• about me
  • menu
  • categories
  • Agi Tiara Pranoto

    Agi Tiara Pranoto

    Seorang Blogger Indonesia yang berdomisili di Yogyakarta. Selain menulis, dia juga sangat hobi bermain game FPS. Cita-citanya adalah mendapatkan passive income sehingga tidak perlu bekerja di kantor, apa daya selama cita-cita itu belum tercapai, dia harus menikmati hari-harinya sebagai mediator kesehatan.

    Semua Yang Perlu Kamu Tahu Soal Food Photography! (+ Behind The Scene)


    [this post is a collaboration with Bakpia Wong and may contain affiliate links & sponsored promotion]

    Selama ini lumayan banyak yang nanya ke saya; gimana sih caranya ngambil foto makanan yang bagus? Jujur aja nih, saya ngga punya ilmunya karena belajar fotografi pun otodidak dari ngeliatin gambar-gambar di deviantArt ((iyes anaknya dA banget gengs)) jadi kalo jelasin secara teoritis saya nggak bisa karena gatau gimana caranya. Saya cuma ambil foto yang menurut saya menarik (dan itupun sering dibilang nggak menarik sama orang-orang, huft)
    Jadi, kemarin saya diajakin untuk ikut acara Workshop Food Photography bareng sama Chef Herisatu Zakaria di Store Bakpia Wong Jogja. Pertama-tamanya sih saya agak hesitant karena jujur aja menurut saya kalo fotografi terlalu banyak diajarin teorinya (lensa ini itulah, bukaan ini itu lah, fokus harus begini begitulah) nanti gak fluid lagi dong seninya...

    Tapi.. kalo nggak belajar teorinya kayanya susah juga ya kalo ditanya "ini kok fotonya begini caranya gimana?"

    ((Jangan nanya gimana soalnya kalo saya males mikir, saya set kameranya pake auto--lah kita beli kamera mahal-mahal kalo SEMUA fiturnya nggak pernah dipake buat apa cobak?? *ketawa setan*))

    Maafin muridmu yang ble'e ini ya chef :)) *insert sound effects: jingle lagu ramayana*

    Jadi, Chef Harisatu Zakaria ini... seumuran sama saya (YEEEE!!! berasa muda banget gue beb) tapi diusianya beliau yang ke 24 ini, beliau sudah jadi chef dan pengajar di IONS culinary school (sementara saya masih sibuk goler-goler di kasur mikirin gimana ceritanya tetangga gue bisa nanem kurma di iklim jogja yang lembabnya Allahu Akbar) 

    Udah gitu Chef Harisatu juga seorang food photographer dan food stylist. Kelar gak idup lo. Monmaap kalo mau nanya beliau single apa udah taken silahkan langsung tanya sama orangnya aja jangan sama saya, karena saya juga gak nanya. #bhaik

    Intermezzo: kelar acara dia nanya saya lulusan mana terus saya dikiranya anak teknik komputer... duh nasib gelar-gelarku yang belum ketemu manfaatnya ituh *nangis dipojokan*

    Food Photography itu Kerja Tim Bos!

    Oke fokus ke food photography. Chef Harisatu banyak terlibat di berbagai pemotretan makanan baik untuk menu maupun kepentingan komersial lainnya--baik sebagai fotografer maupun food stylist. Ada satu hal yang beliau tekankan kepada kami semua: bahwa food photography adalah pekerjaan tim bukan individu.

    Ada fotografer yang tugasnya memotret, ada props stylist yang tugasnya ngurusin properti, ada food stylist yang tugasnya menata makanan, dan jelas ada runner yang bantu-bantu ini itu. Jadi dalam fotografi komersial yang membutuhkan waktu kerja yang cepat dan hasil yang tepat,harus pake kerja tim. 

    Kalo nggak tim, kebayang nggak satu foto butuh berapa puluh jam? Iya, karena sebenernya food photography itu mayan rumit mengingat banyaknya properti yang harus disiapkan.

    Ini mirip-mirip sama fashion sih, ada creative director, fotografer, stylist, MUA, wardrobe dan lighting assistant cuma bedanya yang difoto makananan gitu bukan orang. 

