• about me
  • menu
  • categories
  • Agi Tiara Pranoto

    Agi Tiara Pranoto

    Seorang Blogger Indonesia yang berdomisili di Yogyakarta. Selain menulis, dia juga sangat hobi bermain game FPS. Cita-citanya adalah mendapatkan passive income sehingga tidak perlu bekerja di kantor, apa daya selama cita-cita itu belum tercapai, dia harus menikmati hari-harinya sebagai mediator kesehatan.

    Feature: Memberdayakan Para Srikandi Untuk #KurangiMalnutrisi


    Hai klen semua pemirsa DUCKOFYORK yang suka bete karena saya jarang update blog! Eits, sabar dulu karena sebenernya banyak yang mau saya bahas, tapi kan mau bikin artikel kudu liputan dulu supaya lebih menyelami esensi #alesan

    Minggu lalu saya diundang menghadiri media trip yang diorganisir oleh PT Sari Husada & Danone. Ada banyak cerita sih selama mengikuti trip ini; dari nyicipin cookies tempe sampai panen sawi bersama ibu-ibu. Lha ini media trip apa? Katanya Sari Husada?? *YA SABAR SEK*
    Anyway tarik nafas sebentar karena media trip kali ini seriously padat merayap dan saya baru beberapa jam saja merasakan nikmatnya bantal guling di rumah sendiri. If you guys are wondering why the hell i'm carrying teabags under my eyes... 


    "Safety First" di Pabrik Sari Husada (Dan Kenapa Saya Ngga Boleh Keserimpet)


    Saya bersama 25 media dan 4 blogger lainnya digiring menggunakan 3 mobil ELF menuju Pabrik Sari Husada yang terletak di Prambanan, tepat di perbatasan Klaten dan Yogyakarta. Kalau kalian pernah pergi ke klaten, rute ini akan sangat familiar karena sekitar 1 kilometer dari candi prambanan kalian akan melihat pabrik ini tepat di kanan jalan. It's hard to miss karena memang pabriknya sangat menonjol di tengah-tengah jalan raya jogja-klaten yang sederhana.


    Lanskap pabrik seluas 15 hektar ini bisa dibilang sangat asri dan tidak terasa seperti kawasan industri pada umumnya. Ketika kami diajak berkeliling pabrik yang terasa lebih mirip dengan taman kota, mata saya tak henti-hentinya dimanjakan dengan pemandangan pohon dan rumput hijau dimana-mana. Panas terik matahari seolah-olah diredam dengan keberadaan pohon-pohon di sekeliling wilayah pabrik

    Padahal kalian tahu kan Jogja panasnya kayak apa?? Telor ceplok ditaro diatas genteng bisa langsung mateng kali. 

    suasana Pabrik Sari Husada, courtesy of Sari Husada


    Back to topic, disini ada yang familiar dengan merk susu SGM?? nah SGM adalah salah satu produk yang diproduksi di Pabrik Sari Husada Klaten ini. Hanya saja, media trip ini tidak akan membahas produk-produk sari husada dan danone melainkan CSR yang dilakukan oleh Sari Husada.

    ((Jadi tolong skali lagi klean #netijenkelaparan jangan minta review susu bayi. Disini bayinya usia dewasa semua, bhaik))

    Sari Husada sendiri bisa dibilang merupakan pabrik yang ramah perempuan, anak dan keluarga. Selain memiliki cuti hamil yang cukup panjang, yaitu 6 bulan. Sari Husada juga menyediakan poliklinik yang dilengkapi dengan dokter spesialis anak sehingga kalau ada karyawan yang mau memeriksakan anaknya atau mau vaksin bisa langsung ke poliklinik Sari Husada.

    Masalah Kesehatan dan keselamatan kerja, jangan ditanya lagi karena Sari Husada ini juaranya. Sebelum tur mengelilingi pabrik, kami sudah dibekali do's and don'ts, karena Sari Husada memikirkan secara serius mengenai keselamatan semua orang di Lingkungan Pabrik. Factory Manager Sari Husada, bapak Joko sendiri bercerita bahwa kalo sampe terjadi accident kecil seperti orang keseleo atau kesandung di lingkungan pabrik, beliau harus membuat laporan kecelakaan kerja yang mendetil dan dikirim sampai kantor pusat Danone di Amsterdam.

