• about me
  • menu
  • categories
  • Agi Tiara Pranoto

    Agi Tiara Pranoto

    Seorang Blogger Indonesia yang berdomisili di Yogyakarta. Selain menulis, dia juga sangat hobi bermain game FPS. Cita-citanya adalah mendapatkan passive income sehingga tidak perlu bekerja di kantor, apa daya selama cita-cita itu belum tercapai, dia harus menikmati hari-harinya sebagai mediator kesehatan.

    5 Jenis Drama Drama Yang Muncul Akibat Grup Whatsapp! (Dan Solusinya!!!)


    Marilah kita mulai postingan ini dengan misuh-misuh karena ada dua post saya di draft yang entah gimana ceritanya ke-delete dan nggak bisa di recover lagi.

    F&^@*!3(*(@#&*!#&@*(

    Oke marah-marah kelar. Saatnya mengetik lagi. Kali ini saya mau curhat cerita soal grup whatsapp keluarga. Interesting? Kalo nggak ya nggak masalah, kan saya blogger suka-suka. Oke next.
    Sejujurnya saya paling bete sama grup whatsapp keluarga. Selain disinilah tempat berkumpulnya hoax dan misinformasi, apparently disinilah juga tempat kampanye politik.

    We all have that one auntie/uncle who's busy spreading his political beliefs, am i right? Ada kan tuh yang suka bawa bawa tagar #2019gantipesinden kalo lagi ngechat whatsapp?

    Harusnya ada aturan bahwa dilarang kampanye di grup whatsapp keluarga--and i'm being dead serious here. Gengges atuh maaaa~ng!!! 

    Tapi drama-drama seperti ini memang yang perlu untuk dibahas bukaaa~n? bukaaaa~n?? Baiklah kali ini saya akan bahas drama-drama akibat grup whatsapp ini satu persatu

    1. Gue Mau Leave... Tapi Takut Ketahuan..



    ada grup grup yang kita sebenernya adalah unwilling participant tapi mau nggak mau kita harus ada didalem grup itu; misalnya grup whatsapp keluarga, grup alumni SMA, grup pengajian komplek, dan lain sebagainya.

    Permasalahannya simpel: tiap grup pasti punya anggota yang selalu memulai pembicaraan tanpa kenal waktu. And not all of those conversation are pleasant.

    Misalnya saya ada di grup ibu-ibu yang seringkali ribut antar member yang antivaksin lah, anti sufor lah, anti ibu bekerjalah. Sejujurnya pengennnn banget leave grup-grup sejenis ini karena kan males liat orang berantem sisturrr! ada juga yang malas karena grup keluarganya ngobrolin hal ngalor ngidul nggak keruan dan ujung-ujungnya malah sebar berita hoax. 

    tapi untuk leave group juga agak sulit karena sungkan, takutnya nanti disangka antisosial lah, nggak mau kenal orang lah, memutus tali silaturahmi lah, dan lain lain.

    solusinya: mute selama satu tahun. kalo grupnya unfaedah, mute yang permanen, tapi kalo masih harus dicek kan bisa di mute selama 8 jam. Yang penting mah nggak bunyi-bunyi ajaa itu handpone!

    2. Hoax Lagi dan Lagi... Nggak Bosen?



    Salah satu yang bikin saya males ngecek whatsapp adalah karena status saya sebagai hoax checker dirumah. Jadi, tiap ada berita apa dikit ibu saya bakal nanya ini berita beneran apa nggak. Waktu masih tinggal seatap sih enak, beliau tinggal manggil dan nanya....

    Begitu saya punya rumah sendiri, hoax nya diforward dong!!! Dan FYI karena ibu saya sosialita kebanyakan grup whatsapp, forward hoax ini bisa 3-4 kali dalam sehari. Mau nangis nggak sih?

    dulu jaman blackberry saya punya autotext kalo saya nulis "mihx" maka akan langsung berubah jadi "ma ini hoax" . God Bless Blackberry and its autotext and smileys. Sekarang jaman iPhone mah ngetik pake swiftkey yang ada auto-suggest words nya langsung keprogram tuh tulisan "ini" pasti lanjutannya "hoax"

    solusi kalo kamu hoax checker seperti saya: punya template "ini hoax". Kalo males setting autotext di android atau iOS, kamu bisa pake smart keyboard yang punya autosuggest (saya sangat menyarankan pake swiftkey karena saya udah pake selama 4-5 tahun and it's working so well!)