    (("kalo lo dulu di studio sebelah tugasnya apa gi??" oh jelas digital imaging merangkap jaga sendal, kok masih ditanya, oke skip))

    Alat-alat yang kamu butuhkan Untuk Memulai Food Photography

    Yang jelas, pasti butuh kamera. MENURUT NGANA???

    Nggak sih, kalo chef Harisatu kemarin menjelaskannya begini: sebenernya yang paling utama itu kamera, tapi kalau memang mau hasil yang sempurna, bisa dilengkapi dengan lensa-lensa yang memadai, tripod, lighting, diffuser dan reflector.

    Body Kamera dan Lensa  - milih lensa yang tepat emang gampang-gampang susah, Chef Harisatu suka sama lensa-lensa dengan bukaan (f) yang kecil sehingga bagian belakang bisa blur/bokeh dengan sempurna. Saya sendiri tipe yang nggak masalah mau pake lensa apa aja selama distorsi image nya nggak keterlaluan karena ngeditnya PR banget bok.

    (PS: chef Harisatu pake Sony A-6300, kalo saya pakenya canon m10. tiap kamera ada tone nya masing-masing, jadi terserah kamu mau pake kamera merk apa, yang penting tone nya sesuai. kalo nggak sesuai? ya disesuaiin white balancenya atuh)

    Tripod - percayalah buat orang-orang yang tangannya tremor kaya saya, tripod does came really handy. Tripod juga bisa mengurangi resiko foto yang goyang dan gagal tidak fokus pas cahaya kurang memadai. Selain bisa buat foto-foto dalam kondisi low light, tripod bisa juga dipake...selfie. #GakGituJugaSist

    Kalo buat flatlay pilihlah tripod yang agak tinggi, kalo saya sendiri suka dengan tripod-tripod yang tingginya dikisaran 150-160cm keatas, karena...bisa dipake selfie. Nggak deng, karena bisa untuk flatlay di meja/kasur. Jangan lupa cek maksimal beban yang bisa ditahan oleh tripod (karena salah satu tripod uwe patah setelah ditumpangi kamera berbobot diatas 3kg jadi please be cautious)

    (saya sendiri tim tripod Manfrotto. Oke manfrotto mahal buanget, gak boong. Satu tripodnya seharga gaji saya sebulan--tapi percaya deh, ada harga ada barang + tripod manfrotto banyak ekstension-ekstension gemes nya aku suka)

    Lighting -  Kalo di studio, jelas pasti pada pake studio lighting kan ya? Tapi kalo saya jujur aja, the best lighting is sunlight mama lemon alias cahaya matahari. I could've swore in my entire blogging career, never once i used studio lighting! (kalo di karir studio foto pasti pernah lah ya, secara di indonesia rata-rata studio foto pake studio lighting dan jarang ada yang punya jendela ala ala studio di eropa. 

    That's why the best thing in life are free, and the second best thing ARE expensive.

    Diffuser / Reflector - diffuser dan reflector ini sebenernya optional tapi underrated banget. Dua-duanya berfungsi untuk memanipulasi cahaya, tapi dengan cara yang sedikit berbeda. Diffuser itu untuk mengurangi cahaya yang masuk jadi cahayanya disebar (diffuse) dengan surface diffuser yang tembus cahaya, sedangkan kalo reflektor dia memantulkan cahaya yang ada dan biasanya permukaannya reflektif.

    Kalo saya sendiri sebenernya suka dengan diffuser/reflector yang DIY seperti menggunakan stereofoam atau alfaboard yang glossy. Tapi nggak rugi juga punya yang beneran karena kalo kamu bekerja dengan cahaya matahari, kamu bener-bener nggak punya kontrol atas intensitas cahaya yang masuk ke objek kamu--that's why it's important to play with the lights.

    Buat kamu yang pengen tahu (dan pengen beli) Photography gear ala-ala saya, bisa cek dibawah ini!

    // 1. Canon EF-M 22mm f.2 // 2. Canon EOS M10 Mirrorless Camera // 3. Sandisk SDHC Extreme PRO 32 GB Class 10 //
    // 4. Manfrotto MK290XTC3 Tripod // 5. 5in1 Diffuser & Reflector //

    Udah ada gear nya nih kak! Terus Ngapain?