    ((kemudian saya pun menghela nafas panjang karena plis deh pak, kesandung pas jalan is my middle name))

    Sebenarnya banyak nih cerita yang mau saya bagi soal pabriknya Sari Husada, karena kita tidak diperkenankan mengambil foto di dalam area pabrik, jadi saya tidak punya banyak dokumentasi seperti apa pabrik Sari Husada di prambanan. But let me tell you, it's a pleasant visit and you can check my documentation on twitter here.

    Rumah Tempe Echo Sari - Tempe Para Srikandi Dari Dusun Geneng


    Saya adalah penggemar tempe, terutama kalau digoreng kering pake tepung terus dimakan pake sambel bawang -- tapi tahukah teman-teman kalau tempe itu bisa dimakan MENTAH MENTAH???? *sfx: jreng jreng jreng jreeeeng*
    Sebenernya saya tahu dari lama, karena salah satu roommate saya jaman kuliah dulu hobi makan tempe seukuran batu bata mentah-mentah. Yha. Terserah dia aja.

    Back to Topic, Salah satu CSR PT Sari Husada adalah Rumah Tempe Echo Sari di Dusun Geneng Klaten, tidak terlalu jauh dari PT Sari Husada. Rumah Tempe ini dikelola oleh sekelompok Ibu-Ibu PKK dari Dusun Geneng dan mendapat support permodalan dari PT Sari Husada. Meskipun kini Rumah Tempe Echo Sari ini sudah diserahkan kembali ke Dusun Geneng, tapi program Rumah Tempe nya tetap berjalan.


    Meskipun rumah produksinya sederhana, Jangan dibayangkan produksi tempenya seperti produksi tempe rumahan ya. tempe di dusun Geneng ini diolah dengan mesin dan juga dijaga kehigienisannya dengan standar pabrik Sari Husada which is safety first bangettttt, meskipun lokasinya persis dibelakang kantor desa.

    Di tangan Ibu-ibu PKK Dusun Geneng, selain memproduksi tempe mentah siap olah, tempe juga berubah menjadi berbagai jajan pasar dari kroket, pie, sampai cookies!!



    Sumpah cookies tempe ini enak banget gak boong. Kroketnya juga juara. Denger-denger olahan tempe di dusun Geneng ini udah mendapatkan berbagai award dan dicicipi oleh berbagai orang penting di negara ini--Saya salah satunya. *kemudian dikeplak netizen bolak balik depan belakang kiri kanan*

    YHA MONMAAP SISTA, LANJUT.



    Saat ini meskipun sudah dikelola oleh PKK Dusun Geneng, tapi omah tempe Echo Sari juga masih menyuplai tempe ke kantin Sari Husada. Meskipun demikian, volume produksinya belum terlalu besar. Hanya saja entah kenapa saya optimis kalau dikembangkan dengan baik, hasil produksi tempe ini bisa sampai dijual dimana-mana.

    Kalau kalian tertarik untuk membeli tempe ini, kalian bisa langsung mendatangi Balai Dusun Geneng. Harga tempenya hanya 3 ribu rupiah per-pcs, tapi untuk orderan yang lebih besar kalian harus pre-order dulu sekitar 4 hari. Mari kita doakan agar tempe Echo Sari bisa segera menembus pasar mainstream supaya kalian juga bisa menyicipi kelezatannya.

    Rumah Srikandi Badran: Masa Lalu Biarlah Berlalu


    Dari Omah Tempe, kami diajak menyusuri lorong-lorong Badran, Yogyakarta. Kenapa Badran?

    Masyarakat Jogja pasti sudah tidak asing lagi dengan Badran. Dulunya Badran adalah salah satu slum atau perkampungan kumuh di sisi barat kota jogja. Selain kumuh, Badran juga terkenal sebagai perkampungan preman tempat asal preman kenamaan Jogja, Gun Jack. 

    Itu dulu. Sekarang Badran sudah berubah banyak. Meski lorong-lorongnya lebih sempit, saya tidak menyaksikan sampah berserakan (meskipun di sekeliling bantaran kali masih ada sampah-sampah bertaburan, entahlah) Badran kini kian berbenah, dan Sari Husada memegang salah satu peran.


    Ya, ada peranan CSR Sari Husada didalam perkembangan Kampung Badran kini, yaitu Program Bunda Mengajar. CSR ini memberdayakan para ibu-ibu di kampung badran untuk mengelola wilayahnya menjadi self-sufficient. Pada mulanya CSR di Kampung Badran ini menarget malnutrisi dikalangan anak-anak, sehingga Sari Husada merasa perlu mengedukasi ibu-ibu bahwa malnutrisi bukan masalah sepele lagi.