    Gimana misalnya kalo yang nyebar hoax sosok yang dominan dan disegani sampe-sampe kamu nggak berani negur? well, kalo saya sih namanya kesalahan itu nggak bisa lah ya dibiarin begitu saja. Kalo bisa ditegur halus via japri, atau tunggu beberapa hari terus share berita yang meluruskan si hoax itu. 

    patience is key sisturrrr!

    3. Grupnya soal apa... Topiknya soal apa... Males Deh!



    Saya ada nih temen yang hobi ngeshare soal aktivitas organisasinya gitu di grup, permasalahannya itu grup alumni yang bisa diakses semua orang (dan kayanya sih ngga ada yang seorganisasi sama teman saya itu)

    Jadi organisasinya itu mengampanyekan suatu lifestyle, tapi kadang-kadang rada malesin misal tetiba nggak ada angin nggak ada ujan desye share ebook soal lifestylenya itu dan promo soal grup organisasinya padahal kita lagi bahas yang lain.

    Bukan apa-apa, kok kaya maksa aja gitu promote-promote gaya hidupnya yang sebenernya berlaku untuk satu golongan aja di sebuah grup yang anggotanya beragam gitu. Mungkin cari exposure kali ya? 

    But we have instagram for exposure ya kaaaan????

    Solusi: cuekin, kalo ada yang caper bikin topik yang too personal atau bahkan sengaja trolling nyari tubir  (baca: ribut) di grup, cuekin aja. Kalo diladenin malah akan tambah panjang dan bisa jadi mengganggu anggota lain. Kalo kamu grup admin, kamu bisa negur sampai nge-kick member yang model begini biar nggak rusuh.

    ((jadi admin grup whatsapp ribet ya))

    4. Salah Ketik Mengakibatkan Dicie-ciein...


    Saking banyaknya grup whatsapp yang beranak pinak (contoh misalnya: grup kantor yang besar punya anak grup divisi terus di grup divisi kita punya grup yang nggak ada pak bos, dan begitu selanjutnya)

    Nah kadang kadang kalo semua grup ini aktif, balesan kita pun suka terlewat. Semisal, harusnya ngepost di grup kecil malah ngepost di grup besar. Terus jadi awkward hahahaha

    Nggak cuma yang grupnya beranak pinak, ada rekan kerja yang pernah salah ketik pesan buat suaminya di grup kerja isinya minta tolong dibawain rantang sama ngecek pampers anak. Agak fatal karena di grup itu ada pak manager yang ngga suka liat kita main hape pas jam kerja :((

    solusinya: sekarang whatsapp kan ada fitur delete message tuh, dipake aja! meskipun ya kadang kadang pesannya tetap terbaca via jendela notifikasi atau udah telanjur ada yang baca dan sadar hahahaha. Kalo udah gitu mah yaudah minta maaf sambil melipir aja deh...

    solusi lain: CEK DULU NAMA GRUP SEBELUM MENULIS SISTURRRR!!!

    5. Kampanye Itu Di Lapangan! Bukan di Grup Whatsapp!!!!


    Saya selalu mengibaratkan grup whatsapp itu adalah sebuah lounge atau ruang duduk dimana kita duduk bersama--bukan di lapangan yang kita perlu teriak-teriak to get our point across. Kalo kamu merasa harus teriak teriak di grup whatsapp untuk menyampaikan poinmu; then you're not doing it effectively! 

    (said someone who had to use 'clickbait-ey' opening paragraphs on her family whatsapp group to get noticed btw)

    Tapi ada tuh pakde pakde oknum-oknum yang kerjaannya kampanye entah ganti presiden lah, entah maksa harus ikut pemikiran dia lah... hal-hal yang ngga sepatutnya dilakukan di ruang duduk bersama gitu deh.

    DANNN kita semua kesel sama orang-orang kaya gini kan? I mean like, dude, get a room!

    Sejujurnya saya lagi sebel karena buka whatsapp isinya politik, buka twitter isinya politik, bahkan instagram yang merupakan platform hedonisme untuk pamer sharing foto aja isinya politik cyiiiinn!!!! FENOMENA APAH INIIIHHH!!!