    Ya motret dong shay!! Kalo kata chef Harisatu, yang paling penting adalah punya passion untuk memotret sehingga hasilnya bagus. Buat style sendiri ada macem-macem, dari mulai clear shot buat buku menu, flatlays dari atas makanan sampai model-model hands in frame yang melibatkan objek lain selain makanan untuk difoto.


    clear shot - ini biasanya ada di buku menu restoran, jadi bener-bener gambar makanannya aja tanpa properti ina-inu. Biasanya clear shot ini untuk nunjukkin ke customer bentuk makanannya secara jelas, makanya nggak pake banyak printilan.

    editorial shot  - ini yang paling sering kita lihat dimana-mana. Kalo clear shot sendiri kan untuk buku menu aja dengan gambar makanan yang clear, kalo editorial sendiri biasanya untuk iklan. Disini sudah mulai bermain aneka properti seperti condiments (Bahan Makanan Yang dipakai sebagai properti) atau aksesoris lainnya seperti teko, piring, bunga yang menunjang foto.

    flatlays - ini lagi ngetrend banget di instagram. Flatlay itu foto yang diambil dari atas dengan sudut pengambilan 90 derajat. Kekurangannya, kalo misalnya makanannya bertumpuk keatas atau berbeda tingginya, hasilnya nggak akan maksimal. Kalau saya lebih suka flatlay yang minimalis dengan banyak negative space atau space kosong supaya perhatian bisa langsung tertuju ke makanannya

    lifestyle shot - Ini foto saya yang menang photo challenge nya bakpia wong x chef harisatu HUAHAHAHAHA #sombong jadi lifestyle shot itu foto yang melibatkan objek non-makanan didalam fotonya. Kali ini saya minjem tangan Mas Wahyu dan Hanifa buat megangin piring (hanifa megangin daun ijo-ijo itu) supaya memberikan efek ciamique.

    Behind the Scene + Review Tipis Tipis Bakpia Wong

    Karena apalah artinya workshop kalo sampe dirumah tidak dipraktekkan, maka saya mencoba untuk memraktekkan apa yang sudah diajarkan oleh Chef Harisatu. Tentu saja semua dilakukan dengan lighting alami dari Tuhan yang Maha Esa karena saya tak sanggup kalo disuru bayar listrik lebih mahal lagi #nangis #PLNwhyUDoThisToMe


    PS: hampir semua foto makanan di duckofyork rata-rata adalah hasil kerja tim antara saya dan pak suami lho! kadang-kadang saya mengajak beberapa teman juga untuk membantu. Dulu sih ada intern/#koncopait yang kerjaannya megangin backdrop.. sayang sekali sekarang desye sudah jadi cakim. Hmmm...

    Biasanya tugas pak suami adalah bikin garnish atau motongin ina inu sehingga semua keliatan menarik. Kenapa bukan saya yang potong-potong? Monmaap, buat apa nikah sama dokter (hewan) bedah dirumah yang tangannya presisi kalo tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya? #dikeplakmassa

    Bisa dilihat lah ya di foto diatas betapa rapinya hasil potongan pak suami padahal kulit Bakpianya Bakpia Wong tipissss banget dan bisa crumbling kapan aja.

    ((menghela nafas lega))

    Untuk foto, saya tetep lebih suka controlled environment yang sudah saya kenal alias di makeshift HQ nya duckofyork. Kemarin waktu foto di Bakpia Wong pas kebetulan udah sore banget menjelang magrib sehingga cahayanya udah kurang banget. Saya nggak suka cahaya artificial dari flash HP atau built in flash camera meskipun udah pake softbox/diffuser segala macem. tetep feelnya beda gitu.

    Kalo waktu foto buat saya selalu di golden hour jam 7-8 pagi pas cahaya baru masuk dari teralis ruang kerja saya atau jam 3 sore untuk lighting siang yang nggak terlalu gonjreng dan jam 5 sore untuk cahaya keemasan ala-ala surga yang bikin tone foto saya jadi merah merona

    foto-foto dibawah diambil jam setengah 5 sore di ruang kerja saya, seperti biasa.