    Malnutrisi bukan cuma sekedar "nggak pernah makan" "nggak sanggup beli makan" tapi bisa jadi si anak makan, hanya saja yang dimakan adalah makanan-makanan tidak bergizi misalnya makanan instan yang banyak mengandung micin.

    ((Kemudian terlintas dalam benak saya sebuah pertanyaan hakiki abad ini:  Apakah saya malnutrisi karena kebanyakan ngemil bumbu masak? Bisa jadi, bisa jadi my fren))


    Nah jadi para bunda yang menjadi kader Bunda Mengajar ini pun diajak untuk mengajak dan mengedukasi ibu-ibu yang tadinya tidak memiliki pengetahuan memadai soal kesehatan dan tumbuh kembang anak jadi bisa tahu soal nutrisi dan gizi.

    Jadi, dari situ program Bunda Mengajar pun berkembang. Karena untuk mengentaskan malnutrisi dibutuhkan makanan yang sehat dan lingkungan yang bersih, para kader Bunda Mengajar pun mengembangkan program Urban Farming dengan bercocok tanam di lingkungan perkotaan yang sempit untuk memenuhi kebutuhan sayur mayur sehari-hari. Kemudian program ini terus berkembang.

    Yang awalnya cuma acara semacam posyandu, demo masak makanan sehat dan sebagainya berubah menjadi forum komunikasi antar ibu-ibu Badran untuk mengembangkan lingkungannya. Kami diajak untuk berkeliling menikmati hebohnya ibu-ibu saat mempromosikan gaya hidup mereka yang sehat.



    Bunda Mengajar pun kian berkembang, saat ini Bunda Mengajar selain memiliki program Urban Farming, juga memiliki program Bank Sampah, Daur Ulang, dan lain-lain. Kampung Badran yang tadinya merupakan urban slums berubah menjadi tertata dan bahkan memiliki banyak common space untuk para warga berkumpul. Hasil Urban Farming juga bisa dijual untuk memenuhi kebutuhan antar warga Badran.

    Menarik sekali karena sesudah program ini dilepas oleh Sari Husada, program Bunda Mengajar tetap berjalan, bahkan berkembang. Pada mulanya program ini hanya ada di RW 11 namun saat ini RW 9 juga melaksanakan program Bunda Mengajar. Demonstration Plot Urban Farming nampak apik dan hijau ditengah-tengah rumah-rumah di RW ini.

    Saya rasa ini sesuai dengan tujuan CSR Sari Husada yaitu "Help People to Help Themselves"

    Keceriaan Sepanjang Napak Tilas Media

    teman-teman dari Pers, Sari Husada, Lotus PR dan Blogger

    Saya baru sekali ini ikut Media Trip dari Sari Husada, dan bisa saya bilang, ini adalah media trip yang sangat berkesan bagi saya. Bukan hanya sekedar jalan-jalan semata, tapi saya banyak menemukan pelajaran baru yang berharga misalnya dimana saya harus beli tempe atau bagaimana caranya menanam sawi didepan rumah.

    Bukan cuma belajar mengenai hal-hal seperti tempe, tapi saya juga diajak untuk melihat bahwa wanita sebagai seseorang yang mengemban tanggung jawab dalam keluarga apabila dipersatukan dalam suatu forum komunikasi bisa saling menguatkan. Buktinya ibu-ibu di Badran bisa mengubah lingkungan Badran yang semula dipandang mengerikan menjadi tempat yang ramah anak dan ramah lingkungan.

    Jadi pengen ikut forum komunikasi antar perempuan. Forum komunikasi lho ya, bukan forum gosip!! kalo itu saya udah ikutan #eh


    Sari Husada sebagai pelaku CSR juga sudah melakukan hal yang tepat dengan memberdayakan warga sekitar dan tidak semata-mata memberikan funding lalu pergi begitu saja. Nampak dari interaksi warga dengan Sari Husada bahwa terdapat hubungan yang erat, melebihi hubungan korporasi dengan warga pada umumnya. Tanggung jawab Sari Husada dalam membina para wanita, baik di dusun Geneng dan di kampung Badran bisa saya bilang sungguh luar biasa.