    Sejujurnya saya belum menemukan solusi untuk penghuni-penghuni grup whatsapp yang seperti ini selain TENGGELAMKAN! iya kalo kampanyenya menarik, biasanya kampanye politik itu hateful dan menyudutkan suatu golongan kok :(

    ***

    Anyway, kalian punya drama-drama yang timbul gara gara grup whatsapp juga nggak? Kalo ada cerita dong di kolom komen! Let's share!


    Marilah kita mulai postingan ini dengan misuh-misuh karena ada dua post saya di draft yang entah gimana ceritanya ke-delete dan nggak bisa di recover lagi.

    F&^@*!3(*(@#&*!#&@*(

    Oke marah-marah kelar. Saatnya mengetik lagi. Kali ini saya mau curhat cerita soal grup whatsapp keluarga. Interesting? Kalo nggak ya nggak masalah, kan saya blogger suka-suka. Oke next.
    Sejujurnya saya paling bete sama grup whatsapp keluarga. Selain disinilah tempat berkumpulnya hoax dan misinformasi, apparently disinilah juga tempat kampanye politik.

    We all have that one auntie/uncle who's busy spreading his political beliefs, am i right? Ada kan tuh yang suka bawa bawa tagar #2019gantipesinden kalo lagi ngechat whatsapp?

    Harusnya ada aturan bahwa dilarang kampanye di grup whatsapp keluarga--and i'm being dead serious here. Gengges atuh maaaa~ng!!! 

    Tapi drama-drama seperti ini memang yang perlu untuk dibahas bukaaa~n? bukaaaa~n?? Baiklah kali ini saya akan bahas drama-drama akibat grup whatsapp ini satu persatu

    1. Gue Mau Leave... Tapi Takut Ketahuan..



    ada grup grup yang kita sebenernya adalah unwilling participant tapi mau nggak mau kita harus ada didalem grup itu; misalnya grup whatsapp keluarga, grup alumni SMA, grup pengajian komplek, dan lain sebagainya.

    Permasalahannya simpel: tiap grup pasti punya anggota yang selalu memulai pembicaraan tanpa kenal waktu. And not all of those conversation are pleasant.

    Misalnya saya ada di grup ibu-ibu yang seringkali ribut antar member yang antivaksin lah, anti sufor lah, anti ibu bekerjalah. Sejujurnya pengennnn banget leave grup-grup sejenis ini karena kan males liat orang berantem sisturrr! ada juga yang malas karena grup keluarganya ngobrolin hal ngalor ngidul nggak keruan dan ujung-ujungnya malah sebar berita hoax. 

    tapi untuk leave group juga agak sulit karena sungkan, takutnya nanti disangka antisosial lah, nggak mau kenal orang lah, memutus tali silaturahmi lah, dan lain lain.

    solusinya: mute selama satu tahun. kalo grupnya unfaedah, mute yang permanen, tapi kalo masih harus dicek kan bisa di mute selama 8 jam. Yang penting mah nggak bunyi-bunyi ajaa itu handpone!

    2. Hoax Lagi dan Lagi... Nggak Bosen?



    Salah satu yang bikin saya males ngecek whatsapp adalah karena status saya sebagai hoax checker dirumah. Jadi, tiap ada berita apa dikit ibu saya bakal nanya ini berita beneran apa nggak. Waktu masih tinggal seatap sih enak, beliau tinggal manggil dan nanya....

    Begitu saya punya rumah sendiri, hoax nya diforward dong!!! Dan FYI karena ibu saya sosialita kebanyakan grup whatsapp, forward hoax ini bisa 3-4 kali dalam sehari. Mau nangis nggak sih?

    dulu jaman blackberry saya punya autotext kalo saya nulis "mihx" maka akan langsung berubah jadi "ma ini hoax" . God Bless Blackberry and its autotext and smileys. Sekarang jaman iPhone mah ngetik pake swiftkey yang ada auto-suggest words nya langsung keprogram tuh tulisan "ini" pasti lanjutannya "hoax"

    solusi kalo kamu hoax checker seperti saya: punya template "ini hoax". Kalo males setting autotext di android atau iOS, kamu bisa pake smart keyboard yang punya autosuggest (saya sangat menyarankan pake swiftkey karena saya udah pake selama 4-5 tahun and it's working so well!)