    BTW review dikit... Bakpia wong ini menurut saya lumayan enak terutama bakpia premiumnya yang hazelnut & almond. Kualitasnya boleh diadu lah dengan bakpia-bakpia lain, dan meskipun agak pricey (harga dikisaran 45 ribu - 60 ribu) tapi isinya banyak banget, kulitnya tipis.

    Kalo yang saya bawa pulang ini kumbu hitam; ini rasanya lumayan! Nggak terlalu manis tapi juga nggak yang hambar gitu. Pas deh pokoknya. Cuma teteup...rasa keju yang saya potret pas di Bakpia Wong tetap di hati. HAHAHA.

    anyway, kalo menurut saya Bakpia Wong ini lumayan banget banget banget sih untuk ukuran kue artis dalam artian harga dan rasa sebanding (meskipun cukup mahal juga untuk ukuran bakpia di Jogja) nggak yang zonk gitu dan isinya juga lumayan banyak.

    Overall sih kalo menurut saya, kalo kamu pengen bakpia yang 'beda' dari yang lain, kamu bisa cobain produknya yang premium. Kalo bakpia yang biasanya sih standar ya. I'll give them 7 out of 10 points for the taste & packaging



    Balik lagi soal foto, masih ada yang mau ditanyain? Kalo pengen tanya-tanya dont hesitate to comment down below dan tanya apa aja seputar food photography! Kalo saya tau pasti saya jawab, kalo saya ngga tau... sebentar ya, saya Whatsapp Chef Harisatu dulu! wakakaka

    Buat yang minat untuk icip icip Bakpia Wong bisa langsung dateng ke outletnya di:

    Bakpia Wong Jogja

    Jl. HOS Cokroaminoto No.149, Tegalrejo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55244

    [this post is a collaboration with Bakpia Wong and may contain affiliate links & sponsored promotion]

    Selama ini lumayan banyak yang nanya ke saya; gimana sih caranya ngambil foto makanan yang bagus? Jujur aja nih, saya ngga punya ilmunya karena belajar fotografi pun otodidak dari ngeliatin gambar-gambar di deviantArt ((iyes anaknya dA banget gengs)) jadi kalo jelasin secara teoritis saya nggak bisa karena gatau gimana caranya. Saya cuma ambil foto yang menurut saya menarik (dan itupun sering dibilang nggak menarik sama orang-orang, huft)
    Jadi, kemarin saya diajakin untuk ikut acara Workshop Food Photography bareng sama Chef Herisatu Zakaria di Store Bakpia Wong Jogja. Pertama-tamanya sih saya agak hesitant karena jujur aja menurut saya kalo fotografi terlalu banyak diajarin teorinya (lensa ini itulah, bukaan ini itu lah, fokus harus begini begitulah) nanti gak fluid lagi dong seninya...

    Tapi.. kalo nggak belajar teorinya kayanya susah juga ya kalo ditanya "ini kok fotonya begini caranya gimana?"

    ((Jangan nanya gimana soalnya kalo saya males mikir, saya set kameranya pake auto--lah kita beli kamera mahal-mahal kalo SEMUA fiturnya nggak pernah dipake buat apa cobak?? *ketawa setan*))

    Maafin muridmu yang ble'e ini ya chef :)) *insert sound effects: jingle lagu ramayana*

    Jadi, Chef Harisatu Zakaria ini... seumuran sama saya (YEEEE!!! berasa muda banget gue beb) tapi diusianya beliau yang ke 24 ini, beliau sudah jadi chef dan pengajar di IONS culinary school (sementara saya masih sibuk goler-goler di kasur mikirin gimana ceritanya tetangga gue bisa nanem kurma di iklim jogja yang lembabnya Allahu Akbar) 

    Udah gitu Chef Harisatu juga seorang food photographer dan food stylist. Kelar gak idup lo. Monmaap kalo mau nanya beliau single apa udah taken silahkan langsung tanya sama orangnya aja jangan sama saya, karena saya juga gak nanya. #bhaik

    Intermezzo: kelar acara dia nanya saya lulusan mana terus saya dikiranya anak teknik komputer... duh nasib gelar-gelarku yang belum ketemu manfaatnya ituh *nangis dipojokan*

    Food Photography itu Kerja Tim Bos!