    Di hari terakhir kami diajak pergi ke Balindeso, sebuah lokasi outbond di daerah Kalibawang, Kulon Progo untuk refreshing sesudah hari yang panjang berkeliling Jogja dan Klaten di Kalibawang. Kegiatan outbond yang seru menutup keceriaan Media Trip yang tiada duanya. Meski saya kelelahan dan kurang tidur, tapi hari itu saya bisa tertawa lebih lepas karena sudah mengetahui bahwa masih ada harapan bagi pemberdayaan wanita di luar sana.

    Kepada para ibu di Dusun Geneng dan Kampung Badran; keep doing what you're doing. 

    Yogyakarta, 7 April 2018.

    Hai klen semua pemirsa DUCKOFYORK yang suka bete karena saya jarang update blog! Eits, sabar dulu karena sebenernya banyak yang mau saya bahas, tapi kan mau bikin artikel kudu liputan dulu supaya lebih menyelami esensi #alesan

    Minggu lalu saya diundang menghadiri media trip yang diorganisir oleh PT Sari Husada & Danone. Ada banyak cerita sih selama mengikuti trip ini; dari nyicipin cookies tempe sampai panen sawi bersama ibu-ibu. Lha ini media trip apa? Katanya Sari Husada?? *YA SABAR SEK*
    Anyway tarik nafas sebentar karena media trip kali ini seriously padat merayap dan saya baru beberapa jam saja merasakan nikmatnya bantal guling di rumah sendiri. If you guys are wondering why the hell i'm carrying teabags under my eyes... 


    "Safety First" di Pabrik Sari Husada (Dan Kenapa Saya Ngga Boleh Keserimpet)


    Saya bersama 25 media dan 4 blogger lainnya digiring menggunakan 3 mobil ELF menuju Pabrik Sari Husada yang terletak di Prambanan, tepat di perbatasan Klaten dan Yogyakarta. Kalau kalian pernah pergi ke klaten, rute ini akan sangat familiar karena sekitar 1 kilometer dari candi prambanan kalian akan melihat pabrik ini tepat di kanan jalan. It's hard to miss karena memang pabriknya sangat menonjol di tengah-tengah jalan raya jogja-klaten yang sederhana.


    Lanskap pabrik seluas 15 hektar ini bisa dibilang sangat asri dan tidak terasa seperti kawasan industri pada umumnya. Ketika kami diajak berkeliling pabrik yang terasa lebih mirip dengan taman kota, mata saya tak henti-hentinya dimanjakan dengan pemandangan pohon dan rumput hijau dimana-mana. Panas terik matahari seolah-olah diredam dengan keberadaan pohon-pohon di sekeliling wilayah pabrik

    Padahal kalian tahu kan Jogja panasnya kayak apa?? Telor ceplok ditaro diatas genteng bisa langsung mateng kali. 

    suasana Pabrik Sari Husada, courtesy of Sari Husada


    Back to topic, disini ada yang familiar dengan merk susu SGM?? nah SGM adalah salah satu produk yang diproduksi di Pabrik Sari Husada Klaten ini. Hanya saja, media trip ini tidak akan membahas produk-produk sari husada dan danone melainkan CSR yang dilakukan oleh Sari Husada.

    ((Jadi tolong skali lagi klean #netijenkelaparan jangan minta review susu bayi. Disini bayinya usia dewasa semua, bhaik))

    Sari Husada sendiri bisa dibilang merupakan pabrik yang ramah perempuan, anak dan keluarga. Selain memiliki cuti hamil yang cukup panjang, yaitu 6 bulan. Sari Husada juga menyediakan poliklinik yang dilengkapi dengan dokter spesialis anak sehingga kalau ada karyawan yang mau memeriksakan anaknya atau mau vaksin bisa langsung ke poliklinik Sari Husada.

    Masalah Kesehatan dan keselamatan kerja, jangan ditanya lagi karena Sari Husada ini juaranya. Sebelum tur mengelilingi pabrik, kami sudah dibekali do's and don'ts, karena Sari Husada memikirkan secara serius mengenai keselamatan semua orang di Lingkungan Pabrik. Factory Manager Sari Husada, bapak Joko sendiri bercerita bahwa kalo sampe terjadi accident kecil seperti orang keseleo atau kesandung di lingkungan pabrik, beliau harus membuat laporan kecelakaan kerja yang mendetil dan dikirim sampai kantor pusat Danone di Amsterdam.

