• about me
  • menu
  • categories
  • Agi Tiara Pranoto

    Agi Tiara Pranoto

    Seorang Blogger Indonesia yang berdomisili di Yogyakarta. Selain menulis, dia juga sangat hobi bermain game FPS. Cita-citanya adalah mendapatkan passive income sehingga tidak perlu bekerja di kantor, apa daya selama cita-cita itu belum tercapai, dia harus menikmati hari-harinya sebagai mediator kesehatan.

    Tingalan Jumenengan Dalem: Anniversary Kenaikan Tahta Sultan Kraton Jogja


    Jujur saya bukan orang yang bisa bercerita dengan bahasa yang berbunga-bunga, tapi di tulisan kali ini, mungkin saya akan bercerita dengan gaya yang sedikit berbeda.

    Saya mau bertanya terlebih dahulu pada teman-teman pembaca; Kira-kira apa yang terpikir di kepala kamu saat saya bercerita soal Hajat Dalem Keraton Yogyakarta?

    Hajat Dalem Keraton Yogyakarta berbeda dengan agenda-agenda kenegaraan pada umumnya. Bagi saya yang besar di luar Jogja dan jauh dari budaya jawa, Hajat Dalem Keraton adalah suatu hal yang asing. Acara-acara kebudayaan sarat makna yang biasa diselenggarakan di Keraton Yogyakarta adalah pemandangan yang bisa dibilang cukup asing untuk pendatang seperti saya.

    Jadi, ketika Malam Museum dan Keraton Yogyakarta berkenan mengundang dan membuka pintu informasi bagi saya untuk memahami mengenai acara Hajat Dalem Tingalan Jumenengan Dalem, saya langsung mengiyakan tanpa tanda tanya.

    Oh ya, berhubung informasi yang saya dapatkan dari acara ini berbentuk audio, maka dari itu untuk memberikan info yang lebih akurat, maka saya akan menyertakan informasi foto beserta caption dari Instagram resmi Kraton Jogja.

    GKR Hayu, Putri ke-4 Sultan Hamengku Buwono X sekaligus Penghageng Tepas Tandha Yekti Kraton Jogja sedang menjelaskan mengenai Hajat Dalem Kraton Jogja

    Tingalan Jumenengan Dalem

    Tingalan Jumenengan Dalem adalah acara perayaan Anniversary Naik Tahtanya Raja di Keraton Jogja, dalam hal ini Sultan Hamengku Buwono ke 10. Tanggalan perayaan Anniversary ini didasarkan pada tanggalan jawa, maka dari itu kalau kita merujuk ke Kalender Nasional jelas tanggalnya akan berbeda-beda tiap tahun. 

    Karena beda Raja beda tanggal naik tahtanya, maka setiap Raja punya tanggal Jumenengan sendiri-sendiri. Sultan Hamengku Buwono sendiri merayakan Tingalan Jumenengan Dalem pada tanggal 27 - 30 Bulan Rejeb. Tahun ini prosesi Tingalan Jumenengan Dalem akan jatuh pada Bulan April. 

    ((ada yang suka ngecek tanggalan jawa disini?))

    Sebagaimana layaknya perayaan Hajat Dalem Keraton lainnya, prosesi Tingalan Jumenengan Dalem ini begitu sarat metafora dan kaya makna. Mendengarkan penjelasan dari Tepas Tanda Yekti dan GKR Hayu sukses membuat saya membayangkan betapa budaya Jawa adalah budaya yang kaya simbol maupun makna, baik yang tersirat maupun yang tersirat.

    Perayaan kenaikan tahta ini sangat spesial, kenapa? Karena prosesi Tingalan Jumenengan Dalem ini terbagi menjadi beberapa prosesi dan rangkaian acara yang berlangsung selama beberapa hari lamanya dengan Sugengan sebagai puncak acaranya. Meskipun demikian, GKR Hayu sendiri bercerita bahwa nggak semua Hajat Dalem ini dirayakan dengan resepsi besar-besaran. 

