan imun seperti survivor transplantasi ginjal.

    Jadi kalian ngga perlu menimbun masker ya, beli secukupnya saja karena masih banyak orang yang membutuhkan masker di luar sana. Malah, kalau salah menggunakan masker, kalian bisa membahayakan diri sendiri. Masker cukup dipakai selama 4 jam sehari lalu harus dibuang dengan benar.

    (update April 2020: saat ini sudah diwajibkan untuk menggunakan masker kain saat beraktivitas, pertahankan PHBS ya, dispose masker sekali pakai dan rajin rajin cuci masker kain yang kalian gunakan selesai beraktifitas)

    Karena sebenarnya COVID-19 ini adalah self-limiting disease alias bisa sembuh sendiri, kalian harus menjaga sistem imun kalian agar tetap prima supaya bisa sembuh.

    Jadi kalau sudah nggak enak badan, sebaiknya istirahat di rumah dan minum banyak vitamin.

    infografis coronavirus indonesia, sifat human coronavirus, gejala dan pencegahan coronavirus


    Bagaimana Kalau Saya Terpapar Orang Yang Menderita COVID-19 atau Baru Pulang Dari Negara yang Terjangkit COVID-19?

    Jika kamu baru pulang dari luar negeri atau kamu berada dalam satu lingkungan bersama dengan orang yang menjadi suspect COVID-19 maka hal yang harus kamu lakukan pertama kali adalah melakukan Self Monitor.

    Self Monitor ini apa? Jadi kamu secara swadaya dan rutin memonitor kondisi tubuhmu, salah satunya dengan mengecek suhu badan setiap pagi dan sore hari.

    Sebaiknya sih, jika ada simtom apapun di badan dicatat melalui diary atau aplikasi kesehatan. Saya nggak tahu persisnya app apa yang cocok tapi selama ini saya mencatat menggunakan P.C My Calendar, aplikasi pencatat periode menstruasi, tapi dia punya fitur notes dan diary untuk mencatat simtom yang lumayan.

    Kalau kalian nggak mau pake aplikasi, catat saja manual di notes hp lengkap dengan gejala dan apa yang kalian rasakan. Kalau males ngetik di HP dicatat manual di buku diary juga engga apa-apa, yang penting ada catatannya.

    Jika kalian demam tinggi disertai dengan batuk/bersin dan gangguan pernafasan lainnya, segera hubungi penyedia layanan kesehatan di sekitar kalian ya! Lalu tunjukkan aja si catatan self monitor yang kalian lakukan untuk mempermudah penegakkan diagnosa serta membantu tenaga kesehatan menentukan layanan kesehatan apa yang cocok untuk anda.

    Berapa Lama Idealnya Melakukan Self Monitor?

    Self monitor idealnya dilakukan selama 14 hari. Mengapa? Karena proses inkubasi COVID-19 di tubuh manusia memakan waktu 14 hari. 

    Dalam tempo waktu 14 hari itu kalian disarankan juga untuk melakukan self-isolation atau mengisolasi diri sendiri di rumah. Tujuannya supaya mencegah penyebaran virus selama masa inkubasi. 

    Sekarang sudah banyak kan kantor dan instansi yang memerintahkan untuk self-isolation dan self quarantine selama 14 hari? Jadi kalian bisa kerja dari rumah.

    Yang Dilakukan Saat Self-Isolation & Self-Quarantine

    Ini adalah hal yang menurut saya kurang disosialisasikan oleh pemerintah, jadi saya menggunakan protokol yang diset oleh CDC Amerika.