    Oke fokus ke food photography. Chef Harisatu banyak terlibat di berbagai pemotretan makanan baik untuk menu maupun kepentingan komersial lainnya--baik sebagai fotografer maupun food stylist. Ada satu hal yang beliau tekankan kepada kami semua: bahwa food photography adalah pekerjaan tim bukan individu.

    Ada fotografer yang tugasnya memotret, ada props stylist yang tugasnya ngurusin properti, ada food stylist yang tugasnya menata makanan, dan jelas ada runner yang bantu-bantu ini itu. Jadi dalam fotografi komersial yang membutuhkan waktu kerja yang cepat dan hasil yang tepat,harus pake kerja tim. 

    Kalo nggak tim, kebayang nggak satu foto butuh berapa puluh jam? Iya, karena sebenernya food photography itu mayan rumit mengingat banyaknya properti yang harus disiapkan.

    Ini mirip-mirip sama fashion sih, ada creative director, fotografer, stylist, MUA, wardrobe dan lighting assistant cuma bedanya yang difoto makananan gitu bukan orang. 

    (("kalo lo dulu di studio sebelah tugasnya apa gi??" oh jelas digital imaging merangkap jaga sendal, kok masih ditanya, oke skip))

    Alat-alat yang kamu butuhkan Untuk Memulai Food Photography

    Yang jelas, pasti butuh kamera. MENURUT NGANA???

    Nggak sih, kalo chef Harisatu kemarin menjelaskannya begini: sebenernya yang paling utama itu kamera, tapi kalau memang mau hasil yang sempurna, bisa dilengkapi dengan lensa-lensa yang memadai, tripod, lighting, diffuser dan reflector.

    Body Kamera dan Lensa  - milih lensa yang tepat emang gampang-gampang susah, Chef Harisatu suka sama lensa-lensa dengan bukaan (f) yang kecil sehingga bagian belakang bisa blur/bokeh dengan sempurna. Saya sendiri tipe yang nggak masalah mau pake lensa apa aja selama distorsi image nya nggak keterlaluan karena ngeditnya PR banget bok.

    (PS: chef Harisatu pake Sony A-6300, kalo saya pakenya canon m10. tiap kamera ada tone nya masing-masing, jadi terserah kamu mau pake kamera merk apa, yang penting tone nya sesuai. kalo nggak sesuai? ya disesuaiin white balancenya atuh)

    Tripod - percayalah buat orang-orang yang tangannya tremor kaya saya, tripod does came really handy. Tripod juga bisa mengurangi resiko foto yang goyang dan gagal tidak fokus pas cahaya kurang memadai. Selain bisa buat foto-foto dalam kondisi low light, tripod bisa juga dipake...selfie. #GakGituJugaSist

    Kalo buat flatlay pilihlah tripod yang agak tinggi, kalo saya sendiri suka dengan tripod-tripod yang tingginya dikisaran 150-160cm keatas, karena...bisa dipake selfie. Nggak deng, karena bisa untuk flatlay di meja/kasur. Jangan lupa cek maksimal beban yang bisa ditahan oleh tripod (karena salah satu tripod uwe patah setelah ditumpangi kamera berbobot diatas 3kg jadi please be cautious)

    (saya sendiri tim tripod Manfrotto. Oke manfrotto mahal buanget, gak boong. Satu tripodnya seharga gaji saya sebulan--tapi percaya deh, ada harga ada barang + tripod manfrotto banyak ekstension-ekstension gemes nya aku suka)

    Lighting -  Kalo di studio, jelas pasti pada pake studio lighting kan ya? Tapi kalo saya jujur aja, the best lighting is sunlight mama lemon alias cahaya matahari. I could've swore in my entire blogging career, never once i used studio lighting! (kalo di karir studio foto pasti pernah lah ya, secara di indonesia rata-rata studio foto pake studio lighting dan jarang ada yang punya jendela ala ala studio di eropa. 

    That's why the best thing in life are free, and the second best thing ARE expensive.

    Diffuser / Reflector - diffuser dan reflector ini sebenernya optional tapi underrated banget. Dua-duanya berfungsi untuk memanipulasi cahaya, tapi dengan cara yang sedikit berbeda. Diffuser itu untuk mengurangi cahaya yang masuk jadi cahayanya disebar (diffuse) dengan surface diffuser yang tembus cahaya, sedangkan kalo reflektor dia memantulkan cahaya yang ada dan biasanya permukaannya reflektif.

