• about me
  • menu
  • categories
  • Agi Tiara Pranoto

    Agi Tiara Pranoto

    Seorang Blogger Indonesia yang berdomisili di Yogyakarta. Selain menulis, dia juga sangat hobi bermain game FPS. Cita-citanya adalah mendapatkan passive income sehingga tidak perlu bekerja di kantor, apa daya selama cita-cita itu belum tercapai, dia harus menikmati hari-harinya sebagai mediator kesehatan.

    #BermimpiItuKeren - Gizi Baik Untuk Bangsa Yang Baik


    I will keep this one short and sweet, because this is about the kids, the children of the world. And might be about you too.



    Dimulai di sebuah kamis pagi (yang suprisingly tidak macet!), saya menyetir sekitar 20 kilo ke kota Klaten untuk menghadiri halal bihalal dari Sari Husada dan Danone.

    Ini sih bukan acara pertama dari Sari Husada yang saya ikuti. Sebelumnya saya pernah mengikuti acara napak tilas media dari Sari Husada (dimana saya menemukan tempe yang murmer dan enak) jadi saya berangkat dengan harapan ketemu si tempe lagi #eh

    (Baca Juga: Para Srikandi Tempe dari Klaten)

    Acara halal bihalal ini bertema "Gizi Baik Bantu Raih Impian" dan diselenggarakan berkat kerjasama dari PT Danone dan Sari Husada dengan Yayasan One Earth. Selain teman-teman dari Sari Husada, Danone, One Earth dan media, hadir juga adik-adik dari Panti Asuhan Muhamadiyah Klaten dan Panti Asuhan Amanah Prambanan.

    Ada sebuah cerita menarik dari obrolan siang santai di Halal Bihalal PT Sari Husada kali ini. Pak Arif Mujahidin dari Danone dan dr Stephanus Hardiyanto bercerita mengenai stunting atau "kerdil" akibat gizi buruk di Indonesia.

    Permasalahan gizi buruk ini memang isu yang agak sensitif di kalangan ibu-ibu; sebagai warga kampung relawan yang kerap membantu posyandu, saya menemukan banyak ibu-ibu yang masih suka berantem seputar gizi dan pola makan anak--dari soal baby weaning, sampai masalah micin.

    (sebelumnya saya sudah pernah membahas kalo sebenernya micin itu nggak bahaya, selama gak dikonsumsi berlebihan ya gengs)

    Ada juga kepala desa yang salah paham karena istilah stunting berbahasa inggris dan terdengar keren, jadi pas dibilang desanya pusat stunting beliau malah bangga "wah desa saya jadi pusat stunting lho!" Makanya istilah stunting diganti menjadi "kerdil"

    dr. Stephanus sendiri bercerita bahwa penting sekali bagi para orangtua dan masyarakat untuk terus mengupdate pengetahuan mengenai Nutrisi karena keilmuan soal nutrisi terus berkembang. Misalnya, kalo dulu gizi baik itu cukup dengan 4 sehat 5 sempurna, maka saat ini ditemukan bahwa seharusnya porsi sayur dalam makanan itu adalah sekitar 50%!!!

    Apa jadinya diriku yang kerjaannya makan gorengan dok? Pantes saya pendek nggak tinggi-tinggi *nangis*


    Karena komitmen Sari Husada dan Danone untuk terus memperbaiki nutrisi untuk bangsa lewat program-program CSR-nya sudah dimulai sejak lama, maka Sari Husada juga memberikan bantuan bagi panti asuhan di sekitar Sari Husada agar bisa terus menjaga nutrisi anak-anak asuhnya.

    Kenapa nutrisi anak-anak asuh harus dijaga dengan baik? karena nutrisi yang baik berperan dalam pembentukan mental dan emosional anak-anak tersebut. Nutrisi yang baik akan membentuk anak-anak yang sehat dan kuat secara mental dan emosional, lantas mereka dapat berkarya membangun bangsa

    thus the title, gizi baik untuk bangsa yang baik, ya kan?