    Idealnya saat Self-Quarantine, kalian harus:

    1. Menjaga dan mengurangi kontak dengan dunia luar sebisa mungkin. Jika kalian harus berpergian untuk kebutuhan esensial seperti berbelanja, pergi ke apotik dan sebagainya hindari jam jam yang ramai dan pergilah menggunakan kendaraan pribadi. Jika kalian harus menggunakan kendaraan umum maka selalu gunakan masker.
    2. Secara berkala membersihkan rumah dan baju dengan disinfektan
    3. Selama berada dirumah, usahakan agar jangan berada dalam satu ruangan dengan anggota keluarga lainnya dan hindari berbagi alat makan dengan orang rumah
    4. Cuci tangan dan muka secara berkala dan mejaga kebersihan
    5. Tunda semua evaluasi kesehatan yang non esensial seperti pergi ke dokter mata, membersihkan karang gigi dan lain sebagainya
    6. Untuk memonitor diri sendiri, catat simptom dan periksa temperatur tubuh 2 kali sehari di pagi dan sore hari. Juga catat jika suhu tubuh naik secara tiba-tiba.
    7. Jika gejala memburuk segera hubungi dokter dan penyedia layanan kesehatan terdekat. Jangan lupa beri informasi kalau kalian habis berpergian dari wilayah yang terjangkit COVID 19

    Saya Harus Berpergian, Dimana Saya Bisa Melakukan Check-Up untuk COVID-19 dan Bisakah Saya Mendapat Surat Keterangan Bebas Coronavirus?

    Jika kalian harus berpergian atau baru pulang berpergian dan ingin melakukan test untuk COVID-19, maka kalian bisa melakukannya di Rumah Sakit Pemerintahan di provinsi kalian.

    Nantinya kalian akan menjalani cek darah dan rontgen. Jika tidak ditemukan tanda-tanda pneumonia maka kalian tidak akan di-swab (negatif COVID-19). Kalau ada tanda-tanda pneumonia maka kalian harus diswab untuk mengecek keberadaan COVID-19.

    Kalian juga bisa meminta surat keterangan bebas coronavirus jika sudah melakukan medical check up untuk mengetes COVID-19 ini.

    Sejauh ini, berdasarkan info yang saya kumpulkan dari media sosial, tes COVID-19 ini gratis apabila kamu merupakan suspect COVID-19. Akan tetapi tes rontgen dan tes darahnya tetap membayar apabila atas permintaan pribadi dengan menggunakan biaya pribadi (berdasarkan pantauan saat ini harga tesnya di kisaran 650 ribu). Silahkan konsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan dan rujukan BPJS jika kalian adalah pengguna BPJS.



    (Info ini terakhir diupdate tanggal 14/03/2020, jika ada update lebih lanjut nanti akan saya update lagi post ini)
    coronavirus indonesia


    Ah Coronavirus, sumber onar di awal tahun 2020 yang sukses bikin saya mati kutu dan terancam bokek total sampai waktu yang belum ditentukan. Dua minggu lalu Indonesia masih bebas coronavirus, sekarang sudah tidak ya?

    Iya, sudah ada orang indonesia yang terdeteksi positif Coronavirus. Sudah ada pula yang meninggal karena Virus yang satu ini. May the patient rest in peace, amen.

    Seperti yang sebelumnya sudah saya sampaikan di instagram story (makanya follow dong! liat doang follow kaga) dan di twitter, sebenarnya kita nggak perlu panik menghadapi Coronavirus. Jangan lengah, tapi juga jangan panik gitu. Enggak, kalian nggak perlu borong ratusan hand sanitizer atau nyetok 500 box masker.

    Oh ya, enggak perlu nyetok empon-empon sama bawang bombay juga. Ingat, kalian bukan VOC.

    Tapi ya, tak kenal maka tak sayang. Kebanyakan orang yang panik ini belum tahu apa itu Coronavirus makanya auto-survival mode kaya nonton film zombie. Engga, ini belom zombie apocalypse.

    Kenalan Dulu Yuk Sama Human Coronavirus/COVID-19

    Apa itu Coronavirus? Coronavirus adalah sebuah virus berstruktur Single Stranded RNA. Apa itu Single Stranded RNA? Jadi si virus S-RNA ini lebih mudah bermutasi karena strukturnya yang nggak stabil dibanding sama saudaranya yang strukturnya double helix seperti DNA. Jadilah dia virus yang sifatnya gampang berubah tergantung lingkungannya.