    Kalo saya sendiri sebenernya suka dengan diffuser/reflector yang DIY seperti menggunakan stereofoam atau alfaboard yang glossy. Tapi nggak rugi juga punya yang beneran karena kalo kamu bekerja dengan cahaya matahari, kamu bener-bener nggak punya kontrol atas intensitas cahaya yang masuk ke objek kamu--that's why it's important to play with the lights.

    Buat kamu yang pengen tahu (dan pengen beli) Photography gear ala-ala saya, bisa cek dibawah ini!

    // 1. Canon EF-M 22mm f.2 // 2. Canon EOS M10 Mirrorless Camera // 3. Sandisk SDHC Extreme PRO 32 GB Class 10 //
    // 4. Manfrotto MK290XTC3 Tripod // 5. 5in1 Diffuser & Reflector //

    Udah ada gear nya nih kak! Terus Ngapain?

    Ya motret dong shay!! Kalo kata chef Harisatu, yang paling penting adalah punya passion untuk memotret sehingga hasilnya bagus. Buat style sendiri ada macem-macem, dari mulai clear shot buat buku menu, flatlays dari atas makanan sampai model-model hands in frame yang melibatkan objek lain selain makanan untuk difoto.


    clear shot - ini biasanya ada di buku menu restoran, jadi bener-bener gambar makanannya aja tanpa properti ina-inu. Biasanya clear shot ini untuk nunjukkin ke customer bentuk makanannya secara jelas, makanya nggak pake banyak printilan.

    editorial shot  - ini yang paling sering kita lihat dimana-mana. Kalo clear shot sendiri kan untuk buku menu aja dengan gambar makanan yang clear, kalo editorial sendiri biasanya untuk iklan. Disini sudah mulai bermain aneka properti seperti condiments (Bahan Makanan Yang dipakai sebagai properti) atau aksesoris lainnya seperti teko, piring, bunga yang menunjang foto.

    flatlays - ini lagi ngetrend banget di instagram. Flatlay itu foto yang diambil dari atas dengan sudut pengambilan 90 derajat. Kekurangannya, kalo misalnya makanannya bertumpuk keatas atau berbeda tingginya, hasilnya nggak akan maksimal. Kalau saya lebih suka flatlay yang minimalis dengan banyak negative space atau space kosong supaya perhatian bisa langsung tertuju ke makanannya

    lifestyle shot - Ini foto saya yang menang photo challenge nya bakpia wong x chef harisatu HUAHAHAHAHA #sombong jadi lifestyle shot itu foto yang melibatkan objek non-makanan didalam fotonya. Kali ini saya minjem tangan Mas Wahyu dan Hanifa buat megangin piring (hanifa megangin daun ijo-ijo itu) supaya memberikan efek ciamique.

    Behind the Scene + Review Tipis Tipis Bakpia Wong

    Karena apalah artinya workshop kalo sampe dirumah tidak dipraktekkan, maka saya mencoba untuk memraktekkan apa yang sudah diajarkan oleh Chef Harisatu. Tentu saja semua dilakukan dengan lighting alami dari Tuhan yang Maha Esa karena saya tak sanggup kalo disuru bayar listrik lebih mahal lagi #nangis #PLNwhyUDoThisToMe


    PS: hampir semua foto makanan di duckofyork rata-rata adalah hasil kerja tim antara saya dan pak suami lho! kadang-kadang saya mengajak beberapa teman juga untuk membantu. Dulu sih ada intern/#koncopait yang kerjaannya megangin backdrop.. sayang sekali sekarang desye sudah jadi cakim. Hmmm...

    Biasanya tugas pak suami adalah bikin garnish atau motongin ina inu sehingga semua keliatan menarik. Kenapa bukan saya yang potong-potong? Monmaap, buat apa nikah sama dokter (hewan) bedah dirumah yang tangannya presisi kalo tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya? #dikeplakmassa

    Bisa dilihat lah ya di foto diatas betapa rapinya hasil potongan pak suami padahal kulit Bakpianya Bakpia Wong tipissss banget dan bisa crumbling kapan aja.