    ((kemudian saya pun menghela nafas panjang karena plis deh pak, kesandung pas jalan is my middle name))

    Sebenarnya banyak nih cerita yang mau saya bagi soal pabriknya Sari Husada, karena kita tidak diperkenankan mengambil foto di dalam area pabrik, jadi saya tidak punya banyak dokumentasi seperti apa pabrik Sari Husada di prambanan. But let me tell you, it's a pleasant visit and you can check my documentation on twitter here.

    Rumah Tempe Echo Sari - Tempe Para Srikandi Dari Dusun Geneng


    Saya adalah penggemar tempe, terutama kalau digoreng kering pake tepung terus dimakan pake sambel bawang -- tapi tahukah teman-teman kalau tempe itu bisa dimakan MENTAH MENTAH???? *sfx: jreng jreng jreng jreeeeng*
    Sebenernya saya tahu dari lama, karena salah satu roommate saya jaman kuliah dulu hobi makan tempe seukuran batu bata mentah-mentah. Yha. Terserah dia aja.

    Back to Topic, Salah satu CSR PT Sari Husada adalah Rumah Tempe Echo Sari di Dusun Geneng Klaten, tidak terlalu jauh dari PT Sari Husada. Rumah Tempe ini dikelola oleh sekelompok Ibu-Ibu PKK dari Dusun Geneng dan mendapat support permodalan dari PT Sari Husada. Meskipun kini Rumah Tempe Echo Sari ini sudah diserahkan kembali ke Dusun Geneng, tapi program Rumah Tempe nya tetap berjalan.


    Meskipun rumah produksinya sederhana, Jangan dibayangkan produksi tempenya seperti produksi tempe rumahan ya. tempe di dusun Geneng ini diolah dengan mesin dan juga dijaga kehigienisannya dengan standar pabrik Sari Husada which is safety first bangettttt, meskipun lokasinya persis dibelakang kantor desa.

    Di tangan Ibu-ibu PKK Dusun Geneng, selain memproduksi tempe mentah siap olah, tempe juga berubah menjadi berbagai jajan pasar dari kroket, pie, sampai cookies!!



    Sumpah cookies tempe ini enak banget gak boong. Kroketnya juga juara. Denger-denger olahan tempe di dusun Geneng ini udah mendapatkan berbagai award dan dicicipi oleh berbagai orang penting di negara ini--Saya salah satunya. *kemudian dikeplak netizen bolak balik depan belakang kiri kanan*

    YHA MONMAAP SISTA, LANJUT.



    Saat ini meskipun sudah dikelola oleh PKK Dusun Geneng, tapi omah tempe Echo Sari juga masih menyuplai tempe ke kantin Sari Husada. Meskipun demikian, volume produksinya belum terlalu besar. Hanya saja entah kenapa saya optimis kalau dikembangkan dengan baik, hasil produksi tempe ini bisa sampai dijual dimana-mana.

    Kalau kalian tertarik untuk membeli tempe ini, kalian bisa langsung mendatangi Balai Dusun Geneng. Harga tempenya hanya 3 ribu rupiah per-pcs, tapi untuk orderan yang lebih besar kalian harus pre-order dulu sekitar 4 hari. Mari kita doakan agar tempe Echo Sari bisa segera menembus pasar mainstream supaya kalian juga bisa menyicipi kelezatannya.

    Rumah Srikandi Badran: Masa Lalu Biarlah Berlalu


    Dari Omah Tempe, kami diajak menyusuri lorong-lorong Badran, Yogyakarta. Kenapa Badran?

    Masyarakat Jogja pasti sudah tidak asing lagi dengan Badran. Dulunya Badran adalah salah satu slum atau perkampungan kumuh di sisi barat kota jogja. Selain kumuh, Badran juga terkenal sebagai perkampungan preman tempat asal preman kenamaan Jogja, Gun Jack. 

    Itu dulu. Sekarang Badran sudah berubah banyak. Meski lorong-lorongnya lebih sempit, saya tidak menyaksikan sampah berserakan (meskipun di sekeliling bantaran kali masih ada sampah-sampah bertaburan, entahlah) Badran kini kian berbenah, dan Sari Husada memegang salah satu peran.


    Ya, ada peranan CSR Sari Husada didalam perkembangan Kampung Badran kini, yaitu Program Bunda Mengajar. CSR ini memberdayakan para ibu-ibu di kampung badran untuk mengelola wilayahnya menjadi self-sufficient. Pada mulanya CSR di Kampung Badran ini menarget malnutrisi dikalangan anak-anak, sehingga Sari Husada merasa perlu mengedukasi ibu-ibu bahwa malnutrisi bukan masalah sepele lagi.