    Kenapa dia diberi nama Coronavirus? Karena bentuknya bulat terus disekelilingnya ada spike dari lipid alias lemak yang bentuknya kaya crown. Jadilah disebut Coronavirus. Bukan, ini bukan virus yang kerjaannya nongkrong di beer garden tiap weekend sambil request lagu izinkan aku.

    Sebenarnya karena saya 'dipekerjakan' di klinik hewan, nama Coronavirus ini sudah nggak asing lagi. Ya, Coronavirus sebenarnya adalah virus yang umum berada pada hewan dan biasanya sangat lemah. Kalau kalian punya anjing atau kucing pasti familiar dengan penyakit FIP pada kucing atau Parvo Like Enteritis di anjing. Nah, penyebab kedua penyakit ini adalah Coronavirus.

    Nah Coronavirus ini adalah penyakit zoonosis yang artinya bisa menular dari hewan ke manusia dan manusia ke hewan. Di manusia, sebelumnya sudah ada nih penyakit-penyakit menular yang disebakan oleh Coronavirus yaitu SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) dan MERS (Middle East Respiratory Syndrome).

    Apakah Coronavirus di hewan sama dengan Coronavirus di manusia? Jawabannya adalah tidak. Coronavirus punya empat strain, yang menyerang manusia atau human coronavirus merupakan Coronavirus strain beta. Ini adalah mutasi Coronavirus dimana si virus menjadi lebih cepat menyebar dan gampang ditularkan oleh manusia.

    Darimana Asal COVID-19?

    Meski belum ada literatur yang secara pasti menyatakan asal si COVID-19 ini, tapi dugaan para ahli menganggap bahwa COVID-19 berasal dari Wuhan Wet Market dimana terdapat kios-kios yang memperdagangkan hewan liar untuk dikonsumsi. Salah satu hewan liar yang dikonsumsi itu adalah Kelelawar.

    Kelelawar adalah salah satu hewan yang paling banyak membawa penyakit alias reservoir penyakit. Karena dia mamalia jadi penyakit yang dibawa kelelawar dapat menular dengan mudah ke manusia dan mamalia lainnya. Penyakit ini bukan cuma virus, tapi juga bakteri dan parasit lainnya. 

    Kenapa penyakit di kelelawar bisa menular kemana-mana tapi kelelawarnya nggak ikutan sakit? Karena si kelelawar bisa mengontrol suhu tubuhnya sehingga si penyakit bisa dorman alias bobo cantik didalam tubuh kelelawar. Contoh penyakit-penyakit yang dibawa kelelawar antara lain: nipah virus, rabies, coronavirus, histoplasmosis, salmonellosis, yersiniosis dan lain-lain. Penyakit ini bisa menyebar melalui gigitan kelelawar, makanan sisa kelelawar, konsumsi daging kelelawar, kotoran kelelawar dan lain-lain. 

    Jadi kalo kalian digigit kelelawar, kalian nggak bakal jadi batman. Segera pergi ke faskes terdekat. ASAP. 

    Dugaan kelelawar sebagai penyebar COVID-19 ini muncul karena sodaranya COVID alias SARS dan MERS juga ditularkan oleh kelelawar. SARS menular karena babi yang dikonsumsi manusia tergigit oleh kelelawar yang membawa coronavirus sedangkan MERS menular dimulai dari kelelawar buah yang memakan buah--nah sisa si buah itu jatuh dari pohon dan dimakan oleh unta. Si unta kemudian dikonsumsi oleh manusia. 

    Nah hipotesanya, si COVID menular di Wuhan karena di Wuhan Wet Market, si kelelewi ini dikonsumsi langsung oleh manusia. 

    Gila, ngapain orang makan kelelawar? Kaya nggak ada daging yang normal aja!

    Sister, daging kelelawar dipercaya menyembuhkan asma. Saya dan pak suami, pun pernah mengonsumsi kelelawar untuk obat asma tradisional. Apakah berpengaruh? Yes. Will I do it again? after COVID-19 I don't think so. 