    27 Rejeb - Ngebluk

    Istilah ngebluk berasal dari suara ‘bluk’ yang ditimbulkan pada saat mencampur adonan apem secara terus menerus oleh para Sentana Dalem Putri dibantu Keparak. Setelah tercampur merata, adonan tersebut didiamkan selama satu malam agar mengembang. Keesokan harinya, Permaisuri, Putri Dalem, dan Sentana Dalem Putri dibantu Abdi Dalem Keparak akan mengolahnya menjadi apem yang menjadi kelengkapan penting dalam acara Tingalan Jumenengan Dalem ... The word ngebluk came from the sound ‘bluk’ which appeared when the sugar pancake dough is mixed together continuously by the female relatives of the Sultan (Sentana Dalem Putri) helped by Keparak. After it is all mixed evenly, the dough is then set aside for a night for it to inflate. The following day, the Queen, the Princesses, and the female relatives, helped by the Keparak Palace Courtiers, will finish the dough. This will then become important instruments used in Tingalan Jumenengan Dalem ___________ Photo: Tepas Tandha Yekti Source: KRT. Rintaiswara Suyami. 2008. Upacara Ritual di Kraton Yogyakarta Refleksi Mitologi dalam Budaya Jawa #ngebluk #peksiburak #tingalan #jumenengan #peksiburak #isra #miraj #karaton #kratonjogja #infokraton #jogja #Yogyakarta #WisataBudaya #wisatajogjakarta #Kraton #Ngayogyakarta #mataram #budayajogja #jogja #jogjakarta #yogyakarta #wisatajogja #wisatajogjakarta #jogjaku #budaya #budayaindonesia
    A post shared by Kraton Jogja (@kratonjogja) on


    Prosesi pertama dalam Tingalan Jumenengan Dalem adalah Ngebluk. Dinamakan Ngebluk karena diambil dari bunyi "Bluk" saat para abdi dalem membuat adonan apem. 

    Apem disini bukan hanya sekedar apem. Konon apem berasal dari kata Afwan yang dalam bahasa Arab berarti "Maaf". Jadi kesakralan Apem ini terletak pada simbolisme permohonan maaf kita kepada yang maha kuasa

    Ngebluk ini sendiri dilakukan di bangsal Keputren dan dipimpin oleh Permaisuri serta Putri Raja tertua. Selain putri-putri raja, yang bertugas untuk Ngebluk adalah para Abdi Dalem perempuan. Nantinya adonan apem yang juga biasa disebut sebagai Jladran ini akan disimpan semalaman di dalam Gedung Proboyekso atau gedung penyimpanan pusaka supaya mengembang.

    28 Rejeb - Ngapem & Mempersiapkan Ubarampe

    Ngapem adalah proses memasak adonan jladren yang telah dibuat satu hari sebelumnya. Pada prosesi ini, Permaisuri, Putri Dalem dan Sentana Dalem putri dibantu oleh Abdi Dalem Keparak membuat 2 macam apem, yaitu apem biasa (ukuran kecil) dan apem mustaka (ukuran besar). Apem mustaka selanjutnya akan disusun sesuai dengan tinggi Sultan. Apem yang berasal dari kata "afwan" yang berarti ampun dalam Bahasa Arab ini, merupakan simbol permohonan maaf atau ampunan. Harapannya adalah, agar dalam peringatan kenaikan tahta, Sri Sultan selalu mendapat petunjuk dan ampunan Yang Maha Kuasa .... Ngapem is the process of cooking the dough of jladren, that was made one day before. In this process, the Queen, the Princesses, and the female relative of the Sultan (Sentana Dalem), helped by the Keparak Palace Courtiers, made two kinds of apem, which were the usual apem (small size), and apem mustaka (large size). Apem mustaka are then stacked and arranged in the size of the Sultan’s height. The word ‘apem’ came from the Arabic word ‘afwan’ which means ‘forgiveness’. This then becomes the symbol of forgiveness or apology. It is hoped that on the journey to his ascension to throne, Sri Sultan will always be guided and forgiven by God the Almighty. __________ Photo: Tepas Tandha Yekti Source: KRT. Rintaiswara Suyami. 2008. Upacara Ritual di Kraton Yogyakarta Refleksi Mitologi dalam Budaya Jawa #ngapem #tingalan #jumenengan #peksiburak #isra #miraj #karaton #kratonjogja #infokraton #jogja #Yogyakarta #WisataBudaya #wisatajogjakarta #Kraton #Ngayogyakarta #mataram #budayajogja #jogja #jogjakarta #yogyakarta #wisatajogja #wisatajogjakarta #jogjaku #budaya #budayaindonesia
    A post shared by Kraton Jogja (@kratonjogja) on