    Gimana misalnya kalo yang nyebar hoax sosok yang dominan dan disegani sampe-sampe kamu nggak berani negur? well, kalo saya sih namanya kesalahan itu nggak bisa lah ya dibiarin begitu saja. Kalo bisa ditegur halus via japri, atau tunggu beberapa hari terus share berita yang meluruskan si hoax itu. 

    patience is key sisturrrr!

    3. Grupnya soal apa... Topiknya soal apa... Males Deh!



    Saya ada nih temen yang hobi ngeshare soal aktivitas organisasinya gitu di grup, permasalahannya itu grup alumni yang bisa diakses semua orang (dan kayanya sih ngga ada yang seorganisasi sama teman saya itu)

    Jadi organisasinya itu mengampanyekan suatu lifestyle, tapi kadang-kadang rada malesin misal tetiba nggak ada angin nggak ada ujan desye share ebook soal lifestylenya itu dan promo soal grup organisasinya padahal kita lagi bahas yang lain.

    Bukan apa-apa, kok kaya maksa aja gitu promote-promote gaya hidupnya yang sebenernya berlaku untuk satu golongan aja di sebuah grup yang anggotanya beragam gitu. Mungkin cari exposure kali ya? 

    But we have instagram for exposure ya kaaaan????

    Solusi: cuekin, kalo ada yang caper bikin topik yang too personal atau bahkan sengaja trolling nyari tubir  (baca: ribut) di grup, cuekin aja. Kalo diladenin malah akan tambah panjang dan bisa jadi mengganggu anggota lain. Kalo kamu grup admin, kamu bisa negur sampai nge-kick member yang model begini biar nggak rusuh.

    ((jadi admin grup whatsapp ribet ya))

    4. Salah Ketik Mengakibatkan Dicie-ciein...


    Saking banyaknya grup whatsapp yang beranak pinak (contoh misalnya: grup kantor yang besar punya anak grup divisi terus di grup divisi kita punya grup yang nggak ada pak bos, dan begitu selanjutnya)

    Nah kadang kadang kalo semua grup ini aktif, balesan kita pun suka terlewat. Semisal, harusnya ngepost di grup kecil malah ngepost di grup besar. Terus jadi awkward hahahaha

    Nggak cuma yang grupnya beranak pinak, ada rekan kerja yang pernah salah ketik pesan buat suaminya di grup kerja isinya minta tolong dibawain rantang sama ngecek pampers anak. Agak fatal karena di grup itu ada pak manager yang ngga suka liat kita main hape pas jam kerja :((

    solusinya: sekarang whatsapp kan ada fitur delete message tuh, dipake aja! meskipun ya kadang kadang pesannya tetap terbaca via jendela notifikasi atau udah telanjur ada yang baca dan sadar hahahaha. Kalo udah gitu mah yaudah minta maaf sambil melipir aja deh...

    solusi lain: CEK DULU NAMA GRUP SEBELUM MENULIS SISTURRRR!!!

    5. Kampanye Itu Di Lapangan! Bukan di Grup Whatsapp!!!!


    Saya selalu mengibaratkan grup whatsapp itu adalah sebuah lounge atau ruang duduk dimana kita duduk bersama--bukan di lapangan yang kita perlu teriak-teriak to get our point across. Kalo kamu merasa harus teriak teriak di grup whatsapp untuk menyampaikan poinmu; then you're not doing it effectively! 

    (said someone who had to use 'clickbait-ey' opening paragraphs on her family whatsapp group to get noticed btw)

    Tapi ada tuh pakde pakde oknum-oknum yang kerjaannya kampanye entah ganti presiden lah, entah maksa harus ikut pemikiran dia lah... hal-hal yang ngga sepatutnya dilakukan di ruang duduk bersama gitu deh.

    DANNN kita semua kesel sama orang-orang kaya gini kan? I mean like, dude, get a room!

    Sejujurnya saya lagi sebel karena buka whatsapp isinya politik, buka twitter isinya politik, bahkan instagram yang merupakan platform hedonisme untuk pamer sharing foto aja isinya politik cyiiiinn!!!! FENOMENA APAH INIIIHHH!!!