    Terus Gimana COVID-19 bisa menyebar di manusia?

    Nah gimana ceritanya si coronavirus alias COVID-19 ini bisa menyebar di manusia dari si kelelawar yang diduga menyebarkan cornavirus? Penyebaran COVID-19 di manusia menular melalui droplets.

    Apa itu droplets? Droplets itu adalah 'kuah' yang terbang dari mulutmu saat kamu bersin dan batuk. Si Droplets ini bisa terbang sejauh 1.8 meter. Jauh ya? 

    Nah gejala si COVID-19 ini sangat mirip dengan flu biasa. Jadi ada demam, kemudian muncul Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Makanya diduga keras inilah kenapa virus ini 'nggak ketahuan' pada awalnya.

    Jadi begitu terinfeksi, selama 2-14 hari kita masuk masa inkubasi. Ya kebayang kan kalo selama 14 hari nggak ada gejala penyakit apa-apa, padahal ada virus yang mudah sekali menular? Kemudian muncul gejala flu seperti demam 38 derajat celcius dan ISPA yang kemudian bereskalasi menjadi kesulitan bernafas yang disebabkan oleh Pneumonia.

    Bagaimana Cara Mencegah Penularan COVID-19?

    Coronavirus sebenarnya adalah virus yang lemah karena selubung pelindungnya terbuat dari lemak (lipid) sehingga mudah hancur di cuaca panas, terkena alkohol, sabun dan juga tidak tahan di udara kotor. 

    COVID-19 sendiri bisa bertahan selama 5 menit sampai dengan 9 hari di permukaan benda mati, akan tetapi ia membutuhkan inang berupa sel hidup untuk bisa bertahan lebih lama. Jadi kalian nggak perlu khawatir jika kalian habis order casing handphone dari China. Enggak, COVID ngga bisa bertahan kalau ngga ada sel hidup yang menjadi inangnya.

    Salah satu cara untuk 'membunuh' COVID-19 adalah dengan menjaga kebersihan dengan rajin mencuci tangan, tidak sembarangan menyentuh wajah setelah memegang wajah, dan menjaga imun tubuh.

    Jadi supaya tidak mudah tertular, kalian harus menerapkan prinsip hidup bersih dan sehat, rajin cuci tangan dengan sabun cuci tangan beralkohol, menggunakan hand sanitizer jika tidak ada sabun cuci tangan, tidak sering-sering menyentuh wajah dan jangan lupa untuk selalu minum vitamin dan menjaga kesehatan.

    Bagaimana Caranya Saya Tahu Apakah Saya Terinfeksi COVID-19?

    Saat ini sudah ada beberapa rumah sakit yang memiliki fasilitas cek COVID-19. Silahkan hubungi RSUP di daerah kalian untuk mengecek ketersediaan pengecekan COVID-19. Untuk yang berada di Jogja, kalian bisa ke RS Panembahan Senopati Bantul dan RSUP dr. Sardjito. 

    Jika kalian habis berpergian ke tempat yang terdapat wabah COVID-19 dan memiliki gejala berupa:  demam ≦ 38 derajat celcius dan mengalami gejala ISPA seperti Batuk, Bersin dan Kesulitan Bernafas, maka laporlah ke puskesmas ataupun fasilitas kesehatan tingkat pertama lainnya. 

    Jika kalian memiliki gejala pneumonia maka kalian harus melakukan rontgen. Disini kalian akan dirujuk ke RSUP yang memiliki protokol penanganan COVID-19 dan diisolasi. Jadi kalian nggak akan masuk RS lewat IGD atau pintu depan, melainkan langsung ke ruang isolasi dan akan dirontgen menggunakan rontgen portabel untuk menegakkan diagnosis.

    Selama masa pengawasan, kalian akan secara rutin dicek dan diambil sampel untuk memastikan apakah kalian positif COVID-19 atau tidak.