    Keesokan harinya setelah prosesi Ngebluk dilakukan, segenap Permaisuri dan Tuan Putri serta para abdi dalem melanjutkan proses membuat Apem yang disebut dengan Ngapem. Jadi Jladran yang sudah jadi dan didiamkan semalaman itu akhirnya diolah menjadi Apem.

    Tapi jangan membayangkan Apemnya kaya Apem yang biasa kita beli di toko ya, karena Apem-apem untuk perayaan Tingalan Jumenengan Dalem ini size nya super besar. Jadi, ada dua jenis apem yang dimasak hari ini yaitu apem biasa dan Apem Mustaka. Apem Mustaka inilah apem yang sizenya super besar, dan nanti disusun sesuai dengan tinggi badan sultan.

    (jadi kalau Sultan tingginya sekitar 180 cm, silahkan dikira-kira berapa jumlah apem yang dibutuhkan)

    Rasa apemnya gimana? GKR Hayu sambil berkelakar menjelaskan bahwa bentuk dan rasa apem yang digunakan untuk prosesi ini tidak appetizing. Proses memasaknya juga cukup melelahkan mengingat para puteri harus bangun lebih pagi untuk sanggulan kemudian menghadapi deretan wajan untuk ngapem seharian.

    Nah, pada saat yang bersamaan dengan prosesi Ngapem, para Abdi Dalem Reh Widyabudaya punya tugas untuk menyiapkan ubarampe labuhan. Ubarampe Labuhan inilah yang nantinya akan dilabuh pada tanggal 30 Rejeb di lokasi-lokasi petilasan yang sudah ditentukan.

    Isi Ubarampe ini adalah seperangkat pakaian yang pernah digunakan sultan, seperangkat pakaian untuk laki-laki dan perempuan, potongan kuku dan potongan rambut sultan serta layon sekar atau bunga sesaji yang sudah layu atau mengering selama setahun dari Gedung Proboyekso.

    29 Rejeb - Sugengan

    Repost from @world_royalties Setelah sugengan, menandai rangkaian acara Tingalan Jumenengan Dalem adalah pertunjukan Tari Bedhaya Tirta Hayuningrat. Nampak dalam gambar, Sri Sultan Hamengku Bawono Ka10 dan permaisuri bersama dengan Paku Alam X dan istri menunggu dimulainya tarian sakral tersebut pada Sabtu (7/5) malam __________ HM. Sultan Hamengku Bawono Ka10 and his consort, Queen Hemas alongwith HRH. Paku Alam X and his wife are pictured, as they wait for the performance of a sacred dance named Bedhaya Tirta Hayuningrat, Saturday (7/5). The dance is performed by daughters and close family of the Sultan to mark his 27th anniversary as the King of Yogyakarta, Indonesia. #sugengan #jumenenganHB10 #27thJumenenganHB10 #KratonJogja #InfoKraton #InfoWisata #Yogyakarta #WisataBudaya #wisatajogjakarta #Kraton #Ngayogyakarta #explorejogja #budayajogja #jogja #jogjakarta #yogyakarta #wisatajogja #wisatajogjakarta #jogjaku #budaya #budayaindonesia
    A post shared by Kraton Jogja (@kratonjogja) on


    Sugengan adalah upacara selamatan yang dihadiri kerabat keraton beserta abdi dalem. Sugengan ini diadakan tepat pada hari peringatan penobatan sultan. Tujuan dari sugengan adalah memanjatkan doa dan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk keselamatan Sultan dan Keraton dan dilaksanakan di Bangsal Kencana. 