    ((menghela nafas lega))

    Untuk foto, saya tetep lebih suka controlled environment yang sudah saya kenal alias di makeshift HQ nya duckofyork. Kemarin waktu foto di Bakpia Wong pas kebetulan udah sore banget menjelang magrib sehingga cahayanya udah kurang banget. Saya nggak suka cahaya artificial dari flash HP atau built in flash camera meskipun udah pake softbox/diffuser segala macem. tetep feelnya beda gitu.

    Kalo waktu foto buat saya selalu di golden hour jam 7-8 pagi pas cahaya baru masuk dari teralis ruang kerja saya atau jam 3 sore untuk lighting siang yang nggak terlalu gonjreng dan jam 5 sore untuk cahaya keemasan ala-ala surga yang bikin tone foto saya jadi merah merona

    foto-foto dibawah diambil jam setengah 5 sore di ruang kerja saya, seperti biasa.




    BTW review dikit... Bakpia wong ini menurut saya lumayan enak terutama bakpia premiumnya yang hazelnut & almond. Kualitasnya boleh diadu lah dengan bakpia-bakpia lain, dan meskipun agak pricey (harga dikisaran 45 ribu - 60 ribu) tapi isinya banyak banget, kulitnya tipis.

    Kalo yang saya bawa pulang ini kumbu hitam; ini rasanya lumayan! Nggak terlalu manis tapi juga nggak yang hambar gitu. Pas deh pokoknya. Cuma teteup...rasa keju yang saya potret pas di Bakpia Wong tetap di hati. HAHAHA.

    anyway, kalo menurut saya Bakpia Wong ini lumayan banget banget banget sih untuk ukuran kue artis dalam artian harga dan rasa sebanding (meskipun cukup mahal juga untuk ukuran bakpia di Jogja) nggak yang zonk gitu dan isinya juga lumayan banyak.

    Overall sih kalo menurut saya, kalo kamu pengen bakpia yang 'beda' dari yang lain, kamu bisa cobain produknya yang premium. Kalo bakpia yang biasanya sih standar ya. I'll give them 7 out of 10 points for the taste & packaging



    Balik lagi soal foto, masih ada yang mau ditanyain? Kalo pengen tanya-tanya dont hesitate to comment down below dan tanya apa aja seputar food photography! Kalo saya tau pasti saya jawab, kalo saya ngga tau... sebentar ya, saya Whatsapp Chef Harisatu dulu! wakakaka

    Buat yang minat untuk icip icip Bakpia Wong bisa langsung dateng ke outletnya di:

    Bakpia Wong Jogja

    Jl. HOS Cokroaminoto No.149, Tegalrejo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55244
    . Kamis, 07 Juni 2018 .

    8 komentar

    1. Digarisbawahi ini "buat apa nikah sama dokter (hewan) bedah dirumah yang tangannya presisi kalo tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya?" Ngakak aku selalu sukak tulisanmu eakkkk laafff

      BalasHapus
    2. Y ampun aku nikah sama anak IT, manfaatin buat apa ya kalau food fotografi, hihi

      BalasHapus
    3. Wow cetar.. dari segi alat dan skill warbiazah ini, udah lengkap lah.. belum lagi after take a shoot.. like editingnya agi.. ga usah di tanya lah... idola kalo soal poto ala begini... mantap...

      BalasHapus
    4. TERBAEK KAMU MAH KALO FOTO FOTO AN UUURRRGGGH Kamu jadi mentorku aja ya Gi? Ya? Ya? YAAAAAAA?

      BalasHapus
    5. Subhanallah. Ckckck. Kereeeen abisss foto-fotomuuhh. Lima jempol daah

      BalasHapus
    6. Keren nih bisa kolab buat ngehasilin foto kece :D

      BalasHapus
    7. Inspirasi banget, suka sama tulisanmu dan hasil fotonya juga ciamik hehe, aku sampai tenggelam lohh dalam tulisannya, terus panjang jg kan ampe mikir kok gak abis abis hahaahha tapi sukaa. 👍👍 tq for sharing dan salam kenal.

      BalasHapus

    popular posts

    IBX5B00F39DDBE69