    Sejujurnya saya belum menemukan solusi untuk penghuni-penghuni grup whatsapp yang seperti ini selain TENGGELAMKAN! iya kalo kampanyenya menarik, biasanya kampanye politik itu hateful dan menyudutkan suatu golongan kok :(

    ***

    Anyway, kalian punya drama-drama yang timbul gara gara grup whatsapp juga nggak? Kalo ada cerita dong di kolom komen! Let's share!

    . Jumat, 10 Agustus 2018 .

    18 komentar

    1. Kalau di WAG kekuarga keselnya itu disamping info kesehatan yang hoax, ada satu lagi adalah salah seorang om sukanya share video ga jelas udah gitu ukuran filenya sangat besar

      Salam kenal
      Welly

      BalasHapus
      Balasan
      1. hi Welly salam kenal juga!

        NAHHHH iya nih share video sama share selfie :"") mau ngelarang gak bisa, otomatis langsung matiin fitur autosave sama preview video di whatsapp biar nggak makan kuota

        Hapus
    2. hihihi..
      Saya juga lumayan bete ama grup WA, mana 1 HP pakai 2 nomor, double deh grup WAnya.
      Alhasil cuman 2 grup yang saya ga mute.
      Grup sekolah anak saya, ama grup keluarga saya yang memang cuman 4 orang isinya hahaha.

      Yang lain bikin bete, bahkan grup WA bisnis pun isinya diselingi kampanye, capedehhhh..

      BalasHapus
      Balasan
      1. nah ini dilema ya, grup bisnis yang harusnya kita stay tune aja isinya melencenngggg...
        omelin aja, kalo mau kampanye dilapangan jangan di grup wa... kita kan mau cari duit, bukan cari anggota dewan #huft

        Hapus
    3. Podhooo mak. Grup keluargaku juga gt bahas politik kan bete KZL deh ah

      BalasHapus
      Balasan
      1. bilanginnn daripada bahas politik mending kita bahas bagaimana caranya beternak lele yang baik dan benar. dijamin anda akan diketawain sama satu grup

        *nggak solutif abis guenyah*

        Hapus
    4. Paling pusing emang sama hoax...

      BalasHapus
      Balasan
      1. engkau tidak sendirian saudariku... *baca pake nada film silat indosiar*

        Hapus
    5. nyahahahahaha.. ini gue banget!! berasa kzl pas dicemplungin ke wag keluarga yg isinya.. sama dengan diatas, mau leave takut dianggep durhaka, ngga leave beban batin urusan hoax, kampanye, info ga penting dll seliweran tanpa filter. Akhirnya di mute dan tiap seminggu sekali berkala di clear chat karena kiriman foto & video bikin penuh storage hahahaha. entah knp hrs ada wag keluarga, kalau isinya lebih sering ngga peting, ku berasa lelah.... hahaha :D

      BalasHapus
      Balasan
      1. fitur turn off autosave membantu banget lho mbak hahahaha ((ketauan anaknya malas clear chat))

        Hapus
    6. Perkara grup wa ini aku cukup beruntung karena mungkin belum tergabung di grup ibu2 ituu, jadi mungkin belum pernah dapat serangan ataupun bahasan menyebalkan tentang ASI vs Sufor, direct breastfeeding vs botol, ibu kerja vs engga, daycare vs nanny dll. Plus grup kelaurga yang aku gabung lumayan sepi dari politik karena isinya sepupu2 yang masih muda juga. Pada malas kali yah bahas politik, hehe. Tentang "tiap grup pasti punya anggota yang selalu memulai pembicaraan tanpa kenal waktu. And not all of those conversation are pleasant" oh aku setuju banget ampe mikir apa dia ga punya teman bicara di dunia nyata? Pengen deh bilang "get a life" hahahaa jahad ya :p

      BalasHapus
      Balasan
      1. HUHUHU AKU TERPAKSA MASUK GRUP IBU IBU DEMI PONAKANKUUUUUU --> ini bisa jadi judul sinetron indosiar gak sihhhhh....

        bisa jadi sih. aku ada kerabat yang begitu, jadi suka share gak penting sampe semua orang jengah. ternyata sama anak istrinya dia nggak diperhatiin sama sekali, lama lama jadi kesian juga.