    Sesudah upacara nantinya, apem yang sudah dibuat beserta nasi golong lengkap dibagikan kepada yang hadir.Selain itu semua ubarampe labuhan dibawa ke Bangsal Srimanganti untuk disemayamkan selama satu malam.

    30 Rejeb - Prosesi Upacara Labuhan

    Secara harfiah, maksud dari labuhan berarti upaya memelihara keserasian, keselarasan, dan keseimbangan alam serta lingkungan hidupatau sebagai sebuah perwujudan dari filosofi Hamemayu Hayuning Bawono. Setelah pelaksanaan Labuhan Parangkusuma pada Kamis (27/4), Keraton Yogyakarta melaksanakan Labuhan di Gunung Merapi dan Gunung Lawu dalam waktu bersamaan, Jumat (28/4). Gunung Merapi dipilih sebagai lokasi labuhan karena pada jaman dahulu letusannya berhasil menghalangi serangan Pajang ke Mataram, sehingga hingga saat ini Keraton Yogyakarta sebagai penerusnya tetap lestari .... The literal meaning of Labuhan is the effort to preserve the cohesiveness, harmony, and balance of the nature, and the embodiment of the philosophy of “Hamemayu Hayuning Bawono”. After the Labuhan Parangkusuma on Thursday (27/4), Keraton Yogyakarta held the Labuhan in Mount Merapi and Mount Lawu, at the same time on Friday (28/4). Merapi Mountain is chosen as the loation of Labuhan because in the past, the eruption was able to contain the attack from Pajang to Mataram. This is why today, Keraton Yogyakarta is still preserved. __________ Photo : Tepas Tandha Yekti Source: KRT. Rintaiswara #labuhan #karaton #kratonjogja #infokraton #jogja #Yogyakarta #WisataBudaya #wisatajogjakarta #Kraton #Ngayogyakarta #mataram #budayajogja #jogja #jogjakarta #yogyakarta #wisatajogja #wisatajogjakarta #jogjaku #budaya #budayaindonesia
    A post shared by Kraton Jogja (@kratonjogja) on

    Setelah prosesi sugengan, keesokan harinya diselenggarakan upacara labuhan. Hajad dalem labuhan sendiri berasal dari kata labuh yang artinya membuang, meletakkan atau menghanyutkan. Maksud dari labuhan ini adalah doa dan pengharapan untuk membuang segala macam sifat buruk.

    Petilasan-petilasan untuk upacara labuhan antara lain Labuhan Parangkusumo, Labuhan Merapi. Labuhan Lawu dan Labuhan Dlepih Khayangan. Khusus Labuhan Dlepih Khayangan, hanya dilaksanakan 8 tahun sekali atau pada tahun Dal, karena dikategorikan sebagai Labuhan Ageng (besar)

    Premiere Video Prosesi Tingalan Jumenengan Dalem Pada Tahun 2017. Video ini akan tersedia untuk umum pada akhir maret 2018 ini.

    Tingalan Jumenengan Dalem 2018

    Kalau merujuk pada agenda pariwisata jogja, maka Hajad Dalem Tingalan Jumenengan Dalem  jatuh pada tanggal 13 April 2018 - 17 April 2018. Bagi teman-teman yang ingin menyaksikan dan berpartisipasi dapat mempersiapkan diri. Kraton Jogja memiliki aturan-aturan tertentu soal cara berpakaian dan pelaksanaan masing-masing acara, sehingga teman-teman bisa terlebih dahulu menyimak info-info di laman resmi Kraton Jogja berikut ini:

    Kraton Jogja

    Jalan Rotowijayan Blok No. 1, Panembahan, Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta



    Gimana, sudah siap menyimak prosesi Tingalan Jumenengan Dalem tahun ini?

    Jujur saya bukan orang yang bisa bercerita dengan bahasa yang berbunga-bunga, tapi di tulisan kali ini, mungkin saya akan bercerita dengan gaya yang sedikit berbeda.

    Saya mau bertanya terlebih dahulu pada teman-teman pembaca; Kira-kira apa yang terpikir di kepala kamu saat saya bercerita soal Hajat Dalem Keraton Yogyakarta?