    Ada sebuah poin yang dikemukakan Mak Lusi dalam chitchat bersama Sari Husada kemarin; saat ini banyak sekali informasi soal gizi yang beredar di Sosial Media. Ada baiknya kalau media dan Sari Husada bekerjasama untuk memberikan info-info mengenai gizi yang baik secara short and sweet di sosial medianya.

    Kenapa harus short and sweet? karena sejujurnya literasi kita kurang (banget). Kita ngga terbiasa membaca penjelasan yang panjang dan mendetil dan sosmed malah jadi ajang "mom-war" antar ibu-ibu dengan 'aliran nutrisi' yang berbeda.

    padahal kita semua itu pengennya kan anak-anak sehat terus, gizi tercukupi kan, cuma ya gitu i guess the pressure of being the perfect parents sometimes gets to us.




    Kalo sampe saat ini, Sari Husada masih berkomitmen untuk menggerakkan program-program CSR berbasis keberlangsungan dimana motto dari CSR Sari Husada adalah "Help people to help themselves" 

    Beberapa teman media memberikan saran kepada Sari Husada untuk memperluas jangkauan CSR karena ternyata di sekitar Klaten masih terdapat kasus-kasus stunting dan gizi buruk. Ide dan saran ini disambut baik oleh PT Sari Husada, so i guess, we'll see in the future!

    Untuk membangun bangsa, memang dibutuhkan kerjasama, baik dari pihak pemerintah, masyarakat maupun swasta. Langkah yang ditempuh PT Sari Husada pastinya sudah membuka jalan untuk masyarakat berpartisipasi dalam memperbaiki nutrisi bangsa ini.

    Gizi yang baik, untuk bangsa yang baik.

    I will keep this one short and sweet, because this is about the kids, the children of the world. And might be about you too.



    Dimulai di sebuah kamis pagi (yang suprisingly tidak macet!), saya menyetir sekitar 20 kilo ke kota Klaten untuk menghadiri halal bihalal dari Sari Husada dan Danone.

    Ini sih bukan acara pertama dari Sari Husada yang saya ikuti. Sebelumnya saya pernah mengikuti acara napak tilas media dari Sari Husada (dimana saya menemukan tempe yang murmer dan enak) jadi saya berangkat dengan harapan ketemu si tempe lagi #eh

    (Baca Juga: Para Srikandi Tempe dari Klaten)

    Acara halal bihalal ini bertema "Gizi Baik Bantu Raih Impian" dan diselenggarakan berkat kerjasama dari PT Danone dan Sari Husada dengan Yayasan One Earth. Selain teman-teman dari Sari Husada, Danone, One Earth dan media, hadir juga adik-adik dari Panti Asuhan Muhamadiyah Klaten dan Panti Asuhan Amanah Prambanan.

    Ada sebuah cerita menarik dari obrolan siang santai di Halal Bihalal PT Sari Husada kali ini. Pak Arif Mujahidin dari Danone dan dr Stephanus Hardiyanto bercerita mengenai stunting atau "kerdil" akibat gizi buruk di Indonesia.

    Permasalahan gizi buruk ini memang isu yang agak sensitif di kalangan ibu-ibu; sebagai warga kampung relawan yang kerap membantu posyandu, saya menemukan banyak ibu-ibu yang masih suka berantem seputar gizi dan pola makan anak--dari soal baby weaning, sampai masalah micin.

    (sebelumnya saya sudah pernah membahas kalo sebenernya micin itu nggak bahaya, selama gak dikonsumsi berlebihan ya gengs)

    Ada juga kepala desa yang salah paham karena istilah stunting berbahasa inggris dan terdengar keren, jadi pas dibilang desanya pusat stunting beliau malah bangga "wah desa saya jadi pusat stunting lho!" Makanya istilah stunting diganti menjadi "kerdil"

    dr. Stephanus sendiri bercerita bahwa penting sekali bagi para orangtua dan masyarakat untuk terus mengupdate pengetahuan mengenai Nutrisi karena keilmuan soal nutrisi terus berkembang. Misalnya, kalo dulu gizi baik itu cukup dengan 4 sehat 5 sempurna, maka saat ini ditemukan bahwa seharusnya porsi sayur dalam makanan itu adalah sekitar 50%!!!