        Hapus
    7. Bener tuh mba, saya juga punya grub yang kalau bahasnya itu yang gak penting-penting alhasil handpone selalu banyak pemberitahuan. huhuh jadi kesel sendiri.

      BalasHapus
    8. Hahahaa pas banget dari beberapa hari ini misuh2 di twitter tp aku hapus lagi karena baru inget ada anggota WAG itu di follow-an di twitter. Aku tu benciiiii banget sama WAG tipikal buibuk, yaitu ngadain arisan & iuran bulanan. Aku nggak mau WAG yg ada ikatan & kewajibannya. Udah cukuplah arisan RT & arisan kompleks. Arisan RW aja aku nggak mau ikut. Nah, WAG alumni ku kayak gitu tuh minggu lalu. Tiba2 aku dijapri disuruh bayar. Tiba2 aku masuk daftar yg punya utang. Males nggak sih? Emang jumlahnya nggak besar, but that's not the point. Aku masuk situ juga nggak minta, tau2 aku punya utang. Aku biarin aja. Sekali lagi ada yg nagih, aku mau keluar aja tanpa pamit. Soalnya mereka juga bikin arisan & iuran tanpa kesepatan seluruh anggota.
      Soal hoax checker, itu aku dulu, sekarang males krn malah merasa jadi the evil one. WAG yang ada gitunya, aku mute setahun, trus nggak aku intip2 sama sekali. Otomatis WAG itu akan melorot kebawah & notifnya nggak keluar sama sekali. Sama kayak alogaritma IG sih. Tapi sekalinya kita intip, notifnya akan keluar lagi meski tetap mute. Makanya kudu tahan2 diri juga supaya nggak ngintip.

      BalasHapus
    9. No 2 sih yang emang cukup mengganggu. Berawal dari isu yang disebar via WA ini kadang berujung pada perdebatan alot yang cukup menguras energi, dilema antara mau nanggepin tapi males debat kusir dan ga nanggepin tapi dalem hati kesel haha. Parah deh kadang kalau ada yang baper sih bisa2 leave group gara2 cek cok itu deh.

      BalasHapus
    10. Saat ini saya cuma 1 grup WA rutin, yaitu grup b4 dg teman bloggers yg berkaitan dg ngurus blog. Selebihnya cuma grup kerja yg kalau project kelar then leave out. Grup keluarga? Saya udah keluar. Dicap sombong dan segala macem udah hal yg biasa, karena saya tegas diawal... nggak mau gabung di grup WA alumni ini itu. Kalau ini yg bikin saya hepi, mereka mau apa? hahahah... Trus kalau nanti ketinggalan info ini itu gimana? Kalau menurut mereka, saya mesti tau info itu, let's japri. Kalau males japri, ya udah biarin aja gue gak tau apa2. I'm a bodo amat person kok, hahah...

      BalasHapus
    11. Hampir semua WAG aku mute, mba. WAG dharma wanita, alhmadulillah sudah keluar karena suami mutasi. WAG keluarga, aku pernah protes gara-gara kirim gambar yang nggak banget. Pas ketemu keluarga, aku diceramahi panjang lebar. WAG sekolah anakku, ramai banget dan beranak pinak. Kebayang kan kalau punya anak tiga, gimana ramainya. Untung yang anak sulung cuma satu WAG. WAG alumni, ampun deh, nggak berfaedah banget. Mau keluar nggak enak, tetap di grup dan ngenes. Pernah sih keluar dan dimasukin lagi. Belum lagi grup komunitas2.

      Kalau WAG resmi sekolahnya anak-anak itu tiap pagi atau sebelum tidur aku ngecek dulu. Takutnya ada info dari gurunya.

      BalasHapus
    12. Hahaha.. Ternyata masalah sama aja ya.. ? Saya grup keluarga keluar. Gak betah Hoax. Gak perduli sama omongan, pokoknya kalo dimasuki ke Grup trus gak nyaman kabur. 🤣🤣🤣 Daripada saya stres sendiri nanti. Saya cuma punya 2 grup untuk urusan kerjaan saja. Yang lainnya " masukin = kabur "

      BalasHapus

    popular posts

    IBX5B00F39DDBE69