    Hajat Dalem Keraton Yogyakarta berbeda dengan agenda-agenda kenegaraan pada umumnya. Bagi saya yang besar di luar Jogja dan jauh dari budaya jawa, Hajat Dalem Keraton adalah suatu hal yang asing. Acara-acara kebudayaan sarat makna yang biasa diselenggarakan di Keraton Yogyakarta adalah pemandangan yang bisa dibilang cukup asing untuk pendatang seperti saya.

    Jadi, ketika Malam Museum dan Keraton Yogyakarta berkenan mengundang dan membuka pintu informasi bagi saya untuk memahami mengenai acara Hajat Dalem Tingalan Jumenengan Dalem, saya langsung mengiyakan tanpa tanda tanya.

    Oh ya, berhubung informasi yang saya dapatkan dari acara ini berbentuk audio, maka dari itu untuk memberikan info yang lebih akurat, maka saya akan menyertakan informasi foto beserta caption dari Instagram resmi Kraton Jogja.

    GKR Hayu, Putri ke-4 Sultan Hamengku Buwono X sekaligus Penghageng Tepas Tandha Yekti Kraton Jogja sedang menjelaskan mengenai Hajat Dalem Kraton Jogja

    Tingalan Jumenengan Dalem

    Tingalan Jumenengan Dalem adalah acara perayaan Anniversary Naik Tahtanya Raja di Keraton Jogja, dalam hal ini Sultan Hamengku Buwono ke 10. Tanggalan perayaan Anniversary ini didasarkan pada tanggalan jawa, maka dari itu kalau kita merujuk ke Kalender Nasional jelas tanggalnya akan berbeda-beda tiap tahun. 

    Karena beda Raja beda tanggal naik tahtanya, maka setiap Raja punya tanggal Jumenengan sendiri-sendiri. Sultan Hamengku Buwono sendiri merayakan Tingalan Jumenengan Dalem pada tanggal 27 - 30 Bulan Rejeb. Tahun ini prosesi Tingalan Jumenengan Dalem akan jatuh pada Bulan April. 

    ((ada yang suka ngecek tanggalan jawa disini?))

    Sebagaimana layaknya perayaan Hajat Dalem Keraton lainnya, prosesi Tingalan Jumenengan Dalem ini begitu sarat metafora dan kaya makna. Mendengarkan penjelasan dari Tepas Tanda Yekti dan GKR Hayu sukses membuat saya membayangkan betapa budaya Jawa adalah budaya yang kaya simbol maupun makna, baik yang tersirat maupun yang tersirat.

    Perayaan kenaikan tahta ini sangat spesial, kenapa? Karena prosesi Tingalan Jumenengan Dalem ini terbagi menjadi beberapa prosesi dan rangkaian acara yang berlangsung selama beberapa hari lamanya dengan Sugengan sebagai puncak acaranya. Meskipun demikian, GKR Hayu sendiri bercerita bahwa nggak semua Hajat Dalem ini dirayakan dengan resepsi besar-besaran. 

    27 Rejeb - Ngebluk

    Istilah ngebluk berasal dari suara ‘bluk’ yang ditimbulkan pada saat mencampur adonan apem secara terus menerus oleh para Sentana Dalem Putri dibantu Keparak. Setelah tercampur merata, adonan tersebut didiamkan selama satu malam agar mengembang. Keesokan harinya, Permaisuri, Putri Dalem, dan Sentana Dalem Putri dibantu Abdi Dalem Keparak akan mengolahnya menjadi apem yang menjadi kelengkapan penting dalam acara Tingalan Jumenengan Dalem ... The word ngebluk came from the sound ‘bluk’ which appeared when the sugar pancake dough is mixed together continuously by the female relatives of the Sultan (Sentana Dalem Putri) helped by Keparak. After it is all mixed evenly, the dough is then set aside for a night for it to inflate. The following day, the Queen, the Princesses, and the female relatives, helped by the Keparak Palace Courtiers, will finish the dough. This will then become important instruments used in Tingalan Jumenengan Dalem ___________ Photo: Tepas Tandha Yekti Source: KRT. Rintaiswara Suyami. 2008. Upacara Ritual di Kraton Yogyakarta Refleksi Mitologi dalam Budaya Jawa #ngebluk #peksiburak #tingalan #jumenengan #peksiburak #isra #miraj #karaton #kratonjogja #infokraton #jogja #Yogyakarta #WisataBudaya #wisatajogjakarta #Kraton #Ngayogyakarta #mataram #budayajogja #jogja #jogjakarta #yogyakarta #wisatajogja #wisatajogjakarta #jogjaku #budaya #budayaindonesia
    A post shared by Kraton Jogja (@kratonjogja) on