    ( UPDATE: untuk test covid-19 kalian bisa baca detilnya di post ini ya)

    Kalau kamu habis berpergian ke daerah yang terkena wabah COVID-19 maka sebaiknya kamu melakukan self-quarantine terlebih dahulu selama 14 hari. Saya nggak paham kenapa pemerintah nggak menyarankan protokol self-quarantine karena ini adalah cara yang menurut saya paling baik untuk mencegah masuknya lebih banyak orang yang tertular COVID-19.

    Apakah Saya Perlu Menggunakan Masker Untuk Mencegah Penularan COVID-19?

    Kamu diharuskan menggunakan masker jika kamu dalam kondisi rentan terhadap penyakit, sedang mengalami gejala ISPA seperti batuk, bersin ataupun gejala flu untuk mencegah penularan atau jika kamu memiliki penyakit imunosupresan yang membuat sistem imun kamu lemah seperti HIV-AIDS, Tuberculosis, Lupus dan penyakit auto-imun lainnya serta orang-orang yang meminum obat untuk menekan imun seperti survivor transplantasi ginjal.

    Jadi kalian ngga perlu menimbun masker ya, beli secukupnya saja karena masih banyak orang yang membutuhkan masker di luar sana. Malah, kalau salah menggunakan masker, kalian bisa membahayakan diri sendiri. Masker cukup dipakai selama 4 jam sehari lalu harus dibuang dengan benar.

    (update April 2020: saat ini sudah diwajibkan untuk menggunakan masker kain saat beraktivitas, pertahankan PHBS ya, dispose masker sekali pakai dan rajin rajin cuci masker kain yang kalian gunakan selesai beraktifitas)

    Karena sebenarnya COVID-19 ini adalah self-limiting disease alias bisa sembuh sendiri, kalian harus menjaga sistem imun kalian agar tetap prima supaya bisa sembuh.

    Jadi kalau sudah nggak enak badan, sebaiknya istirahat di rumah dan minum banyak vitamin.

    infografis coronavirus indonesia, sifat human coronavirus, gejala dan pencegahan coronavirus


    Bagaimana Kalau Saya Terpapar Orang Yang Menderita COVID-19 atau Baru Pulang Dari Negara yang Terjangkit COVID-19?

    Jika kamu baru pulang dari luar negeri atau kamu berada dalam satu lingkungan bersama dengan orang yang menjadi suspect COVID-19 maka hal yang harus kamu lakukan pertama kali adalah melakukan Self Monitor.

    Self Monitor ini apa? Jadi kamu secara swadaya dan rutin memonitor kondisi tubuhmu, salah satunya dengan mengecek suhu badan setiap pagi dan sore hari.

    Sebaiknya sih, jika ada simtom apapun di badan dicatat melalui diary atau aplikasi kesehatan. Saya nggak tahu persisnya app apa yang cocok tapi selama ini saya mencatat menggunakan P.C My Calendar, aplikasi pencatat periode menstruasi, tapi dia punya fitur notes dan diary untuk mencatat simtom yang lumayan.

    Kalau kalian nggak mau pake aplikasi, catat saja manual di notes hp lengkap dengan gejala dan apa yang kalian rasakan. Kalau males ngetik di HP dicatat manual di buku diary juga engga apa-apa, yang penting ada catatannya.

    Jika kalian demam tinggi disertai dengan batuk/bersin dan gangguan pernafasan lainnya, segera hubungi penyedia layanan kesehatan di sekitar kalian ya! Lalu tunjukkan aja si catatan self monitor yang kalian lakukan untuk mempermudah penegakkan diagnosa serta membantu tenaga kesehatan menentukan layanan kesehatan apa yang cocok untuk anda.

    Berapa Lama Idealnya Melakukan Self Monitor?

    Self monitor idealnya dilakukan selama 14 hari. Mengapa? Karena proses inkubasi COVID-19 di tubuh manusia memakan waktu 14 hari. 

    Dalam tempo waktu 14 hari itu kalian disarankan juga untuk melakukan self-isolation atau mengisolasi diri sendiri di rumah. Tujuannya supaya mencegah penyebaran virus selama masa inkubasi. 