    Malnutrisi bukan cuma sekedar "nggak pernah makan" "nggak sanggup beli makan" tapi bisa jadi si anak makan, hanya saja yang dimakan adalah makanan-makanan tidak bergizi misalnya makanan instan yang banyak mengandung micin.

    ((Kemudian terlintas dalam benak saya sebuah pertanyaan hakiki abad ini:  Apakah saya malnutrisi karena kebanyakan ngemil bumbu masak? Bisa jadi, bisa jadi my fren))


    Nah jadi para bunda yang menjadi kader Bunda Mengajar ini pun diajak untuk mengajak dan mengedukasi ibu-ibu yang tadinya tidak memiliki pengetahuan memadai soal kesehatan dan tumbuh kembang anak jadi bisa tahu soal nutrisi dan gizi.

    Jadi, dari situ program Bunda Mengajar pun berkembang. Karena untuk mengentaskan malnutrisi dibutuhkan makanan yang sehat dan lingkungan yang bersih, para kader Bunda Mengajar pun mengembangkan program Urban Farming dengan bercocok tanam di lingkungan perkotaan yang sempit untuk memenuhi kebutuhan sayur mayur sehari-hari. Kemudian program ini terus berkembang.

    Yang awalnya cuma acara semacam posyandu, demo masak makanan sehat dan sebagainya berubah menjadi forum komunikasi antar ibu-ibu Badran untuk mengembangkan lingkungannya. Kami diajak untuk berkeliling menikmati hebohnya ibu-ibu saat mempromosikan gaya hidup mereka yang sehat.



    Bunda Mengajar pun kian berkembang, saat ini Bunda Mengajar selain memiliki program Urban Farming, juga memiliki program Bank Sampah, Daur Ulang, dan lain-lain. Kampung Badran yang tadinya merupakan urban slums berubah menjadi tertata dan bahkan memiliki banyak common space untuk para warga berkumpul. Hasil Urban Farming juga bisa dijual untuk memenuhi kebutuhan antar warga Badran.

    Menarik sekali karena sesudah program ini dilepas oleh Sari Husada, program Bunda Mengajar tetap berjalan, bahkan berkembang. Pada mulanya program ini hanya ada di RW 11 namun saat ini RW 9 juga melaksanakan program Bunda Mengajar. Demonstration Plot Urban Farming nampak apik dan hijau ditengah-tengah rumah-rumah di RW ini.

    Saya rasa ini sesuai dengan tujuan CSR Sari Husada yaitu "Help People to Help Themselves"

    Keceriaan Sepanjang Napak Tilas Media

    teman-teman dari Pers, Sari Husada, Lotus PR dan Blogger

    Saya baru sekali ini ikut Media Trip dari Sari Husada, dan bisa saya bilang, ini adalah media trip yang sangat berkesan bagi saya. Bukan hanya sekedar jalan-jalan semata, tapi saya banyak menemukan pelajaran baru yang berharga misalnya dimana saya harus beli tempe atau bagaimana caranya menanam sawi didepan rumah.

    Bukan cuma belajar mengenai hal-hal seperti tempe, tapi saya juga diajak untuk melihat bahwa wanita sebagai seseorang yang mengemban tanggung jawab dalam keluarga apabila dipersatukan dalam suatu forum komunikasi bisa saling menguatkan. Buktinya ibu-ibu di Badran bisa mengubah lingkungan Badran yang semula dipandang mengerikan menjadi tempat yang ramah anak dan ramah lingkungan.

    Jadi pengen ikut forum komunikasi antar perempuan. Forum komunikasi lho ya, bukan forum gosip!! kalo itu saya udah ikutan #eh


    Sari Husada sebagai pelaku CSR juga sudah melakukan hal yang tepat dengan memberdayakan warga sekitar dan tidak semata-mata memberikan funding lalu pergi begitu saja. Nampak dari interaksi warga dengan Sari Husada bahwa terdapat hubungan yang erat, melebihi hubungan korporasi dengan warga pada umumnya. Tanggung jawab Sari Husada dalam membina para wanita, baik di dusun Geneng dan di kampung Badran bisa saya bilang sungguh luar biasa.