    Prosesi pertama dalam Tingalan Jumenengan Dalem adalah Ngebluk. Dinamakan Ngebluk karena diambil dari bunyi "Bluk" saat para abdi dalem membuat adonan apem. 

    Apem disini bukan hanya sekedar apem. Konon apem berasal dari kata Afwan yang dalam bahasa Arab berarti "Maaf". Jadi kesakralan Apem ini terletak pada simbolisme permohonan maaf kita kepada yang maha kuasa

    Ngebluk ini sendiri dilakukan di bangsal Keputren dan dipimpin oleh Permaisuri serta Putri Raja tertua. Selain putri-putri raja, yang bertugas untuk Ngebluk adalah para Abdi Dalem perempuan. Nantinya adonan apem yang juga biasa disebut sebagai Jladran ini akan disimpan semalaman di dalam Gedung Proboyekso atau gedung penyimpanan pusaka supaya mengembang.

    28 Rejeb - Ngapem & Mempersiapkan Ubarampe

    Ngapem adalah proses memasak adonan jladren yang telah dibuat satu hari sebelumnya. Pada prosesi ini, Permaisuri, Putri Dalem dan Sentana Dalem putri dibantu oleh Abdi Dalem Keparak membuat 2 macam apem, yaitu apem biasa (ukuran kecil) dan apem mustaka (ukuran besar). Apem mustaka selanjutnya akan disusun sesuai dengan tinggi Sultan. Apem yang berasal dari kata "afwan" yang berarti ampun dalam Bahasa Arab ini, merupakan simbol permohonan maaf atau ampunan. Harapannya adalah, agar dalam peringatan kenaikan tahta, Sri Sultan selalu mendapat petunjuk dan ampunan Yang Maha Kuasa .... Ngapem is the process of cooking the dough of jladren, that was made one day before. In this process, the Queen, the Princesses, and the female relative of the Sultan (Sentana Dalem), helped by the Keparak Palace Courtiers, made two kinds of apem, which were the usual apem (small size), and apem mustaka (large size). Apem mustaka are then stacked and arranged in the size of the Sultan’s height. The word ‘apem’ came from the Arabic word ‘afwan’ which means ‘forgiveness’. This then becomes the symbol of forgiveness or apology. It is hoped that on the journey to his ascension to throne, Sri Sultan will always be guided and forgiven by God the Almighty. __________ Photo: Tepas Tandha Yekti Source: KRT. Rintaiswara Suyami. 2008. Upacara Ritual di Kraton Yogyakarta Refleksi Mitologi dalam Budaya Jawa #ngapem #tingalan #jumenengan #peksiburak #isra #miraj #karaton #kratonjogja #infokraton #jogja #Yogyakarta #WisataBudaya #wisatajogjakarta #Kraton #Ngayogyakarta #mataram #budayajogja #jogja #jogjakarta #yogyakarta #wisatajogja #wisatajogjakarta #jogjaku #budaya #budayaindonesia
    A post shared by Kraton Jogja (@kratonjogja) on

    Keesokan harinya setelah prosesi Ngebluk dilakukan, segenap Permaisuri dan Tuan Putri serta para abdi dalem melanjutkan proses membuat Apem yang disebut dengan Ngapem. Jadi Jladran yang sudah jadi dan didiamkan semalaman itu akhirnya diolah menjadi Apem.