    Sekarang sudah banyak kan kantor dan instansi yang memerintahkan untuk self-isolation dan self quarantine selama 14 hari? Jadi kalian bisa kerja dari rumah.

    Yang Dilakukan Saat Self-Isolation & Self-Quarantine

    Ini adalah hal yang menurut saya kurang disosialisasikan oleh pemerintah, jadi saya menggunakan protokol yang diset oleh CDC Amerika.

    Idealnya saat Self-Quarantine, kalian harus:

    1. Menjaga dan mengurangi kontak dengan dunia luar sebisa mungkin. Jika kalian harus berpergian untuk kebutuhan esensial seperti berbelanja, pergi ke apotik dan sebagainya hindari jam jam yang ramai dan pergilah menggunakan kendaraan pribadi. Jika kalian harus menggunakan kendaraan umum maka selalu gunakan masker.
    2. Secara berkala membersihkan rumah dan baju dengan disinfektan
    3. Selama berada dirumah, usahakan agar jangan berada dalam satu ruangan dengan anggota keluarga lainnya dan hindari berbagi alat makan dengan orang rumah
    4. Cuci tangan dan muka secara berkala dan mejaga kebersihan
    5. Tunda semua evaluasi kesehatan yang non esensial seperti pergi ke dokter mata, membersihkan karang gigi dan lain sebagainya
    6. Untuk memonitor diri sendiri, catat simptom dan periksa temperatur tubuh 2 kali sehari di pagi dan sore hari. Juga catat jika suhu tubuh naik secara tiba-tiba.
    7. Jika gejala memburuk segera hubungi dokter dan penyedia layanan kesehatan terdekat. Jangan lupa beri informasi kalau kalian habis berpergian dari wilayah yang terjangkit COVID 19

    Saya Harus Berpergian, Dimana Saya Bisa Melakukan Check-Up untuk COVID-19 dan Bisakah Saya Mendapat Surat Keterangan Bebas Coronavirus?

    Jika kalian harus berpergian atau baru pulang berpergian dan ingin melakukan test untuk COVID-19, maka kalian bisa melakukannya di Rumah Sakit Pemerintahan di provinsi kalian.

    Nantinya kalian akan menjalani cek darah dan rontgen. Jika tidak ditemukan tanda-tanda pneumonia maka kalian tidak akan di-swab (negatif COVID-19). Kalau ada tanda-tanda pneumonia maka kalian harus diswab untuk mengecek keberadaan COVID-19.

    Kalian juga bisa meminta surat keterangan bebas coronavirus jika sudah melakukan medical check up untuk mengetes COVID-19 ini.

    Sejauh ini, berdasarkan info yang saya kumpulkan dari media sosial, tes COVID-19 ini gratis apabila kamu merupakan suspect COVID-19. Akan tetapi tes rontgen dan tes darahnya tetap membayar apabila atas permintaan pribadi dengan menggunakan biaya pribadi (berdasarkan pantauan saat ini harga tesnya di kisaran 650 ribu). Silahkan konsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan dan rujukan BPJS jika kalian adalah pengguna BPJS.



    (Info ini terakhir diupdate tanggal 14/03/2020, jika ada update lebih lanjut nanti akan saya update lagi post ini)
    . Sabtu, 14 Maret 2020 .

    7 komentar

    1. Thank you mbak Agi penjelasannya gampang dicerna. Aku share yaa ke temen2

      BalasHapus
    2. Terima kasih Penjelasannya, sangat membantu dan mudah dipahami

      BalasHapus
    3. Serem sekarang mba, tingkat kematian pasien di Indonesia terhadap jumlah yang positif cukup tinggi.

      BalasHapus
    4. Terima kasih banget Agi Tiara untuk penjelasan yang dalam mengenai si coronavirus ini. Mengerikan juga ya... Semoga cepat ada solusi untuk mengatasi pandemi mematikan ini.

      BalasHapus
    5. inspiratif sekali blog nya.. salam

      BalasHapus

    popular posts

    IBX5B00F39DDBE69