    Di hari terakhir kami diajak pergi ke Balindeso, sebuah lokasi outbond di daerah Kalibawang, Kulon Progo untuk refreshing sesudah hari yang panjang berkeliling Jogja dan Klaten di Kalibawang. Kegiatan outbond yang seru menutup keceriaan Media Trip yang tiada duanya. Meski saya kelelahan dan kurang tidur, tapi hari itu saya bisa tertawa lebih lepas karena sudah mengetahui bahwa masih ada harapan bagi pemberdayaan wanita di luar sana.

    Kepada para ibu di Dusun Geneng dan Kampung Badran; keep doing what you're doing. 

    Yogyakarta, 7 April 2018.
    . Rabu, 11 April 2018 .

    15 komentar

    1. saya seumur-umur tinggal dijogja baru tau kalo pabrik sari husada itu gede banget 15 hektarrr... factory visit yang menarik, dan mungkin saya kaan mencoba produk tempe dari rumah srikandi...


      https://risingecha91.blogspot.co.id/

      BalasHapus
      Balasan
      1. Sama mas. Saya sering ngelewatin klo mudik dari Jogja ke kampungnya istri, tapi nggak nyangka sampai segede itu pabriknya hehehe

        Hapus
    2. Wanita mwmang kekuatan perkasa yang tersembunyi. Hidup ibu2 PKK. Sari Husada tepat merengkuh mereka utk masa dpn yg lbh baik.

      BalasHapus
    3. Wih, seneng banget bacanya. CSR nya bener2 memberdayakan masyarakat dan bisa berkelanjutan

      BalasHapus
    4. Wait....





      LIMA BELAS HEKTAAAAAAAAAAAR?

      Oke yang masalah kesandung dan keseleo harus sampe lapor kantor pusat Danone, kelar aku sis nek kerjo ning kono HAHAHA.

      Ah, Sari Husada, good job for making Badran people do wonderful things. Semoga makin banyak desa yang diberdayakan :')

      xoxo,
      honeyvha.com

      BalasHapus
    5. Gile emang sari husada itu pabrik udah sekampung aja gedhenya haha. Tapi aku sukak cara dia menjsejahterakan karyawannya meski kadang ngrasa ribet karena kesleo aja lapornya sampai pusay duilehhhh

      Aku sukak sama program CSR nya. Itu tempe kayaknya kudu beli, besok kalau di jogja ajakin ya beli haha. Sayurnya aku pengen tanem juga dirumah lumayan ngirit plus sehat haha

      BalasHapus
    6. Ya udah besok biar gak malnutrisi km ngemil susu bubuknya SGM wae gi ��

      BalasHapus
    7. Foto depan toilet itu nggak nguwati ya? Kayak lagi KKN aja ya? Wkwkwk Moga2 diundang KKN lagi.

      BalasHapus
    8. ngomong masalah Tempe, tempe adalah kuliner pavorite saya loh, lebih enak makan tempe dari pada ayam, Maaf selera makan saya tradisional, heheheh....

      Saya salut dengan para Srikandi Kita, karena sudah membuat aneka jenis makanan dari berbahan dasar tempe, :)

      Soal tempe mentah, saya mah sering makan juga, tapi diem2 ambilnya,hihihihi....

      BalasHapus
    9. Liputannya makin kece Agy! Syuka..:)) Btw, Sari Husada bene2 memperhatikan karyawannya dengan memberi cuti kelahiran 6 bulan. Semoga ditiru perusahaan bahkan instansi nasional lainnya.

      BalasHapus
    10. Ternyata Sari Husada masih konsiaten memberdayakan para Srikandi ya Mas. Cookies tempe dengernya sih aneh tapi kalo rasanya enak mah bikin penasaran... <3

      BalasHapus
    11. Sari husada ya, kenal sama produk produknya. Makan tempe mentah segeda bata itu rasanya kaya apa ya?

      BalasHapus
    12. Acaranya seru banget dan pastinya jadi membuka mata, sayang kemaren ga bisa ikutan...
      Banyak hal keren dan luar biasa yang dilakukan oleh para srikandi.

      BalasHapus
    13. Ya Allah, gede banget 15 hektar?? Bisa nitip rumah kali, ya...hehe. keren sekali, Mbak..

      BalasHapus
    14. Pabriknya luas ajah hehehe. Saya juga suka dengan tempe. Apalagi kalau dibacem. Enak banget

      BalasHapus

    popular posts

    IBX5B00F39DDBE69