    Tapi jangan membayangkan Apemnya kaya Apem yang biasa kita beli di toko ya, karena Apem-apem untuk perayaan Tingalan Jumenengan Dalem ini size nya super besar. Jadi, ada dua jenis apem yang dimasak hari ini yaitu apem biasa dan Apem Mustaka. Apem Mustaka inilah apem yang sizenya super besar, dan nanti disusun sesuai dengan tinggi badan sultan.

    (jadi kalau Sultan tingginya sekitar 180 cm, silahkan dikira-kira berapa jumlah apem yang dibutuhkan)

    Rasa apemnya gimana? GKR Hayu sambil berkelakar menjelaskan bahwa bentuk dan rasa apem yang digunakan untuk prosesi ini tidak appetizing. Proses memasaknya juga cukup melelahkan mengingat para puteri harus bangun lebih pagi untuk sanggulan kemudian menghadapi deretan wajan untuk ngapem seharian.

    Nah, pada saat yang bersamaan dengan prosesi Ngapem, para Abdi Dalem Reh Widyabudaya punya tugas untuk menyiapkan ubarampe labuhan. Ubarampe Labuhan inilah yang nantinya akan dilabuh pada tanggal 30 Rejeb di lokasi-lokasi petilasan yang sudah ditentukan.

    Isi Ubarampe ini adalah seperangkat pakaian yang pernah digunakan sultan, seperangkat pakaian untuk laki-laki dan perempuan, potongan kuku dan potongan rambut sultan serta layon sekar atau bunga sesaji yang sudah layu atau mengering selama setahun dari Gedung Proboyekso.

    29 Rejeb - Sugengan

    Repost from @world_royalties Setelah sugengan, menandai rangkaian acara Tingalan Jumenengan Dalem adalah pertunjukan Tari Bedhaya Tirta Hayuningrat. Nampak dalam gambar, Sri Sultan Hamengku Bawono Ka10 dan permaisuri bersama dengan Paku Alam X dan istri menunggu dimulainya tarian sakral tersebut pada Sabtu (7/5) malam __________ HM. Sultan Hamengku Bawono Ka10 and his consort, Queen Hemas alongwith HRH. Paku Alam X and his wife are pictured, as they wait for the performance of a sacred dance named Bedhaya Tirta Hayuningrat, Saturday (7/5). The dance is performed by daughters and close family of the Sultan to mark his 27th anniversary as the King of Yogyakarta, Indonesia. #sugengan #jumenenganHB10 #27thJumenenganHB10 #KratonJogja #InfoKraton #InfoWisata #Yogyakarta #WisataBudaya #wisatajogjakarta #Kraton #Ngayogyakarta #explorejogja #budayajogja #jogja #jogjakarta #yogyakarta #wisatajogja #wisatajogjakarta #jogjaku #budaya #budayaindonesia
    A post shared by Kraton Jogja (@kratonjogja) on


    Sugengan adalah upacara selamatan yang dihadiri kerabat keraton beserta abdi dalem. Sugengan ini diadakan tepat pada hari peringatan penobatan sultan. Tujuan dari sugengan adalah memanjatkan doa dan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk keselamatan Sultan dan Keraton dan dilaksanakan di Bangsal Kencana. 

    Sesudah upacara nantinya, apem yang sudah dibuat beserta nasi golong lengkap dibagikan kepada yang hadir.Selain itu semua ubarampe labuhan dibawa ke Bangsal Srimanganti untuk disemayamkan selama satu malam.