    Apa jadinya diriku yang kerjaannya makan gorengan dok? Pantes saya pendek nggak tinggi-tinggi *nangis*


    Karena komitmen Sari Husada dan Danone untuk terus memperbaiki nutrisi untuk bangsa lewat program-program CSR-nya sudah dimulai sejak lama, maka Sari Husada juga memberikan bantuan bagi panti asuhan di sekitar Sari Husada agar bisa terus menjaga nutrisi anak-anak asuhnya.

    Kenapa nutrisi anak-anak asuh harus dijaga dengan baik? karena nutrisi yang baik berperan dalam pembentukan mental dan emosional anak-anak tersebut. Nutrisi yang baik akan membentuk anak-anak yang sehat dan kuat secara mental dan emosional, lantas mereka dapat berkarya membangun bangsa

    thus the title, gizi baik untuk bangsa yang baik, ya kan?

    Ada sebuah poin yang dikemukakan Mak Lusi dalam chitchat bersama Sari Husada kemarin; saat ini banyak sekali informasi soal gizi yang beredar di Sosial Media. Ada baiknya kalau media dan Sari Husada bekerjasama untuk memberikan info-info mengenai gizi yang baik secara short and sweet di sosial medianya.

    Kenapa harus short and sweet? karena sejujurnya literasi kita kurang (banget). Kita ngga terbiasa membaca penjelasan yang panjang dan mendetil dan sosmed malah jadi ajang "mom-war" antar ibu-ibu dengan 'aliran nutrisi' yang berbeda.

    padahal kita semua itu pengennya kan anak-anak sehat terus, gizi tercukupi kan, cuma ya gitu i guess the pressure of being the perfect parents sometimes gets to us.




    Kalo sampe saat ini, Sari Husada masih berkomitmen untuk menggerakkan program-program CSR berbasis keberlangsungan dimana motto dari CSR Sari Husada adalah "Help people to help themselves" 

    Beberapa teman media memberikan saran kepada Sari Husada untuk memperluas jangkauan CSR karena ternyata di sekitar Klaten masih terdapat kasus-kasus stunting dan gizi buruk. Ide dan saran ini disambut baik oleh PT Sari Husada, so i guess, we'll see in the future!

    Untuk membangun bangsa, memang dibutuhkan kerjasama, baik dari pihak pemerintah, masyarakat maupun swasta. Langkah yang ditempuh PT Sari Husada pastinya sudah membuka jalan untuk masyarakat berpartisipasi dalam memperbaiki nutrisi bangsa ini.

    Gizi yang baik, untuk bangsa yang baik.
    . Jumat, 13 Juli 2018 .

    3 komentar

    1. Semoga 2020, Indonesia bebas gizi buruk ya...

      Bermanfaat banget neh acaranya. Eh btw, tiap ada logo Danone dalam kemasan apa gitu, kok mewah ya rasanya?

      BalasHapus
    2. Keren, asli kalau ikut acara gini seru dah gitu dapet ilmu lagi. Terlebih bisa kita ceritakan ulang di blog. Itu sesuatu banget.

      Terima kasih, Teh sharingnya. Betul sih, jangankan micin yang berbahaya jikalau dikonsumsi secara berlebih. Apapun kalau dikonsumsinya berlebihan itu tidak baik :)

      BalasHapus
    3. there's hero life's in youu.. ~nyanyi ala mariah carey...

      tuh gy jangan ngemilin micin sachetan kalo lagi bete dirumah, nanti jadi kerdyl.

      BalasHapus

    popular posts

    IBX5B00F39DDBE69