    30 Rejeb - Prosesi Upacara Labuhan

    Secara harfiah, maksud dari labuhan berarti upaya memelihara keserasian, keselarasan, dan keseimbangan alam serta lingkungan hidupatau sebagai sebuah perwujudan dari filosofi Hamemayu Hayuning Bawono. Setelah pelaksanaan Labuhan Parangkusuma pada Kamis (27/4), Keraton Yogyakarta melaksanakan Labuhan di Gunung Merapi dan Gunung Lawu dalam waktu bersamaan, Jumat (28/4). Gunung Merapi dipilih sebagai lokasi labuhan karena pada jaman dahulu letusannya berhasil menghalangi serangan Pajang ke Mataram, sehingga hingga saat ini Keraton Yogyakarta sebagai penerusnya tetap lestari .... The literal meaning of Labuhan is the effort to preserve the cohesiveness, harmony, and balance of the nature, and the embodiment of the philosophy of “Hamemayu Hayuning Bawono”. After the Labuhan Parangkusuma on Thursday (27/4), Keraton Yogyakarta held the Labuhan in Mount Merapi and Mount Lawu, at the same time on Friday (28/4). Merapi Mountain is chosen as the loation of Labuhan because in the past, the eruption was able to contain the attack from Pajang to Mataram. This is why today, Keraton Yogyakarta is still preserved. __________ Photo : Tepas Tandha Yekti Source: KRT. Rintaiswara #labuhan #karaton #kratonjogja #infokraton #jogja #Yogyakarta #WisataBudaya #wisatajogjakarta #Kraton #Ngayogyakarta #mataram #budayajogja #jogja #jogjakarta #yogyakarta #wisatajogja #wisatajogjakarta #jogjaku #budaya #budayaindonesia
    A post shared by Kraton Jogja (@kratonjogja) on

    Setelah prosesi sugengan, keesokan harinya diselenggarakan upacara labuhan. Hajad dalem labuhan sendiri berasal dari kata labuh yang artinya membuang, meletakkan atau menghanyutkan. Maksud dari labuhan ini adalah doa dan pengharapan untuk membuang segala macam sifat buruk.

    Petilasan-petilasan untuk upacara labuhan antara lain Labuhan Parangkusumo, Labuhan Merapi. Labuhan Lawu dan Labuhan Dlepih Khayangan. Khusus Labuhan Dlepih Khayangan, hanya dilaksanakan 8 tahun sekali atau pada tahun Dal, karena dikategorikan sebagai Labuhan Ageng (besar)

    Premiere Video Prosesi Tingalan Jumenengan Dalem Pada Tahun 2017. Video ini akan tersedia untuk umum pada akhir maret 2018 ini.

    Tingalan Jumenengan Dalem 2018

    Kalau merujuk pada agenda pariwisata jogja, maka Hajad Dalem Tingalan Jumenengan Dalem  jatuh pada tanggal 13 April 2018 - 17 April 2018. Bagi teman-teman yang ingin menyaksikan dan berpartisipasi dapat mempersiapkan diri. Kraton Jogja memiliki aturan-aturan tertentu soal cara berpakaian dan pelaksanaan masing-masing acara, sehingga teman-teman bisa terlebih dahulu menyimak info-info di laman resmi Kraton Jogja berikut ini:

    Kraton Jogja

    Jalan Rotowijayan Blok No. 1, Panembahan, Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta



    Gimana, sudah siap menyimak prosesi Tingalan Jumenengan Dalem tahun ini?
    . Jumat, 23 Maret 2018 .

    6 komentar

    1. keren ya prosesinya, penuh filosofis... kalo aku kebagian makan apemnya aja ya...

      :D

      https://risingecha91.blogspot.co.id/

      BalasHapus
    2. Baru tahu nih detailnya, dan seneng ya bisa berkesempatan lihat secara langsung..
      Meskipun belum bisa menyaksikan secara langsung setidaknya jadi tahu dari sini..he

      BalasHapus
    3. Saya belum pernah ikut acara adat seperti ini. Sepertinya sangat menarik karena kita jadi lebih mengenal budaya. Pasti akan menyenangkan kalau bisa hadir secara langsung.

      BalasHapus
    4. Iya, sama seperti komennya Andi, selama ini cuma lihat dari Tv, sekarang jd tahu lebih detil. TFS aggy

      BalasHapus
    5. Wah senengnya bisa berkesempatan melihat dan meliput langsung acara keluarga keraton ...

      Prosesinya panjang dan berkesan, penuh filosofis.

      BalasHapus
    6. Cuma pernah sekali ikut acara Labuhan Merapi mbak..

      Ternyata proses sebelumnya panjang juga..
      Semoga tetap lestari rangkaian budaya seperti itu..

      BalasHapus

    popular posts

    IBX5B00F39DDBE69